MATERI TARBIYAH
S A B A R (1)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/138; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/10jul94/254
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.

                                                67 baris

                       S A B A R


    Ibnu Mas'ud R.A. berkata: Seolah-olah saya masih me-
    lihat pada Rasulullah SAW ketika mencontohkan kejadi-
    an seorang Nabi yang dianiya kaumnya hingga berlumu-
    ran darah, sambil mengusap darah dari mukanya berkata
    ALLAHUMAGHFIR LIQOUMI FA INNAHUM LA YA'LAMUN (ya Allah
    ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui).
    (H.R Bukhari, Muslim)


   Sabar adalah sepenggal kata yang sering diucap dan enteng
untuk dituturkan, namun dengan konsekuensi yang luar biasa
berat.  Sabar lebih sebagai sebuah hasil tempaan panjang tak-
winniyah ketimbang sebuah bekal untuk belajar.  Dia wujud ka-
rena kematangan fikrah dan kelembutan khusyu'.  Dia adalah
sebuah karakter yang diidamkan, kokoh, ibarat karang di tengah
gelombang pasang.  Ibarat black hole yang menyerap semua sinar
tanpa membuatnya kehilangan pegangan.  Maka Allah bersama
orang-orang yang sabar.  Maka Nabi-nabi Allah selalu dengan
kesabaran.  Tanpa akhlaq islami ini da'wah islamiah tak akan
tegak.

   Tanpa sabar al Haq tak dapat ditegakkan.  Karena, jalan
bersama al haq, jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diberi
ni'mat, jalan para Nabi, Shiiddiqiin, syuhada dan shalihiin,
jalan ketaqwaan adalah jalan yang sukar lagi mendaki, jalan
yang penuh celaan dari orang-orang yang suka mencela, jalan penuh
hasutan dari orang-orang yang suka menghasut, jalan yang penuh
hinaan dari orang-orang yang suka menghina, jalan penuh fitnah,
teror, interogasi dan intimidasi.  Tanpa sabar jalan yang mendaki
menjadi lebih mendaki dan tak dapat dilalui.

   Rasulullah saat di Tha'if berlumuran darah dilempari batu,
begitu juga Nabi-nabi lain, karena kaumnya belum faham, tidak
tahu kebenaran Allah, mereka jahil.  Kalau saja mereka tahu,
mereka faham, maka mereka akan lebih banyak menangis karena
kesalahan-kesalahan mereka.  Apa yang harus dilakukan untuk
mereka yang tidak tahu, selain memohonkan pengampunan pada Sang
Khalik ?

   Memasukkan kebenaran ke dalam kepala, hati lalu mewujud
dalam amaliah seseorang mad'u, bukanlah pekerjaan sederhana.
Ini adalah pekerjaan para anbiya, makhluk pilihan Allah.  Coba
kita bermuhasabah, baru saja perkataan kita disinggung saudara
kita, ditanggapi dengan sedikit sinis atau dibiarkan, segenap
ketersinggungan meluncur, meluap, lalu kita serang mereka
yang bersinis-sinis kepada kita dengan kata-kata tajam-menusuk
jantung.  Baru saja nasehat-nasehat kita dibalas dengan canda,
dibalas dengan tawa, dibalas dengan olok-olok, segera saja
segenap kebencian melanda.  Belum lagi menghadapi fikrah rekan-
rekan yang lain, yang tidak sama dengan kita, yang nampak kacau
yang merugikkan, yang nampak munafiq, segenap kebencian penuh
menghiasi layar kaca.  Setumpuk buruk sangka menghiasi muka.
Lalu dimana letak sabar ?  Akankah kebenaran merasuk dalam hati
rekan-rekan yang kepada mereka ingin kita sampaikan kebenaran,
dengan tetap memelihara ketidaksabaran ?  Apakah kita menganggap
orang lain segera akan menerima kata-kata kita, meresapinya, lalu
mengamalkannya, dengan sangat mudahnya ?  Apakah kita berharap
masuk surga, padahal belum datang cobaan kepada kita sebagaimana
cobaan datang kepada mereka yang terdahulu ?  Astaghfirullah,
kita sering bermimpi.  Kita sering bermimpi.

   Inilah sabar.  Dia muncul dari proses panjang pembinaan pribadi.
Dia mesti mewujud, memancarkan sinar, melembutkan hati-hati yang
memandangnya.

Hasbunallah wani'mal wakil

wassalam,
abu zahra


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.