KEFAHAMAN TERHADAP DAKWAH ISLAMIYYAH
(Dari Madrasah Al-Imam Asy-Syahid Hassan Al Banna)
BAGAIMANAKAH JALAN KERJA DAKWAH?
1. Dari manakah dimulainya?
Dakwah dimulai dari lahirnya sekelompok orang yang SADAR dan INSAF, serta yakin
akan tugas mereka, disamping IMAN yang tebal kepada Allah SWT. Dakwah
Rasulullah saw dibantu oleh para sahabah yang memiliki jiwa PENGORBANAN yang
tinggi untuk jalan Allah. Di dalam makna ini, Imam Al-Banna menjelaskan:
"Pembentukan suatu ummah, pendidikan suatu bangsa, pencapaian cita-cita,
dan pendukungan prinsip memerlukan kekuatan jiwa yang besar dari ummah atau
bangsa yang ingin mencapai cita-citanya itu. Kekuatan jiwa yang terjelma dalam
kemauan yang kuat dan tak mengenal lemah; kesetiaan yang terpadu, tak mudah
terpengaruh, dan tak kenal uzur; memiliki pengorban an yang tinggi yang tak
terhalang oleh perasaan tamak; mengenal serta mengimani dan memandang tinggi
terhadap prinsip perjuangan sehingga seseorang dapat memelihara diri dari
penyelewengan atau terpedaya oleh prinsip-prinsip lain"
Inilah dia sifat pribadi mereka yang mampu mendukung dakwah ini. Inilah dia
titik awal kerja dalam dakwah, yaitu melalui proses PEMBINAAN PERIBADI pendakwah
yang jitu; Sebagaimana permulaan dakwah Rasulullah SAW dengan membina pribadi
para da'i seperti yang tergambar dalam surat Al-Muzzamil yang mana Allah
memerintahkan mereka dengan latihan ibadah Qiyamullail (shalat Tahajjud) sebagai
persiapan menghadapi ujian dakwah yang penuh dengan berbagai cobaan di hari-hari
depannya.
2. Sumber kekuatan.
Dimanakah sumber kekuatan dakwah? Sebenarnya, kekuatan bermula dari kekuatan
IMAN, kemudian diikuti oleh kekuatan Ukhuwah Islamiyah, kemudian barulah diikuti
dengan kekuatan material dan organisasi.
"Kebanyakan orang menyangka bahwa timur kekurangan kekuatan material,
peralatan perang, dan perjuangan untuk mereka bangun menyaingi ummat yang telah
merampas hak dan menindas mereka. Anggapan ini ada benarnya, namun di sana ada
lagi sesuatu yang LEBIH PENTING yaitu kekuatan ruh yang terjelma dalam AKHLAK
yang tinggi, jiwa yang harmonis, mengetahui dan meyakini kebenaran, dan
pengorbanan demi menunaikan kewajiban"
Disamping kekuatan iman dan ukhuwah adalah kekuatan ilmu, syaksiah, badan, dan
kesatuan. Inilah yang menjadi kekuatan asasi. Setelah ini barulah diikuti
dengan kekuatan organisasi, media, ekonomi, dan militer. Adalah anggapan yang
keliru bahwa dakwah harus dimulai dengan kekuatan materi (kebendaan); karena
asas kekuatan awal adalah pribadi du'at itu sendiri, kemudian barulah diikuti
dengan kekuatan yang lain. Hakikat ini telah terbukti di dalam sejarah dakwah
itu sendiri.
3. Wasilah-wasilah (jalan-jalan kerja) dakwah
"Wasilah di dalam pembinaan dan pengukuhan setiap dakwah dapat dikenali
oleh siapa saja yang mengkaji sejarah jamaah. Intisari dari wasilah ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
IMAN DAN AMAL, KASIH SAYANG, dan PERSAUDARAAN"
"Wasilah umum dakwah ini tidaklah berubah, yaitu berkisar dalam tiga hal
berikut: IMAN yang mendalam, pembinaan (takwin) yang teliti, dan AMAL yang terus
menerus".."
"Adapun wasilah yang telah saya janjikan untuk dibicarakan adalah
terkandung dalam tiga rukun. Dan di sekitar tiga rukun inilah berputarnya
fikrah Ikhwanul Muslimin", yaitu: Manhaj (metodologi) yang benar, Mu'min yang
beramal, dan kepemimpinan yang cakap dan dipercaya.
Ringkasnya, jalan kerja dakwah dapat disimpulkan sebagai berikut:
keimanan yang kuat, persaudaraan yang kokoh, pembinaan (tarbiyah) atau
pembentukan yang teliti dan rapih, amalan yang tak putus-putusnya yang tak
mengenal lelah ataupun putus asa, disertai dengan panduan manhaj yang
bersumberkan sumber-sumber yang sahih, serta kepemimpinan yang mempunyai daya
juang dan kemampuan yang tinggi dan dapat dipercaya.
4. Berangsur-angsur (tadarruj) di dalam langkah kerja
Maksud tadarruj adalah kita TIDAK TERGESA-GESA dalam bekerja mencapai tujuan.
Segala amal harus disusun dan direncanakan mengikuti tingakatan-tingkatan atau
tahap-tahap yang ditentukan. Misalnya, upaya pembentukan harus didahulukan
daripada upaya-upaya lain di dalam medan yang lebih berat dan menantang.
"Perlu adanya kesungguhan dan amal, serta usaha pembinaan (takwin) setelah
kita melaksanakan upaya PENJELASAN kepada masyarakat umum. Kemudian diikuti
dengan upaya pengasasan setelah kita melasanakan usaha MENDIDIK"
Yaitu, upaya dakwah adalah bertahap: pertama, PENYAMPAIAN RISALAH; kemudian
diikuti dengan usaha pembinaan dan pembentukan saf-saf perjuangan Islam; dan
akhirnya mengasaskan kerja-kerja Islam:
"Sesungguhnya setiap dakwah perlu memiliki tiga marhalah: Marhalah di'ayah
(MENYERU) dan ta'rif (MEMPERKENALKAN), dan menyebarkan fikrah serta
menyampaikannya kepada masyarakat banyak. Kemudian diikuti oleh Marhalah takwin
(membentuk) dan memperbaiki ansar (pembantu dakwah), menyediakan anggota saf
dari mereka yang menyambut seruan tersebut.
Kemudian diikuti oleh marhalah pelaksanaan, amal, dan kerja yang
membuahkan hasil"
Kalimat diatas dapat difahami dengan mengingat bahwa marhalah yang dimaksud
adalah dari segi keutamaan tuntutan kerja dan bukan dari waktu. Yakni,
pekerjaan kita berawal dari penyampaian fikrah, diikuti dengan pembentukan
mereka yang menyambut, seterusnya diikuti oleh persediaan dan penglibatan secara
langsung dalam medan amal.
5. Kesempurnaan di dalam pelaksanaan (Takamul fi tatbiq)
Imam Al-Banna menyebutkan bahwa dakwah Islamiah BUKANLAH parti politik, namun
penegakan hukum ALlah adalah salah satu tugas kita. Dakwah bukan pula satu
mazhab fiqih, kuliah syara, atau institusi fatwa, namun lebih mementingkan
syari'ah. Demikian pula, dakwah bukan lembaga sosial, tetapi kita mementingkan
persoalan MENJAGA kebajikan masyarakat...
Singkatnya, dakwah Islamiah bukan hanya sebagian dari dakwah-dakwah itu, namun
meliputi keseluruhan makna tersebut. Inilah maksud kesempurnaan dalam
pelaksanaan: tumpuan dakwah bukanlah hanya sebagian permasalahan ummat saja,
melainkan harus mementingkan semua permasalahan ummah dalam kerja-kerja dakwah.