![]() |
MATERI TARBIYAH SEORANG MUKMIN BUKAN SEORANG EGOIS |
From : Ahmad Zubair Subject : Seorang mukmin bukanlah seorang yang egois Kalau kita terjemahkan egois berarti "berke-aku-an", atau orang yang egois adalah orang yang "aku"-nya tinggi. Keakuan sangat berlawanan dengan laa haula walaa quwwata illa billah yang menjadi ciri orang-orang mislim, manusia tidak memiliki daya dan tidak upaya kecuali kalau mendapatkan ijin Allah. Diantara orang-orang yang diceriterakan di dalam Al Quraan, orang-orang yang keakuannya tinggi adalah orang-orang yang telah diposterkan Allah sebagai orang-orang yang dilaknatinya, antara lain Fir'aun, Sa'labah, dan Qarun. Fir'aun digambarkan sebagai orang yang keakuannya tinggi, sampai mengaku dirinya Tuhan: ***26:29*** 29. Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". Dengan keakuannya Fir'aun telah bertindak sewenang-wenang di bumi ini, dia menindas siapapun yang menentangnya. Di negara kitapun banyak Fir'aun-Fir'aun yang memiliki keakuan tinggi, merasa benar sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat maupun nasihat orang lain. Akibatnya rusaklah negeri ini. ***28:4*** 4. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun, adalah contoh seorang yang berkeakuan tinggi yang telah dilaknati Allah karena keakuannya: ***28:78*** 78. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Karena keakuannya, Karun telah melupakan kekuasaan Illahi, sampai dia berani berkata "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku", seolah-olah dia diberi harta karena ilmu yang ada padanya, padahal memberi harta kepada Karun karena KehendakNya, KekuasaanNya, RahmatNya, Kasih SayangNya kepada manusia, bukan karena ilmu yang ada pada Karun. ***28:79*** 79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". ***28:80*** 80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar". ***28:81*** 81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Seorang ibu, yang mendoakan anaknya menjadi anak yang saleh, kemudian setelah dikabulkan oleh Allah dengan anak yang saleh, timbul keakuannya seolah-olah anak yang saleh tersebut hasil karyanya. Atau dia menjadikan anaknya yang saleh tersebut sebagai tuhan. Maka keakuannya telah menghancurkan dirinya. Kita sering mendengar orang tua bicara "Siapa dulu dong orang tuanya", "Coba kalau bukan kami orang tuanya, kan dia tidak jadi orang yang saleh", dsb., dengan penuh kesombongan. ***7:189*** 189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur". ***7:190*** 190. Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Keakuan sesuatu yang harus dihilangkan dari diri muslim, dengan cara bunuh diri (nafs, keakuan, bukan bunuh jasad): ***4:66*** 66. Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka : "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). Ternyata menurut ayat tersebut, hanya sedikit orang yang mau membunuh keakuannya. Padahal kalau mereka mau membunuh keakun, keimanan mereka akan diperkuat. Seorang muslim yang mempertahankan akidahnya bukanlah orang yang egois, karena akidah tersebut bukan miliknya tetapi milik Allah. Seorang muslim yang mengatakan "agamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku, aku tidak menyembah apa-apa yang kamu sembah" bukanlah egois, tetapi sekedar mempertahankan dan membela ayat-ayat Allah. Seseorang dikatakan egois kalau dia diperintah oleh hawa nafsunya untuk kesenangan dirinya, sehingga dirinyalah yang benar, padahal kebenaran itu datangnya dari Allah. Seorang muslim tidak pernah memaksakan kehendaknya (egonya) kepada orang lain, karena Allah memerintahkan yang demikian: ***2:256*** 256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Menurut saya keakuan ata egoisme itu adalah musuh yang paling besar bagi diri manusia muslim. Karena keakuanlan umat Islam berpecah belah: ***23:53*** 53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Karena egoisme atau keakuanlah menjadikan tiap-tiap golongan merasa bangga dengan pengetahuan mereka, pendapat mereka, mereka bukan mempertahankan akidah Islam, tetapi mempertahankan - membanggakan pendapat mereka. Padahal Islam itu satu, ajarannyapun hanya satu. Anutan kita hanya Allah, bukan hawa nafsu atau fikir kita. ***23:52*** 52. Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Keakuan atau egoisme membuat kita mendengki antara yang satu dengan yang lain, yang mengakibatkan perpecahan di dalam agama, yang merupakan larangan Allah sampai Allah memberi predikat mempersekutukan Allah: ***42:14*** 14. Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. ***30:31*** 31. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, ***30:32*** 32. yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. Wallahu a'lamu bishawab, Wassalam, Ahmad Zubair