MATERI TARBIYAH
R I Y A ' (2)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/132; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/10jul94/252
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.

                                        2 dari 3   92 baris


                          R I Y A '


   "Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa
    yang menghinakan.  Dan juga orang-orang yang menafkahkan
    harta-harta mereka karena riya' kepada manusia, dan orang-
    orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemu-
    dian"
    (An Nisaa': 37-38)


   Amal yang sarat riya' itu seperti debu melayang, terbang tak
membawa kebaikan pada dirinya (Al Furqan:23).  Maka Allah mengum-
pamakan riya' seperti bata licin yang penuh tanah di atasnya,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
tidak bertanah (Al Baqarah:264).  Dan Rasulullah SAW bersabda,
"berlindunglah kamu sekalian dari jurang kedukaan!  Apakah itu ya
Rasulullah ? Beliau menjawab "Sebuah jurang di neraka Jahannam
yang disediakan bagi ulama yang riya'".  Mengapa demikian ?
Karena riya' menghancurkan kualitas amaliah, memutuskan benang
penghubung, jalinan hati antara hamba dan Khalik, dan secara tak
langsung menihilkan eksistensi Allah Yang Agung.

   Riya' dalam hubungannya dengan sesama manusia adalah suatu ben-
tuk penipuan, pengelabuan, kebohongan.  Menampakkan kepada sesama
manusia akan kehusyu'an ibadah, tawadlu, menampakkan seolah-olah
akhli ibadah yang ikhlash, namun sesungguhnya hanya tingkah-laku
pamer, berharap perhatian, pujian, dan penghormatan.  Tipu-daya
yang muncul dari penyakit hati, rasa minder, ketakmampuan diri,
cinta sanjungan, penuh harap akan martabat, dan takut akan celaan.
Kalau seorang penipu melakukan kebohongan dengan kata-kata dan pe-
ngelabuan material yang langsung merugikan orang lain, maka ahlul
riya' melakukan penipuan dalam bentuk zhohir ibadah.  Akhli riya'
menampakkan bibir yang kering karena puasa, menampakkan mata yang
kuyu agar terlihat giat tahajjud dlsb., cepat-cepat menanggapi
hadits dengan perkataan shahih, mursal dlsb. agar nampak diketahui
orang akan kemampuannya menghafal hadits dlsb.  Tujuannya satu,
agar orang lain tahu bahwa dia adalah akhli ibadah, dia pandai ilmu
agama, padahal hatinya kering dari ketundukkan kepada Allah.

   Dalam hubungannya dengan Allah, maka riya' tidak lain adalah
bentuk pengejekkan, semacam penghinaan tersamar kepada Allah.
Riya' menampakkan zhohir ibadah kepada Allah, namun hati diserahkan
kepada manusia, dipamerkan kepada manusia untuk mencari sejumput
penghargaan manusia.  Sementara hakekat diin ini adalah untuk ber-
ibadah kepada Allah dalam segenap totalitasnya, dalam segala aspek
dan dimensi kehidupan, lalu menjadikan berbagai aktifitas kehidupan
itu masuk dalam domain sakralitas, sehingga tak ada yang tersisa
dari detik-detik kehidupan manusia selain dalam rangka ibadah,
dalam rangka penyembahan kepada Allah SWT dan mengagungkan namaNya,
maka riya' justru menumbuhkan arus balik, gerakkan yang melawan
totalitas ibadah, bahkan menihilkan ibadah mahdoh (khusus) sekali-
pun.  Dengan riya' semua ibadah menjadi tersekularisasi, mendunia,
menjadi profane.  Karena ibadah telah dihambakan untuk tujuan-tu-
juan dunia, untuk kepentingan material belaka, untuk dipamerkan,
untuk popularitas, penghargaan, dan kedudukan di hati manusia.
Maka hakekat diin ini tercabut dari dada ahlul riya', hubungan de-
ngan Allah menjadi terputus.  Eksistensi Allah sebagai Rabb, yang
hati ini mesti dihadapkan kepadaNya, dinihilkan, tak dihiraukan,
lalu hati dihadapkan kepada manusia, agar manusia tahu kesalehan-
nya, keikhlasannya, kekhusyu'annya, agar manusia memujinya.
Ibadah yang ihsan, yang dilakukan dengan kualitas prima karena
seolah-olah kita melihat Allah dan kalaupun kita tidak melihatNya
maka Allah melihat kita, disempitkan sebatas zhohirotul ihsan,
sebatas jasad belaka, dan bahkan bukan saja tidak diyakini Allah
melihat mereka, tapi akhli riya' berharap-harap manusia melihat
mereka dalam ibadah, cukup manusia saja.  Maka ibadahpun sebatas
jasad, sebatas zhohir, dan hati telah diserahkan untuk manusia.
Pengawasan manusia demikian mencekam mereka, demikian mereka pa-
tuhi ketimbang pengawasan Allah, padahal azab siapakah yang pa-
ling pedih ? Inilah syirik kecil.

   Dalam ayat di awal tulisan ini, Allah menyamakan akhli riya'
dengan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir,
bahkan hukuman berupa siksa yang menghinakan telah dipersiapkanNya.
Mengapa ? Karena akhli riya' telah mengejek Allah, lebih takut akan
pengawasan manusia ketimbang pengawasan Allah, lebih suka pujian
manusia ketimbang surga Allah, lebih takut celaan manusia ketimbang
neraka Allah, memberikan formalitas untuk Allah sementara hati untuk
manusia.  Lalu apakah ini ciri orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhir ?

   Akhirnya mari kita berjuang untuk menghanguskan riya' dari hati
kita, mencampakkannya dari kata-kata kita, berjuang dan terus
berjuang menegakkan ikhlash.  Semoga Allah selalu menolong kita.
Audzu birabbinaas Malikinaas, ilahinaas, minsyarril waswaasil khan-
naas.

Hasbunallah wani'mal wakil

wassalam,
abu zahra



------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.