MATERI TARBIYAH
ALI BABA DAN QASIM


From     : Nadirsyah Hosen
Subject  : Ali Baba dan Qasim

Ali Baba dan Qasim 


Ada dua saudara yang nasibnya berlainan. Ali Baba, sang adik, hidup papa
dan merana. Sang kakak, Qasim, hidup senang berlimpah harta. Satu hari,
Ali Baba pergi ke gurun pasir, tak disangka ia bertemu rombongan
penyamun yang menuju sebuah pintu batu dan mengucapkan kata sakti
sehingga pintu itu terbuka. Ali Baba yang bersembunyi memperhatikan
dengan seksama kelakuan para penyamun itu.

Ketika para penyamun itu keluar, pimpinannya lagi-lagi mengucapkan kata
sakti yg sama sehingga pintu batu kembali tertutup. Setelah rombongan
penyamun itu pergi, Ali Baba dengan rasa ingin tahu yang besar mulai
mendekati pintu batu itu. Ia ucapkan kata sakti yang tadi didengarnya. Ali
Baba terkejut ketika pintu batu itu terbuka. Ia lebih terkejut lagi ketika
mendapati emas dan perhiasan serta barang-barang yang mahal didalam gua
itu. Rupanya, itulah tempat persembunyian atau "gudang harta" para
penyamun selama turun temurun dari generasi ke generasi.

Ali Baba mengambil harta itu secukupnya lalu pulang ke rumah. Sayang,
akibat keteledoran isterinya, sangkakak, Qasim, mengetahui perubahan yang
terjadidengan hidup adiknya itu. Ali Baba yang dulunya miskin kini menjadi
hidup lebih dari cukup. 

Terdorong rasa iri hati yang menjulang, Qasim bertanya hal ihwal kekayaan
adiknya. Ali Baba, terdorong rasa sayang pada kakaknya, menceritakan
rahasianya termasuk kata sakti untuk membuka pintu batu.

Malam itu juga, Qasim segera pergi ke "gudang harta" para penyamun itu.
Dengan lancar ia ucapkan kata sakti itu. Pintu terbuka. Qasim terperangah.
Matanya langsung silau dengan kepingan emas dan barang berharga lainnya.
Tak henti-hentinya ia pandangi limpahan harta itu. Lama ia berdiri
mengagumi barang mewah yang kini tergeletak didepannya.

Qasim segera sadar dan mulailah ia dengan bernafsu mengumpulkan
kepingan emas itu. Ketika telah penuh karung-karung kosong yang ia bawa;
ketika peluh telah membasahi tubuhnya, ketika ia telah puas mengagumi
harta itu, ia pun hendak keluar. Akan tetapi, kerongkongannya tercekat! Ia
lupa kata sakti yang harus diucapkan untuk membuka pintu batu.

Sementara itu, rombongan penyamun telah kembali datang. Sang kepala
penyamun mengucapkan kata sakti dan terbukalah pintu batu. Mereka kaget
ketika mendapati Qasim di dalam "gudang harta" mereka. Qasim yang
tertangkap basah hanya bisa pasrah. Nasib Qasim selanjutnya sudah bisa kita
tebak.

Kisah Ali Baba dan Qasim di atas merupakan salah satu kisah yang terdapat
dalam "Kisah Seribu Satu Malam". Sebagaimana kisah-kisah yang lain,
sebenarnya, dongeng di atas mengajarkan kita banyak hal, asalkan kita mau
membaca yang tersirat.

Boleh jadi, pengetahuan yang kita miliki sama. Boleh jadi, kita sama-sama
mengetahui rahasia ilahi; boleh jadi pula kita sama-sama hafal kata sakti atau
ayat ilahi. Namun, kesucian hatilah yang membedakan kita.

Ali Baba tidak silau dengan harta duniawi. Sementara itu, meskipun Qasim
sudah diberi tahu kata sakti, ketika ia silau dengan harta duniawi, mendadak
ia lupa kata sakti itu. Pikirannya hanya dipenuhi dengan harta dan harta.
Kerakusannya membuat ia memenuhi isi kepalanya dengan segudang
rencana. Mungkin ia berencana membangun real estat, boleh jadi ia
berencana membangun pusat-pusat pertokoan. Siapa tahu ia juga berencana
membangun jalan tol yang menghubungkan satu kota dengan kota lain dan
setiap yang lewat akan dimintakan bayaran. Ketika isi kepalanya penuh
dengan hal-hal itu, ia menjadi lupa akan kata sakti.

Ayat Ilahi, atau yang disimbolkan dengan kata sakti di atas, hanya akan
menghampiri mereka yang suci hatinya. Boleh jadi, kita sama-sama tahu
makna ayat Ilahi, namun nasib kita bisa berbeda.Tinggal pilih: mau menjadi
Ali Baba atau Qasim?

Armidale, 3 Februari 1998



Rancangan KTPDI Hak cipta © dicadangkan.