![]() |
MATERI TARBIYAH R I Y A ' (3) |
Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah Number: isnet/134; Att: is-mod, is-lam Nomor: tarbiyah/10jul94/253 Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu'alaikum wr.wb. 3 dari 3 81 baris R I Y A ' " Sesungguhnya orang yang riya' itu akan dipanggil di hari kiamat dengan empat nama; 1. ya muraa'i (wahai orang yang riya') 2. ya ghowii (wahai orang yang sesat) 3. ya faajir (wahai orang yang durhaka) 4. ya khaasir (wahai orang yang rugi) " (Al Hadits) Itulah panggilan Allah untuk akhli riya'. Sungguh merupakan panggilan yang menghinakan, panggilan yang setiap hati bersih atau akal yang sehat menolaknya, panggilan yang mendirikan bulu roma. Karenanya tak ada pilihan lagi selain membuang sifat ini jauh-jauh dari dasar hati. Riya' mesti diobati. Dari kitab Ihya' 'ulumuddin dapat dirangkum 3 cara pengobatan riya'. Pertama adalah menjebol akar-akar penyebab riya'. Cara ini adalah terapi pemahaman akan hakekat, sumber, bahaya, dan ca- ra kerja riya'. Setelah itu baru riya' disiasati untuk penyembuh- annya. Riya' sendiri pada hakekatnya muncul dari kesenangan akan lezat- nya pujian, takut akan sakitnya celaan, dan tamak akan hal-hal yang dimiliki orang lain. Mengapa orang senang pujian, takut celaan dan suka akan barang orang lain ? Mengapa orang lebih senang akan dunia dan segala rasa manisnya ? Mungkin dari muhasabah akan didapat pe- tunjuk dan jawaban. Maka adalah wajib bermuhasabah, berefleksi, mengadakan perhitung- an untung-rugi antara nikmatnya pujian manusia dengan lezatnya surga Allah, antara pahitnya celaan dengan dahsyatnya azab Allah, antara ketamakan akan harta orang lain dengan ketentraman dalam kasih Allah. Dalam titik ini timbangan kesadaran rasional dan keadilan hati beker- ja penuh. Apakah keuntungan sesungguhnya dari riya' ? Apakah dia be- nar-benar bermanfaat ketimbang bahayanya yang besar ? Berefleksi da- lam garis ini akan mengantarkan hati pada pemahaman hakekat, kesadaran akan bahaya, dan pengetahuan tentang riya' yang pada gilirannya akan menggerakkan akal fikiran dan hati untuk menjauhi dan mencegah keda- tangannya. Inilah tahap dimana keterjagaan dari buaian riya' dipero- leh, tahap dimana hati berkeinginan untuk mengantisipasi, tahap dima- na garis keras mulai dimainkan, tahap kesadaran untuk mengambil sikap permusuhan. Secara ringkas tahap pertama ini adalah membuat keter- selubungan riya' menjadi transparant, nirkaca, dan tertangkap hakekat- nya. Tahap kedua pengobatan riya' adalah mewujudkan kesadaran dan keter- jagaan akan bahaya riya' melalui bentuk pencegahan, tindakan preventif yang menutup peluang munculnya riya'; yakni dengan tidak menampakkan ibadah. Tidak menampakkan baik secara zhohir maupun melalui perkata- an-perkataan. Tindakan ini sangat sulit, kecuali untuk orang-orang yang shiddiq. Dengan tidak menampakkan dan memperkatakan ibadah ber- arti mencegah pengetahuan orang lain, tindakan yang melawan arus riya'. Kalau ini dapat dilaksanakan, maka hati akan selamat dari motif-motif riya'. Namun demikian, bisa saja amal yang disembunyikan sekalipun akan terlihat orang lain, dan bisa jadi pula pada detik itu timbul rasa senang dan puas, dan bisa jadi rasa senang itu demikian bergelora dan memberi semangat untuk pelaksanaan ibadah selanjutnya dan sema- ngat itu menguasai hati. Itulah detik perjuangan di tahap ketiga pengobatan riya'. Tahap ketiga adalah penolakan dari dalam hati, manakala riya' datang secara mendadak, menyelusup dan ingin menikam hati. Tahap ini tak lain dilakukan dengan kembali menggambarkan dalam hati akan bahaya riya' dan besarnya murka Allah bagi akhli riya'. Tahap ini bisa jadi muncul dalam masa yang berbeda-beda dengan intensitas yang berbeda-beda. Akhirnya kepada Allah jua kita mohon pertolongan dalam berjuang melawan riya'. Dan sesungguhnya ikhlash itu adalah hasil latihan, tempaan, dan perjuangan, bukan sesuatu yang diperoleh dengan amat mudahnya. Semoga kita tidak termasuk golongan akhli riya' dan Allah selalu menghindari kita dari perjumpaan dengannya. Amiin. Hasbunallah wani'mal wakil wassalam, abu zahra ------------ tarbiyah@isnet.org