ENAM: Harus mengimani dan meyakini bahwa manusia itu boleh dan boleh 
mencapai kebaikan dan kejahatan melalui daya usaha, ikhtiar, dan 
kehendaknya. Namun pada hakikatnya kita tidaklah dapat mencapai kebaikan 
kecuali dgn taufik dan pertolongan Allah. Demikian pula kita tidak akan 
terjerumus kedalam kejahatan kecuali dgn kehendak Allah. Semuanya ini 
dalam lingkaran izin dan kehendak Allah. Dalam masalah ini Allah 
berfirman:

"dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan 
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya 
beruntunglah orang yg mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah 
orang yg mengotorinya." (Asy Syams: 7-10)

dan firman Allah lagi:

"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yg telah diperbuatnya" (Al 
Muddatstsir: 38)

TUJUH: Harus mengimani dan meyakini bahwa pensyariatan undang2 adalah 
hak mutlak bagi Allah. Syariat dan undang2 Allah ini tidak boleh 
dilewati & dilanggar. Satu2nya yg harus dilakukan Muslim adalah 
melakukan ijtihad utk mengeluarkan hukum2 dari nas2 syariat Allah dalam 
lingkungan yg dibenarkan oleh syariat itu sendiri. Allah berfirman:

"Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka keputusannya (terserah) 
kepada Allah. (Yang mempunyai sifat2 demikian) itulah Allah Tuhanku. 
Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali." (Asy 
Syuura:10)

LAPAN: Harus mempelajari & berusaha utk mengetahui nama2 & sifat2 yg 
layak bagi Allah. Abu Hurairah telah meriwayatkan hadits yg mana 
Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

"Allah mempunyai 99 nama. seratus kurang satu, tidak seorangpun yg 
menghafalnya kecuali ia akan masuk surga. Allah itu ganjil (yakni tidak 
genap) dan Allah menyukai perkara yg ganjil (tidak genap)." (Hadits 
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

SEMBILAN: Harus berfikir tentang makhluk ciptaan Allah dan bukan 
berfikir tentang zat Allah. Ini kita lakukan karena tunduk dan patuh 
kepada perintah Rasululllah saw sebagaimana tersebut dalam sabdanya:

"Berfikirlah tentang kejadian ciptaan Allah dan jangan kamu berfikir 
tentang zat Allah karena kamu tidak dapat mentakdirkan (menentukan zat) 
Allah sebenarnya."

(Hadits diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam "Al-Hilyah" dan al-Asbihani 
dlm "At-Targhib Wat-Tarhib" Al-Hafiz as-Sakhawi berkata: Semua sanad 
bagi hadits ini da'if namun apabila dihimpunkan hadits ini menjadi 
"kuat." Walau bagaimanapun makna hadits ini diriwayatkan oleh sebuah 
hadits Shahih Muslim (lihat Al-Maqasid Al-Hasanah, Hadits no. 342)

SEPULUH: Mengenai sifat2 Allah, telah banyak ayat2 Qur’an yg menunjukkan 
sifat2 Allah dan kesempurnaan sifat Uluhiyah-Nya. Diantara ayat2 yg 
menunjukkan wujudnya Allah SWT itu ada ayat2 yg menunjukkan sifat Qidam 
(sedia) dan Baqa' (kekal) bagi Allah. Adapula ayat2 yg menunjukkan 
bahawa Allah itu tidak sama dgn makhluk ciptaan-Nya, ayat2 yg menafikan 
wujudnya anak, bapak, sesuatu yg menyerupai dan bandingan bagi Allah. 
Ada pula ayat yg menunjukan bahawa Allah berdiri sendiri tidak 
bergantung kepada makhluk-Nya, malah makhluk ciptaan-Nya itulah yg 
berhajat kepada-Nya. Ada juga ayat2 yg menunjukkan kekuasaan Ilmu Allah 
yg mencakup segala sesuatu, ayat2 yg menunjukkan iradah (kehendak) Allah 
yg mengatasi segala iradah makhluk ciptaan-Nya dan ada ayat2 yg 
menunjukkan bahawa Allah bersifat hayat (hidup) yg kamil (sempurna). 
Masih banyak terdapat ayat2 yg menunjukkan sifat2 dan kesempurnaan Allah 
yg tidak putus2 dan tidak diketahui hakikatnya oleh akal manusia. Kita 
tidak membataskan pujian kita kepada Allah sebagaimana Allah telah 
memuji diriNya.

[Apa Erti Saya Menganut Islam: Utz Fathy Yakan]