![]() |
MATERI
TARBIYAH
Menolak Perintah Allah |
Indeks KTPDI | Kumpulan Materi Tarbiyah | Konsultasi Islam | Arsip
Konsultasi Islam
From : Nadirsyah Hosen Subject : Menolak Perintah Allah Apa dosa iblis sampai ia dikutuk Allah dan dilarang masuk surga? Kita tahu jawabannya: iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Apa dosa Adam sehingga ia diusir dari surga? Kita tahu jawabannya: Adam melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi. Yang mengherankan kita adalah kenapa nasib Adam berbeda dengan nasib iblis? Bukankah keduanya berbuat dosa? Namun mengapa pada kasus Adam, Allah berkenan memaafkan Adam sedangkan pada kasus iblis, Allah melaknat iblis? Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam "al-Fawaid" mencoba menghilangkan rasa heran kita. Bagi murid Ibn Taimiyah ini, terdapat perbedaan filosofi antara "menolak perintah Allah" dengan "melanggar larangan Allah". Iblis menolak perintah Allah karena kesombongan dirinya yang merasa lebih unggul dari Adam. Sedangkan Adam melanggar larangan Allah karena dorongan nafsu. Kesombongan berakibat fatal. Hadis Nabi mengatakan, "Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada sebesar dzarrah (biji sawi) dari sifat sombong." Al-Qur'an melukiskan sifat iblis dengan "....ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir" (QS 2: 34) Pada kasus Adam, dorongan hawa nafsu yang dimilikinya membuat ia "tergelincir" namun ketika ia sadar akibat buruk perbuatannya, ia langsung memohon ampunan Allah. Ini menunjukkan hawa nafsu manusia bisa cepat dipadamkan dan manusia tak segan meminta maaf kepada Allah. Kesombongan rupanya jauh lebih berbahaya daripada godaan hawa nafsu. Kesombongan sulit dilenyapkan. Efek sombong membuat Allah murka. Kesombongan membuat kita enggan mengakui kesalahan kita. Alih-alih menyadari kekeliruan yang kita perbuat, kita malah sibuk mencari pembenaran rasional atas kesalahan kita. Na¹udzubillah.... Tengoklah diri kita. Ketika kita tidak melakukan perintah Allah, dan melanggar larangan-Nya, apakah itu kita lakukan karena kita sombong? Moga-moga tidak! Tengok diri kita sekali lagi, apakah kita sering menganggap diri kita lebih spesial dibanding orang lain? Apakah kita sering merasa lebih paham tentang Islam dibanding saudara-saudara kita? Apakah kita merasa harus mendapat ³hak khusus² ketika melanggar suatu aturan ? Apakah kita sudah merasa bakal masuk surga dan menganggap orang lain bakal masuk neraka? Apa dorongan hati kita ketika kita tebar tuduhan sesat, bid¹ah, atau kafir kepada saudara-saudara kita se-Islam, yang kebetulan berbeda pemahaman keislamannya dengan kita? Buka cermin hati kita. Ketika kita hamburkan emosi kita menanggapi pendapat orang lain yang berbeda dengan kita, apakah itu didorong oleh perasaaan bahwa lawan diskusi kita tidak mengerti tentang topik diskusi sehingga hanya kitalah yang paham akan topik tersebut. Kitalah yang selalu benar; dan yang lain cenderung selalu salah. Jika ini yang ada di hati, maka berhati-hatilah karena kita sudah ³diperbudak² oleh kesombongan kita. Ketika kita kecam pendapat ulama yang kebetulan berbeda dengan kita, apakah itu karena kita merasa lebih tahu dari ulama itu? Ketika hati kita menjerit, ³Aku lebih objektif karena aku jauh dari istana, sedangkan ulama itu menjual ayat ilahi karena sering sowan ke istana,² ingatlah kisah iblis ketika dia berkata, ³Aku dicipta dari api karena itu aku lebih tinggi dari Adam yang dicipta dari tanah!² Padahal disisi Allah, ketakwaan adalah ukuran-Nya; bukan soal tanah-api, tidak juga soal istana atau gubuk. Ketika kita berhasil menumbangkan sebuah rejim, apakah kita berhak menepuk dada atas usaha kita dan menganggap orang lain sebagai oportunis dan pahlawan kesiangan? Moga-moga tidak! Namun, apakah kita merasa lebih ³islami² dengan pihak lain hanya karena kita atau partai kita memuat simbol keislaman, sementara yang lain konon hanya menekankan pada ³substansi² semata; bukan ³simbol²? Pada akhirnya, apakah kita tolak perintah Allah untuk menjaga ukhuwah dan saling berkasih sayang dengan saudara kita hanya karena ³baju² kita berbeda? Kubur rasa sombong, pendam nafsu kita dan jangan tolak perintah Allah! Jadilah Adam, yang merintih memohon ampunan Ilahi; jangan jadi Iblis yang takabur dan sombong! Armidale, 23 Februari 1999 ============================================== Nadirsyah Hosen mailto : nhosen@metz.une.edu.au nadirsyah.hosen@isnet.org URL : http://metz.une.edu.au/~nhosen Mobile Phone : 041-227-8437 ==============================================
Indeks KTPDI | Kumpulan Materi Tarbiyah | Konsultasi Islam | Arsip Konsultasi Islam
Rancangan KTPDI Hak cipta © dicadangkan.