![]() |
MATERI TARBIYAH S H I I D D I Q (1) |
Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah Number: isnet/147; Att: is-mod, is-lam Nomor: tarbiyah/10jul94/256 Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu'alaikum wr.wb. (1 dari 2) 54 baris S H I I D D I Q "Biasakanlah kamu berkata benar, karena kebenaran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kepada surga. Dan seseorang itu selalu berkata benar sehingga dicatat di sisi Allah; shiiddiq. Dan awaslah kamu dari dusta, karena dusta itu menuntun kepada kejahatan, dan kejahatan itu menuntun kepada neraka. Dan seseorang itu berdusta sehingga dicatat di sisi Allah; pendusta." (H.R. Bukhari) Ibarat lampu akhlaq, maka shiiddiq adalah cahayanya. Dia bersinar menerangi sekeliling bak mercu suar. Sifat ini mengantarkan si pelaku pada ketenangan jiwa, karena tak ada yang dia sembunyikan, tak ada yang perlu dia dustai. Dia, seorang Muslim, yang hidup secara transparant (nir kaca). Maka buahnya adalah kepercayaan, kehormatan, dan kemuliaan, bukan saja dari manusia, tetapi juga dari Allah Pencipta Manusia. Hati yang bersih akan selalu terikat pada kebenaran, hanya beriltizam (komit) pada kebenaran. Maka itu semua akan berpe- ngaruh terhadap kata-kata yang dituturkan, atau perbuatan yang dipersembahkan. Tak ada keperluan baginya untuk berdusta, karena keterikatan pada kebenaran menutup peluang untuk berdusta. Dusta muncul karena perbuatan tercela yang tak ingin diketahui orang lain; dusta muncul karena harapan-harapan egois, serakah dan kecurangan; dusta muncul karena bakhil dan ketakutan yang sangat melanda jiwa. Maka bagi hati yang bersih, karena sibgha Allah (pewarnaan Allah), tak ada lagi yang perlu didustakan dan tidak ada manfaatnya berdusta, tak ada yang malu untuk disampai- kan, tak ada yang perlu dikhawatirkan atau ditakuti. Hatinya mantab, tenang dan damai, tak ada ketakutan atau kecurangan. Maka kemuliaan dari manusia dan ridha Allah adalah balasan yang setimpal. Dalam garis pemahaman dien ini, maka dua arah berlaku shiiddiq yang saling mengkait terbentang; berlaku shiiddiq kepada Allah dan berlaku shiiddiq kepada manusia. Berlaku shiiddiq kepada manusia sendiri muncul setelah seorang Muslim menjalin hubungannya dengan Allah secara benar. Hubungan dengan Allah ini yang menjadi basis, sumber motivasi dan penggerak segala amaliah seorang Muslim. Sehingga segala amaliah dan mua- mallahnya akan bersandar pada syar'i, pada upaya mencari ridha Allah. Tanpa berlaku shiiddiq kepada Allah, maka akan sulitlah bagi seorang manusia untuk berlaku benar terhadap sesamanya. Ibarat lampu akhlaq islami, shiiddiq adalah cahayanya, shiiddiq adalah cahaya kebenaran, dan jalan menuju mardhotillah. Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Wassalam, abu zahra ------------ tarbiyah@isnet.org