MATERI TARBIYAH
SHIFAT SHOLAT RASULULLOOH MUHAMMAD S.A.W. (03)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/703; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/24jun95/829
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu 'alaikum wr.wb.. 

SHIFAT SHOLAT RASULULLOOH s.a.w. (3)

Persyaratan menghadap KA'BAH memiliki beberapa pengecualian-
pengecualian.

1. Bila hendak melakukan sholat sunnah dalam keadaan berkendaraan, 
maka dapat dilakukan dengan :

Kadangkala, apabila beliau (s.a.w.) hendak menunaikan sholat 
sunat di atas untanya, maka beliau menghadap ke arah kiblat 
dengan untanya itu lalu bertakbir. Kemudian, sholatlah beliau 
ke arah mana saja kendaraannya itu menghadapkan beliau. 
(Abu Dawud dan Ibnu Hiban).

Rasulullooh s.a.w. pernah melakukan sholat sunat di dalam 
perjalanan di atas kendaraannya, dan beliau melaksanakan juga 
sholat witir di atasnya, kearah mana saja kendaraan itu 
menghadap - baik kearah timur maupun kearah barat. 
(HR. Bukhori, Muslim dan As-Siraj).

2. Dalam hal melakukan sholat wajib, maka :

Apabila beliau hendak melakukan sholat fardhu (wajib), 
maka beliau turun (dari kendaraannya) lalu menghadap kearah 
kiblat. (HR. Bukhori dan Ahmad).

Tentang turun dari kendaraan untuk sholat wajib ini, tentunya 
dengan keadaan kita sekarang bilamana kendaraan dikendarai 
sendiri tidaklah menjadi persoalan untuk berhenti, turun dan 
menunaikan sholat wajib. 

Bagaimana dengan keadaan dalam kendaraan-umum ?

1. Dalam keadaan ini maka disarankan agar sholatnya digabungkan 
sambil disingkat (yaitu yang empat rak'at menjadi 2 rak'at) dengan 
sholat berikutnya, yaitu Dzohor - Ashar; dan Maghrib - Isya.
(Insya Allah dibahas dalam bab sholat Jama' dan qasar).

2. Lalu bagaimana kalau untuk menggabungkanpun memang tidak dapat 
turun dari kendaraan ? Dalam keadaan darurat seperti ini maka 
disarankan untuk sholat sambil duduk (kalau memang kesulitan 
untuk berdiri). (Lihat Bab sholat dalam keadaan duduk/berbaring).

Kemudian mengenai ayat 2:115 dan 2:143 dibandingkan dengan 
ayat 2: 144 :

Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap 
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi 
Maha Mengetahui. (QS. 2:115).**

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), 
ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) 
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. 
Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang 
mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) 
itu terasa amat berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi 
petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan 
menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha 
Penyayang kepada manusia. (QS. 2:143)

Mengenai ayat ini , Ibnu Abbas berkata : yang dimansukhkan 
dalam soal kiblat, yaitu ketika Nabi s.a.w. berhijrah ke Medinah, 
sedang penduduknya banyak juga orang Yahudi. Allah menyuruhnya (sholat) 
menghadap Baitul Maqdis (Palestina), maka gembiralah orang
Yahudi. Rasulullooh telah menghadap ke arah ini selama kurang lebih 
16 - 17 bulan. Maka Nabi s.a.w. sering melihat-lihat kearah langit maka 
turunlah ayat 2: 144.

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh 
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu 
ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu 
ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) 
memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar 
dari Rabb-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka 
kerjakan. (QS. 2:144)

Dalam keadaan susah menetapkan arah kiblat (karena keadaan 
tertentu) maka Ibnu Jarir berkata, sesuai dengan contoh yang dilakukan 
oleh Rasulullooh s.a.w. yaitu adanya sholat menghadap kearah mana saja 
kendaraan menghadap. (HR. Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i).

** Turunnya ayat 2: 115 ini berhubungan dengan riwayat dari :

Amir bin Rabi'ah dari ayahnya berkata, ketika kami sedang 
bepergian bersama Nabi s.a.w. di suatu malam yang sangat gelap, maka kami 
turun di suatu tempat untuk sholat, dan tiap orang menandai tempat 
sholatnya dengan batu. Pagi harinya kami dapati batu-
batu itu tidak tepat pada kiblat, lalu kami bertanya kepada 
Rasulullooh s.a.w.: Ya Rasulullooh s.a.w., kami semalam telah sholat 
kearah yang bukan kiblat, maka Allah menurunkan ayat 2:115, ini. 
(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah. derajat Hasan).

BERDIRI

Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. 
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (QS. 2:238).

Dalam keadaan berkendaraan, maka dapatlah kita sholat di atas 
kendaraan. 

Dalam keadaan yang menakutkan maka sholat dapat dilakukan dalam 
kendaraan berjalan dan bila sedang dalam keadaan jalan-kaki dapat 
dilakukan dengan berjalan, sebagaimana firman Allah SWT: 

Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan 
atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah 
(shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang 
belum kamu ketahui. (QS. 2:239)

Apabila mereka bercampur (dengan musuh, maka sholat dilakukan 
hanya dengan) takbir dan isyarat kepala. (HR. Baihaqi).

Tentunya persyaratan berdiri ini adalah persyaratan yang umum, 
dalam situasi tertentu dimana tidak kuasa untuk berdiri, maka dapat 
melakukan sholat dengan duduk, yang bilamana juga masih tidak kuasa 
dengan duduk maka dapat dengan berbaring.


SHOLAT DALAM KEADAAN DUDUK/BERBARING
(Insya Allah Bersambung)

Billaahi taufiq wal hidayah
Wassalamu 'alaikum wr.wb..

chalid thalib

------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.