Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un! Segalanya milik Allah, dan sesungguhnya hanya kepadaNya segalanya akan kembali! Seakan mudah untuk diucapkan di mulut, ..... tapi dalam pekan terakhir 2004, sepotong ayat Allah ini terasa sulit sekali diukirkan dalam hati, lebih-lebih untuk dicerminkan dalam perilaku.... "Mengapa di tanahku terjadi bencana...?" lantunan Ebiet G. Ade ini terus berdesing di telinga......... Allah SWT, Sang Maha Perencana, telah merencanakan semuanya dengan persis dan akurat. Kita saja yang tidak (mau dan/atau mampu) mengerti .... Hari Ahad pagi itu, ketika semuanya terjadi, Muti ditemani mamanya pergi berekreasi di pantai Tanjung Bunga Makassar bersama teman-teman sekelasnya dalam rangka latihan berenang, yang masuk dalam kegiatan kurikuler di SD-nya. Saya tidak bisa ikut karena ada rapat pembentukan Yayasan di mesjid. Pada saat yang sama lebih seratus ribu orang rupanya sedang meregang nyawa di belahan bumi lain, di pantai-pantai tempat rekreasi, dan di rumah-rumah tinggal mereka sendiri, .......... termasuk adik saya Roza (dipanggil Koekoek), dan anak-anaknya Maureen dan Tazkia, serta seluruh kerabat dekat suamninya, Mahdi. Ketika siang itu "running text" di layar TV sudah mulai memberitakan bencana yang terjadi, kami segera berusaha menelpon ke Banda Aceh, tapi selalu disambut bunyi tut... tut...tut..., yang bikin stress. Adik yang di Tarakan, adik yang di Serpong, dan adik ipar di Bogor sudah mulai bergantian kirim SMS dan menelopon ke Makassar. Cari hubungan ke Aceh! kalo' bisa via ORARI atau apa..... Sayang, teman aktivis ORARI yang saya kenal, pak Tahir, sedang di luar kota..... Hari Sabtu sehari sebelumnya, Mahdi dan Koekoek baru dari Bogor, setelah menginap di sana selama dua hari. Koekoek ada seminarnya di Jakarta, demikian juga Mahdi ada urusannya, Mereka tanpa anak-anak, yang ditinggal dengan tantenya di Banda Aceh, sempat menginap dua malam di rumah ayah kami di Dramaga. Kesempatan ini digunakan untuk kumpul sekeluarga, karena waktu Lebaran lalu mereka yang dari Aceh tidak ikut kumpul. Kami hanya "diwakili" oleh Dhika, karena Rena sedang di Malaysia. Hari Sabtu itu mereka berdua pulang. Koekoek langsung pulang ke Aceh, sedngkan Mahdi masih ada urusannya di Medan hari Senin, sehingga daripada bolak-balik ke Banda Aceh, Mahdi memutuskan tinggal di Medan sampai Selasa. Tapi setelah mendengar kejadian, hampir dipastikan Mahdi langsung berusaha pulang........ (entah kapan dan bagaimana, karena sampai saat ini Mahdi belom meng-kontak kami), sepertinya Mahdi sudah meninggalkan Medan hari Ahad itu juga, atau paling lambat hari Seninnya. Kami semua berupaya dengan segala cara untuk mencoba mendapatkan kontak dengan Aceh. Titik-terang baru mulai tampak ketika HP yang dibawa dari luar Aceh sudah bisa dikontak, dan sebagian sistem wireless-nya TELKOM Flexi sudah mulai bisa menghubungi ke luar Aceh pada hari Selasa. Tapi nomer-nomer Flexi yang kami dapat (antara lain dari keluarga bang Donny dan Tola Kamil), tetap tidak bisa dihubungi dari Makassar. Satu nomer telepon satelit yang kami peroleh dari tim medis dari Makassar juga selalu tidak aktif atau diluar coverage. Rabu subuh baru kami dapat dari Prof. Darwin Sitompul (yang belakangan baru kami tahu CJH dari Medan yang berangkat hari Ahad 2/1/2005) no. HP pak Hanafi, pak Iqbal dan pak Syahrizal - tim USU Medan - yang berhasil kami kontak setelah berada di lokasi. Sampai sore mereka bertiga bergantian mengirim SMS pandangan mata mereka yang lengkap dan terperinci tentang kondisi di Kp. Mulia dan kec. Lamdingin tempat tinggal sebagian besar keluarga adik ipar kami. Dari "laporan" mereka itulah kami berkesimpulan bahwa harapan sangat kecil adik kami akan selamat. Jadi kami putuskan untuk salat ghaib saja sebelum salat Asar. Memang sejak Selasa malam ayah kami sudah menelepon dan mengatakan untuk bersiap-siap menerima yang terburuk sekali pun. Ayah saya pernah berkunjung ke Banda Aceh, dan mengingat betul bahwa ada asrama (polisi atau militer?) dekat rumah tinggal adik, dan diberitakan bahwa sebuah asrama memang "habis" ........ Malam Kamis itu saya hampir tidak tidur. Mulanya "ngobrol" via SMS dengan Bang Donny-nya Tola, yang juga sama-sama menanti berita dari Aceh tentang keluarganya, sampai jam 01:30 WITA...... Sekitar jam 03:00 ada telepon dari seseorang di Aceh ke HP, melaporkan kembali kondisi yang sangat parah di Lamdingin dan Kp. Mulia. Pulang salat subuh hari Kamis pagi, adik dari Bogor menelepon agar saya menelepon ayah di Bogor. Ayah saya mengatakan bahwa salah seorang keluarga Mahdi yang di Jakarta menelepon sekitar jam 04:00 dinihari itu dan mengabarkan pada ayah saya setelah mendapat konfirmasi bahwa jenazah adik saya dengan ketiga anak-anaknya ditemukan dalam mobil dekat rumahnya. Dari seluruh keluarga besar yang tinggal di situ hanya ada dua yang tidak ditemukan jenazahnya, yaitu Mahdi dan satu lagi, waktu itu dikatakan kemungkinan adiknya Mahdi yang selamat. Keluarga Mahdi mungkin waktu itu belom tahu bahwa Mahdi ada di Medan waktu kejadian .... Seharian di Makassar hujan deras hari Kamis itu, kami sibuk menghubungi keluarga dan teman-teman, juga Rena yang sedang di Malaysia, baik dengan telepon mau pun SMS. Kami berharap semua mendo'akan adik kami yang telah syahid - Insya Allah - dalam upayanya menyelamatkan anak-anaknya .......... Rena menelepon ingin sekali pulang, tapi kami sarankan untuk tinggal sampai acara lomba-debat yang diikutinya selesai. Hari Jum'at keesokan harinya, ba'da maghrib, kami dapat SMS dari Dhika yang sedang ada di rumah eyangnya di Bogor, bahwa ternyata Lutfi, kemenakan kami, 10 tahun, anak sulung Mahdi, selamat. Alhamdulillah, puji syukur ya Allah....., bagaimana bisa? Rupanya ia terlambat masuk ke mobil mengikuti ibu dan adik-adiknya ketika air datang. Pintu mobil tertutup dan dia terlempar kemudian terseret arus menjauh dari runahnya. Ada seseorang (barangkali malaikat, yah) lalu menolongnya sehingga diselamatkan oleh Allah SWT. Menurut info dari keluarga Mahdi yang sudah tiba di Banda Aceh dari Jakarta hari itu, Mahdi sudah bertemu dengan Lutfi, keduanya dalam kondisi fisik cukup baik. Sedangkan keluarga Mahdi lainnya yang tinggal di Lamdingin dan Kp. Mulia semua wafat. Semoga semua amal ibadah mereka diterima di sisiNya dan dosa-dosanya diampuni. Malam Tahun Baru itu, kembali saya menghubungi keluarga dan teman-teman untuk "meralat" berita sebelumnya, yang disambut dengan rasa syukur..... Setidak-tidaknya selamatnya Lutfi telah mengurangi kabut duka di malam Tahun Baru yang biasanya disambut dengan meriah..... Saya baru tidur lewat tengah malam WIB, diiringi kata-kata indah yang dikirim via SMS oleh Joost dan Marita. Thanks! Awal Tahun 2005, ....... kami masih belom tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya ........ Let's just start all over again ..... from the square one! Wassalam, Rhiza rhiza@unhas.ac.id rhiza_sadjad@yahoo.com http://www.unhas.ac.id/~rhiza/ E-mail terakhir dari Roza: Delivered-To: rhiza@unhas.ac.id Date: Fri, 17 Dec 2004 08:11:11 -0800 (PST) From: roza sadjad Subject: Re: Lebaran di Bogor To: "Rhiza S. Sadjad" "Rhiza S. Sadjad" wrote: > >Dear Koekoek: >Gimana khabarnya? Sayang kemarin lebaran ndak >ikutan kumpul di Bogor yah. Ini mas Dida kirim >foto-fotonya yang dibikin sama Ario. Foto-foto >lain Koekoek bisa klik dari: >http://www.unhas.ac.id/~rhiza/ >atau kalo' mau langsung lihat foto-fotonya aja di: >http://www.unhas.ac.id/~rhiza/gifs/lebaran2004/ >Foto-foto mBak Eng sekeluarga dan mas Ica, >belom mas Dida dapat dari Ario. >OK, Koek, kalo' sudah dapat HP baru, kirim SMS >dong ke ceuceu di +62-816-431-2162, ditunggu lho. >Mas Dida > Mas Dida ... Terima kasih fotonya ... Aduh Koekoek juga sedih nggak bisa ikutan ngumpul. Mudah-mudahan deh ada kesempatan lagi. Bang Mahdi sekarang ini ada di Jakarta dalam rangka ngurusin borang akreditasi. Sedang Koekoek Insya Allah hari Selasa Tgl 21 Des berangkat ke Jakarta, dalam rangka Seminar Hasil Hibah Bersaing. Tapi mungkin nggak lama, karena anak-anak nggak ada yang ikut. Yang kecil sekalian mau Koekoek sapih, jadi nggak Koekoek bawa. Koekoek belum punya HP baru, nanti kalau udah ada pasti Koekoek kirim SMS ke ceuceu. OK deh Mas Dida segini dulu ... Koekoek PS : Mas Dida kenapa e-mail Masi Dida selalu masuk ke Bulk, bukan ke lnbox ?