[Bagian 2] Salam dari Makassar ! Pagi-pagi ketika bangun subuh, sayup-sayup dari mana-mana terdengar suara takbir memanggil orang untuk salat 'Ied ke lapangan. Jalan poros di luar hotel sangat sepi. Tadinya kami berencana untuk berangkat mendahului salat 'Ied, tapi setelah dipikir, tidak usah terburu-buru. Tokh ketika kami siap, salat 'Ied kedengarannya seudah selesai. Start Etappe ke-2.......... ETAPPE II Pare-Pare - Makale, Tana Toraja Sebelom meninggalkan Pare-Pare, kami singgah dahulu di tepi pantai mengambil foto-foto. Kota masih sangat sepi pasca salat 'Ied. Kami ke luar kota ke arah utara menuju Pinrang. Walau pun sudah cukup sering melewati Pare-Pare, tapi masih selalu saja tersesat. Dua kali mencoba, berputar kembali, baru dapat jalan yang benar. Yang sangat terasa nanti di sepanjang perjalanan adalah minim-nya penunjuk jalan. Berkali-kali kami harus mengandalkan bertanya kepada orang, karena memang tidak ada petunjuk sama-sekali. Suasana lebaran masih terasa "kental" di sepanjang jalan antara Pare-Pare ke Pinrang. Yang bikin sedikit "panik", ternyata tidak ada pompa bensin yang buka. Menmyesal kenapa waktu jalan-jalan malam takbiran di Pare-Pare tidak isi bensin. Yah, berdo'a saja, semoga kiranya di Pinrang agak siang-siangan nanti ada pompa bensin yang buka. Kalo' tidak, tidak mungkin bisa melanjutkan perjalanan......... Saya sudah dua kali ke Wakka, tapi selalu dipandu setelah masuk ke kota Pinrang. Kali ketiga ini saya harus mencari jalan sendiri ke sana. OK, seingat saya, di perempatan lampu merah pertama, di depan kantor Golkar, belok kiri, terus ketemu pasar sentral Pinrang. Dari situ ndak bisa ke kanan, makanya belok kiri, lalu belok kanan lagi. Di situ saya terpaksa bertanya, apakah kalo' terus bisa sampai ke Wakka. Orang yang ditanya bilang bisa.............. OK, kami pun jalan terus. Tapi kok perasaan jalannya agak lain-lain.... Pasti tersesat ini. Betul saja, ternyata kita tidak sampai di Wakka, melainkan sampainya di Langnga, jauh di selatan Wakka. Tapi alhamdulillah, kesesatan ini ternyata membawa berkah. Di Langnga ternyata ada pompa bensin milik keluarga yang terbuka. Cepat-cepat isi full-tank, biar tersesat asal tangki bensin penuh.......... lega rasanya. Belom jauh dari pompa bensin, tiba-tiba berpapasan dengan mobil putih. Saya mendengar teriakan memanggil nama saya......... Mobil putih itu berhenti, kami pun berhenti. Ternyata tak disangka tak dinyana, dari mobil putih ke luar sahabat-tetangga kami, Dr. Ahmadi Miru dari Fak. Hukum.... Kami bersalaman, 'met lebaran.......... "Apa kita' bikin di kampungku, pak?". Kami mau ke Wakka, tapi kaya'nya tersesat, nih. nDak papa, jalan ki' saja terus.........., bisa ji sampai ke Wakka lewat di sini. OK, kami jalan terus, lewat di tempat rekreasi Tanjung Tape, jalan aspal pun habis, tinggal jalan tanah/batu/pasir........, sepanjang pantai dari Langga ke Wakka, melewati wilayah satu kecamatan. Setiap kali bertanya, selalu dibilang sudah dekat ji ........ entah sudah berapa jembatan dilewati, kok ndak sampai-sampai. Sepanjang jalan rintisan itu, di sebelah kiri pantai pasir putih, di sebelah kanan tambak ikan. Kelak mungkin bisa jadi kawasan wisata yang cantik............, tapi kami kurang bisa menikmati waktu itu karena dalam kondisi tersesat, dan kondisi jalan tidak memungkinkan untuk bergerak cepat. Untung selalu ada sinyal, sehingga tetap bisa kontak Bastian Jabir yang menunggu di Wakka dengan cemas, sebab beliau pun sudah belasan tahun tidak pernah ke Langnga, sehingga tidak yakin apakah dari Langnga itu bisa tembus mobil ke Wakka. Waktu beliau kecil, orang Wakka harus naik perahu ke Langnga kalo' mau ke Pinrang .......... Setelah sempat "tegang" beberapa saat, akhirnya kami mengenali bahwa kami sudah sampai di Wakka. Segera kami menuju rumah Bastian Jabir....... Wassalam, Rhiza rhiza@unhas.ac.id http://www.unhas.ac.id/~rhiza/ (bersambung)