MATERI TARBIYAH
AHLUL BAIT (4)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/1391; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/29oct94/572
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.

                                         4 dari 6   69 baris


                        AHLUL BAIT


     " Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara
       kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah
       akan mendatangkan suatu kaum;
       yang Allah mencintai mereka dan mereka mencin-
       taiNya,
       yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang
       yang mu'min,
       yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
       yang berjihad di jalan Allah,
       dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang
       yang suka mencela. "
       (Al Maaidah: 54)


   Urutan cinta seorang Muslim sejati, setelah mahabbatullah
(cinta kepada Allah), dan mahabbaturrasul (cinta kepada rasul)
adalah mahabbah kepada orang-orang yang beriman.  Rasa cinta
yang Rasulullah dalam sebuah sabdanya melukiskan;

   "Perumpamaan kaum mu'minin dalam cinta-kasih dan rakhmat
    hati, mereka bagaikan satu badan.  Apabila satu anggota
    menderita, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh
    badan hingga tidak dapat tidur dan panas"
    (H.R Bukhari dan Muslim)

Rasa cinta yang demikian besar, yang muncul atas ni'mat Allah
(Ali Imran: 103). karena Allah lah yang telah mempersatukan
hati orang-orang yang beriman, yang tanpaNya niscaya meski de-
ngan semua kekayaan yang ada di bumi tak akan dapat dipersatu-
kan hati-hati itu (Al Anfal:63).

   Bagi orang yang beriman rasa cinta kasih muncul dari kesa-
daran, bahwa mereka telah berikrar menolak semua ilah kecuali
Allah.  Mereka mempunyai ghayyah (tujuan) yang sama; ikut, takut,
dan cinta kepada Allah yang sama, Tuhan semesta alam.  Merekapun
mengakui Muhammad bin Abdullah sebagai Rasulullah, uswatun kha-
sanah, tauhiddul uswah.  Mereka hanya mempunyai satu contoh
utama dalam pengabdiannya kepada Allah, yakni Nabi Terakhir,
Muhammad SAW, uswah yang sama.

   Dalam mengarungi hidup ini seorang yang beriman memiliki
pedoman hidup, jalan hidup yang sama, kompas yang akan menye-
lamatkannya dari ketersesatan di belukar ideologi manusiawi
; yakni dienul Islam.  Mereka memiliki kitab petunjuk yg sama,
yang darinya furqon diperoleh.  Mereka adalah satu, satu ummah,
dan bahkan dalam setiap harinya mereka shalat menghadap arah yang
sama; Ka'bah di Makkah al Mukarromah.

   Itulah unsur-unsur kesamaan yang mengikat jiwa seorang Mus-
lim, yang menyatukan pijakan dan meluruskan tashawwur (pandang-
an).  Sehingga memunculkan kesamaan jati diri, kesamaan syak-
syiyah (kepribadian), dan kesamaan sejarah di masa lampau.

   Kesadaran akan kesamaan sejarah adalah modal besar bagi
tumbuhnya keterikatan masa lalu, keterikatan di masa kini, dan
keterikatan di masa depan.  Kesamaan sejarah adalah kesamaan
tawa dan tangis, kesamaan keringat dan air mata, kesamaan ceri-
ta diri, kesamaan kenangan.  Kesamaan sejarah akan membangkitkan
nostalgia yang sama, kerinduan yang sama, dan harapan-harapan
di masa depan yang sama.  Dan ini akan mengental dalam cita-cita
kolektif yang sama, kesamaan fikir dan gerak.

   Beranjak dari kesadaran sejarah itu dan misi yang diemban
sebagai khalifah fil ardh untuk menyebarkan rakhmatan lil 'ala-
miin, tak ada cita-cita lain dari seorang yang beriman selain
ukhuwah islamiyah, kesatuan ummat dalam aqidah yang lurus, ke-
satuan ummat dalam qiadah islamiah (kepemimpinan islam), yang
darinya negeri-negeri islam yang terampas dikembalikan, yang
darinya izzah (kebanggaan) sebagai seorang Muslim ditegakkan,
yang darinya kemuliaan islam dipancarkan, di dalamnya peratur-
an Allah dan RasulNya ditegakkan, sehingga tidak ada lagi fit-
nah (penyembahan manusia terhadap selain Allah) di muka bumi
dan semua penyembahan dikembalikan hanya kepada Allah, Allah
lah Rabb sekalian alam, Allah lah Tuhan sekalian manusia yang
jiwa kita ada ditanganNya.  Inilah cita-cita seorang Muslim
sejati, cita-cita kolektif di masa depan.

   Kesamaan jati-diri, kesamaan aqidah, kesamaan amanah yang
digenggam, kesamaan sejarah, kesamaan misi.  Maka inilah cinta
diantara orang-orang yang beriman, termasuk cinta kepada ahlul
bait Rasulnya, Muhammad SAW.  Maka rasa cinta kepada para sahabat
awallun Muslimin, salafus shalih, tak akan pernah akan berkontra-
diksi dengan rasa cinta kepada ahlul bait, karena ahlul bait
adalah awallun Muslimin juga, dan sama-sama kaum yang beriman,
dan bukan seperti keluarga Nabi Nuh AS yang membangkang.
Inilah harmoni cinta, yang sumbernya hanya aqidah, bukan darah
dan keturunan.

Hasbunallah wa ni'mal wakiil.

Wassalam,
abu zahra


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.