![]() |
MATERI TARBIYAH SHIFAT SHOLAT RASULULLOOH MUHAMMAD S.A.W. (05) |
Komite Tarbiyah dan Pengembang Diskusi Isnet (tarbiyah@isnet.org) Mon, 4 Dec 1995 12:57:07 -0600 Messages sorted by: [ date ][ thread ][ subject ][ author ] Next message: HERYADI@chemvx.tamu.edu: "Re: Ku Klux Klan" Previous message: N.Tjahjadi: "Re: Mengajar lewat jaringan komputer" Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah Number: isnet/712; Att: is-mod, is-lam, mus-lim Nomor: tarbiyah/05jul95/836 Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu 'alaikum wr.wb.. Shifat sholat 5 KEDUDUKAN TANGAN KETIKA TAKBIR Ketika membaca takbir Rasulullooh s.a.w. mengangkat kedua tangannya. Caranya adalah berdasarkan hadiest: Kadang-kadang Rasulullooh s.a.w. mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan melafalkan takbir [Bukhori dan Nasa'i], kadangkala setelah selesai membaca takbir [Bukhori dan Abu Dawud] dan kadang-kadang sebelum membaca takbir [Bukhori dan Nasa'i]. Keadaan telapak tangan ketika takbir berdasarkan hadiest : Beliau s.a.w. mengangkat kedua (tangannya) sambil meluruskan jari-jemari, tidak merengangkan dan tidak pula menggenggamnya. (Abu Dawud & Ibnu Khuzaimah; Tamam, Al-Hakim dan disahihkan Adz-Dzahabi). Tingginya kedua tangan di angkat ketika takbir adalah : Dan beliau s.a.w. meletakkan kedua tangannya itu setinggi bahunya (Bukhori dan Nasa'i) dan barangkali beliau mengangkatnya (maksimum) hingga setinggi daun-daun telinganya. (Bukhori dan Abu Dawud). KEDUDUKAN TANGAN SETELAH TAKBIR Beliau s.a.w. meletakkan kedua tangannya di atas dadanya. (Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah). Beliau s.a.w. melarang untuk meletakkan tangan di atas lambung (rusuk) di dalam sholat. (Bukhori dan Muslim). Posisi tangan setelah di letakkan adalah : Sesungguhnya kami, para Nabi telah diperintahkan untuk menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur, dan untuk meletakkan tangan-tangan kanan kami di atas tangan-tangan kiri kami pada waktu sholat. (Ibnu Hibban dan Adh-Dhiya' ---> sahih). Rasulullooh s.a.w. meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. (Muslim dan Abu Dawud). Beliau s.a.w. berlalu dekat seorang laki-laki yang sedang sholat. Laki-laki itu meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya. Kemudian beliau s.a.w. melepaskannya dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. (Ahmad dan Abu Dawud ---> sahih). Beliau s.a.w. meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangannya, pergelangan tangannya dan lengan tangannya (maksudnya adalah di atas tulang hasta/pengumpil). (Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah ---> sahih). [ dalam riwayat lain beliau s.a.w. memerintahkan hal tersebut kepada para sahabatnya. (Malik, Bukhori dan Abu 'Uwamah)]. Kadang-kadang beliau s.a.w. menggenggamkan tangan kanannya ke tangan kirinya. (An-Nasa'i dan Ad-Daruquthni ---> sahih). ***Sedangkan mengHARUSkan cara menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan, dengan cara mengambil lengan tangan kiri dengan kelingking dan jempol tangan kanan, seraya membentangkan ketika jari (telunjuk, tengah dan manis) di atas tangan kiri,..... cara ini adalah BUKAN HADIEST (menurut Al-Albani). POSISI KEPALA DAN PANDANGAN Apabila Rasulullooh s.a.w. sholat, maka beliau menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah. (Al-Baihaqi dan Al-Hakim.---> sahih. Hadiest ini mempunyai saksi 10 orang sahabat Rasulullooh s.a.w. [Ibnu Asakir]. Tatkala beliau s.a.w. memasuki Ka'bah, maka pandangannya tidak pernah meninggalkan tempat sujudnya, hingga beliau keluar daripadanya. (Al-Baihaqi dan Al-Hakim). Larangan mengarahkan pandangan ke langit: Beliau s.a.w. melarang untuk mengarahkan pandangan ke langit. (Bukhori dan Abu Dawud). Didalam riwayat lain beliau s.a.w. bersabda : Niscaya suatu kaum akan binasa karena mereka mengangkat pandangan mereka ke langit di dalam sholat, atau pandangan mereka itu tidak akan kembali lagi kepada mereka, [Dilain riwayat dikatakan: mata-mata mereka itu disambar]. (Muslim, Bukhori dan As-Siraj). Larangan menoleh : Apabila kamu sedang sholat, maka janganlah kamu menoleh, karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajahNya ke wajah hambaNya di dalam sholatnya, selama ia tidak menoleh. (Turmudzi dan Hakim ---> sahih). [Menoleh adalah] suatu curian yang di curi oleh setan dari sholat seorang hamba. (Bukhori dan Abu Dawud). Jauhkan hal-hal yang dapat mengganggu pandangan dan pikiran ketika sholat : Rosulullooh s.a.w. sholat dengan mengenakan kain yang mempunyai tanda-tanda, kemudian beliau melihat kepada tanda-tanda itu dengan sekali lihat. Selesai sholat, beliau bersabda, "Pergilah dengan membawa kainku ini kepada Abi Jahmin dan bawalah kepadaku pakaian (yang tebal yang tidak ada tandanya) milik Abi Jahmin, karena sesungguhnya ia telah melupakan aku dari sholatku tadi. [Dalam riwayat lain dikatakan] Sesungguhnya aku telah melihat kepada tandanya pada waktu sholat, hingga ia hampir mengujiku. (Bukhori, Muslim dan Malik). 'Aisyah r.a. mempunyai pakaian, yang di dalamnya terdapat lukisan, yang terjurai ke sahwah, sedangkan Nabi s.a.w. sholat dengan menghadap kepadanya. Kemudian beliau bersabda, Keluarkanlah (jauhkanlah) baju itu daripadaku, karena lukisan baju itu senantiasa menghalang-halangi aku di dalam sholatku. (Bukhori, Muslim dan Abu 'Uwanah). Tidaklah layak di dalam rumah terdapat sesuatu yang menyibukkan (mengganggu pikiran) orang yang sholat. (Abu Dawud dan Ahmad ---> sahih). Janganlah menahan kentut/buang hajat atau bilamana makanan telah tersedia : Tidaklah sah sholat orang yang di hadapannya terdapat makanan, dan tidak pula sholat orang yang ingin membuang kotoran. (Bukhori, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah). SHOLAT DENGAN TENANG DAN TERTIB Sholatlah seperti sholat orang yang berpamitan, seakan-akan anda melihat-Nya dan walaupun anda tidak melihatNya, maka sesungguhnya DIA melihatmu. (Al-Mukhlish; Ath-Thobrani, Ar-Rubani dan Adh-Dhiya'; Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Asakir --->disahihkan Al-Haitami Al-Faqih). Tidak ada bagi seorang yang datang kepadanya sholat wajib, lalu ia memperbaiki*) wudhu'nya, khusyu'nya dan ruku'nya, kecuali sholat itu akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu, selama ia tidak melakukan dosa-dosa besar, dan hal ini untuk setiap masa. (Muslim). *) memperbaiki... disini menurut pemahaman saya mengandung pengertian bahwa, bilamana kita selalu memiliki keinginan dan usaha untuk menyempurnakan tatacara beribadah kita kepada Allah SWT, maka janji-NYA dalam hadiest sahih riwayat Muslim di atas berlaku bagi kita. Sedangkan untuk wudhu' selain pengertian di atas, juga mengandung pengertian tentang anjuran berwudhu' kembali setiap akan melakukan sholat wajib sebagaimana hadiest dalam wudhu'. Dalam Fathul Baary 1:135 no.214, Dari Anas, ia berkata: adalah Nabi s.a.w. berwudhu' setiap kali hendak melakukan sholat. Lalu saya tanyakan kepada (para sahabat): dan bagaimana kalian melakukannya? Ujarnya: biasanya kami cukup melakukan sekali wudhu' (untuk beberapa kali sholat) selama kami belum berhadats. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata: sesungguhnya hadiest ini menunjukkan bahwa yang dimaksud secara umum adalah sholat wajib. (Fathul Baary 1:316). Imam Ath-Thohawi berkata: dimungkinkan perbuatan yang demikian (Fathul Baary 1:135 no.214) di atas wajib bagi beliau s.a.w. saja, kemudian sesudah itu di manshukh-kan pada waktu Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) berdasarkan hadits Buraidah yang diriwiyatkan oleh Imam Muslim : Biasanya Nabi s.a.w. berwudhu' setiap kali sholat (sholat wajib), maka pada waktu Fathu Makkah beliau s.a.w. mengerjakan beberapa kali sholat (sholat wajib) dengan satu wudhu'. Maka ketika 'Umar r.a. bertanya: Ya Rosulullooh s.a.w., engkau telah melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan selama ini? Nabi s.a.w. menjawab: Memang sengaja saya lakukan itu hai 'Umar!. Bisa jadi beliau s.a.w. lakukan yang demikian sebagai suatu perkara yang sunnah, kemudian beliau khawatir disangka wajib, maka beliau tinggalkan, untuk menunjukkan bolehnya melakukan (kedua-duanya). Dari penjelasan di atas dalam pemahaman saya berarti berwudhu' setiap akan melakukan sholat wajib (meskipun belum batal) adalah sunnah, dan melakukan beberapa kali sholat dengan sekali wudhu' (selama tidak batal) dibolehkan. Tentunya hal ini berlaku dalam dalam keadaan normal (bukan dalam keadaan darurat/ kepepet waktu). Kalau dalam keadaan darurat/sibuk maka tentunya dalam pemahaman saya melakukan wudhu' sekali untuk beberapa sholat wajib (selama belum batal) adalah yang disunnahkan. Walloohu A'lamu bish-Showaab. DO'A-DO'A IFTITAH Insya Allah bersambung. Billaahi taufiq wal hidayah Wassalamu 'alaikum wr.wb.. chalid thalib ------------ tarbiyah@isnet.org