MATERI TARBIYAH
AKHLAQ DI DALAM ISLAM (02)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/2133; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/11jul95/844
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu 'alaikum wr.wb..

               >> AKHLAQ DI DALAM ISLAM  (02)<<

 2.  Kemudian, Allah SWT tidak membiarkan kita untuk menginterpretasikan tata
 nilai tersebut semaunya, berstandard seenaknya, tapi juga memberikan kepada
 kita RasululLaah SAW yang menjadi uswah hasanah. RasuluLaah SAW merupakan insan
 kamil, manusia paripurna, yang tidak ada satupun sisi-sisi kemanusiaan yang
 tidak disentuhnya selama hidupnya. Ia adalah ciptaan terbaik yang kepadanya
 kita merujuk akan akhlaq yang mulia. Allah SWT berfirman:

 "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang
 mulia." (QS. Al-Qolam:4)

 "Sesungguhnya telah ada dalam diri RasululLaah suri teladan yang baik
 bagi kalian, yaitu orang-orang mengharapkan (keridhoan) Allah dan (kebahagiaan)
 hari akhirat, serta banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab:21)


 Bagaimana kehidupan sebagai pribadinya adalah rujukan kita. Cara makan dan
 minumnya adalah standard akhlaq kita. Tidur dan berjalannya adalah juga
 standard kita. Tangisnya, senyumnya, berfikir dan merenungnya, bicaranya dan
 diamnya adalah juga merupakan tangis, senyum, berfikir dan merenungnya, bicara
 dan diamnya kita.

 Kehidupannya sebagai kepala rumah tangga, anggota masyarakat, kepala negara,
 da'i, jenderal perang adalah rujukan kehidupan kita. Demikianlah, Rasulullah
 SAW memang telah menjadi ukuran resmi yang Allah SWT turunkan bagi kita, dan
 sampai kapanpun ini tidak akn pernah berubah.

 Contoh-contoh akhlaq beliau:

 RasululLaah SAW bersabda sehubungan dengan akhlaq hati dan lisan:

 "Iman seorang hamba tidaklah lurus sehingga lurus hatinya. Dan tidak
 akan lurus hati seorang hamba sehingga lurus lisannya." (H.R. Ahmad)

 Sehubungan dengan hubungan sosial, beliau bersabda:

 "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah
 tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka
 muliakanlah tetamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka
 berkatalah yang baik atau diam." (H.R. Bukhari dan Muslim)

 Dan masih banyak lagi ibrah lainnya dari kehidupan RasululLaah SAW, yang tidak
 akan mungkin cukup kolom ini mengungkapkannya, yang menunjukkan keagungan dan
 kemuliaan akhlaq beliau, baik akhlaq terhadap diri sendiri, terhadap sesama
 manusia, terhadap makhluq lainnya dan tentunya akhlaq terhadap Khaliqnya.

 3. Jadi akhlaq Islam itu sudah ada formatnya dan juga mapan, berlainan dengan
 'akhlaq', moral, etika dalam sistem budaya buatan manusia diluar Islam yang
 tidak pernah memiliki standar baku dan senantiasa berubah bergantung pada main
 stream budaya yang ada pada waktu itu.

 Ukuran kebaikkan dan kesopanan begitu relatif dan variatif, bergantung kepada
 tempat dan waktu. Dahulu dua orang yang (ma'af) berpelukan dan berciuman di
 depan umum akan dianggap hal yang sangat memalukan dan tidak patut, namun
 sekarang hal itu dianggap biasa dan patut-patut saja. Seseorang yang memegang
 minuman keras dengan tangan kiri sambil berjalan modar-mandir dan tertawa-tawa
 adalah hal sangat bisa diterima oleh umum dimanapun, namun tidak oleh Islam,
 dan Islam tidak mentolerirnya sejak RasululLaah SAW ada sampai sekarang.

 Imam Al-Ghazaly menyatakan bahwa akhlaq adalah perbuatan seseorang yang
 dilakukan tanpa berfikir lagi, yaitu sesuatu yang sudah menjadi kebiasaanya
 sehingga dikerjakan dengan spontan. Misalnya orang yang senantiasa makan dan
 minum dengan tangan kirinya, maka dimanapun, dan dalam keadaan bagaimanapun ia
 akan spontan makan dan minum menggunakan tangan kirinya. Orang yang tidak
 terbiasa mengucapkan salam kepada sesama muslim dan terbiasa mengucapkan
 'hello' 'goodbye' juga akan mengucapakan 'hello' 'goodbye' ketika bertemu
 seseorang.

 Oleh karena itu kita harus membiasakan dan menshibghoh (mencelup) diri dengan
 akhlaq Islam, sehingga mentradisi dalam jiwa dan kehidupan kita dan dimanapun
 serta kapanpun dengan spontan terlihat bahwa akhlaq yang Islami merupakan
 akhlaq kita. Allah SWT berfirman:

 "Shibghoh Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghohnya dari Allah,
 dan kepada-Nyalah kami mengabdikan diri." (QS: Al-Baqarah:138).

 4. Terakhir, Akhlaq Islam bukanlah semata-mata anjuran menuju perbaikan nilai
 kehidupan manusia didunia, tapi ia memberikan dampak bagi kehidupannya di
 akhirat. Seseorang yang berakhlaq baik tentunya akan mendapat ganjaran pahala,
 dan sebaliknya orang yang berakhlaq buruk pasti ia akan merasakan adzab Allah
 yang sangat pedih.

 Seorang yang senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik, misalnya,
 tentunya baik buat dirinya dan orang lain didunia ini dan juga menadapatkan
 ganjaran pahala yang akan menambah berat timbangan amal sholehnya di hari
 akhirat kelak. Dan seorang pengumpat, pencaci, penghasud tentunya akan
 memberikan akibat buruk bagi dirinya dan orang lain didunia dan melicinkan
 jalannya untuk menikmati siksa Allah di neraka kelak.

 Inilah diantara ciri khas Akhlaq Islam, yang pada akhirnya ia membuat
 setiap muslim terpaksa atau tidak untuk menshibghoh dirinya dengan tata nilai
 yang telah Allah berikan kepada dia dan dengan gamblang dan lengkap telah pula
 diimplementasikan oleh Muhammad SAW, kekasih-Nya, manusia pilihan-Nya.


 Wa 'l-Laahu a'lam bi 'sh-Showaab,

 Wa 's-Salaamu 'alaikum wa rahmatu 'l-Laahi wa barakaatuh,


 Taufik





------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.