Tugas Mata Kuliah :
Filasafat Teknik Perkapalan
Dosen : Dr Ir
Rhiza S. Sadjad, MSc.
Filsafat Teknologi Perkapalan
Ganding Sitepu
P0800305001
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Desember 2005
Nampaknya teknik
pembuatan kapal yang dapat ditelusuri adalah diawali oleh orang Viking di
Skandinavia pada 4 abat sebelum masehi. Saat itu mereka telah membuat kapal
dengan struktur rangka yang diperkuat dengan pengikat dari besi dan susunan
kulit dari papan kayu (Encarta, 2003). Upaya pembuatan kapal nampaknya didorong
oleh kebutuhan manusia, misalnya kebutuhan akan bahan makanan, akan pengakuan
eksistensi, dan kebutuhan pemuasan “rasa ingin tahu’ dalam pencarian kebenaran.
Sumberdaya alam yanga da sekitar
manusia cenderung tidak dapat memeberi kepuasan dan kecukupan, sehingga manusia
harus mengembara.
Pada awalnya kapal (atau tepatnya perahu)
dirancnag dan dibuat dari hasil belajar dari alam. Pada periode “triremes”
Yunani manusia belum sepenuhnya paham hkum-hukum fisika yang mendasari
pengapungan, propulsi dan kekuatan struktur kapal (Chris, 1995). Selanjutnya Chris (1995) menyatakan secara alamiah
pembangunan kapal saat itu dipengaruhi oleh pengalaman pembuatan kapal warga
setempat, sediaan material bahan bangunan kapal, dan alat pendorong kapal. Perubahan
metode, bahan, dan mekanisme propulsi kapal terjadi secara revolusioner setelah
revolusi industri. Sampai di sini nampaknya “pembuatan kapal” belum dipandang
sebagai ilmu.
Berikutnya setelah berkembang industri baja dan
motor baker (motor uap dan motor diesel) kapal berkembang menjadi instrument
yang sangat strategis baik dalam damai maupun dalam keadaan perang (Alte,
1980). Dalam periode ini apal dan segala
problematikanya dipandang sebagai turunan atau derivatif ilmu mekanika. Diteorikanlah
prinsip keseimangan gaya (Newton), prinsip gaya apung (Archimedes), teori
momentum dan impuls. Oleh karena itu
dimasukkannya perkapalan sebagai derivatif ilmu mekanika tidaklah salah. Karena
–seperti lajim digolong-golongkan sekarang ini- mekanika terdiri dari statika,
hidrostatika dan aerosttika (untuk kajian statis) dan dinamika, hidrodinamika
dan aerodinamika (untuk kajian
dinamika). Mulai abad 20, hidrodinamika
sudah banyak mempengaruhi optimisasi bentuk lambung kapal, walapun sebenarnya
tahun 1800-an, dimotori William Froude (1810-1879) mengawali teori
hidrodinamika dan teori impuls dalam pengembangan propeller. Akan tetapi
pemanfaatan ilmu hidrodimika dalam bidang rancang bangun kapal terhambat oleh
terbatasnya pengetahuan manusia tentang zalir (fluida cair).
Selanjutnya pertengahan abad 20, khsuusnya setelah perang dunia I, perkapalan nmegalami reposisi dalam dunia iptek. Hingga awal abad 21 ini nampaknya proses reposisi ini masih berlangsung. Saat ini perkaplan tidak lagi (pantas) ditinjau sebagai derivative mekanika, karan kapal pada prinsipnya adalah sarana transportasi. Jadi kapal lebih dilihat sebagai komponen transportasi dan mekanika dengans egala percabangannya dilihat sebagai subinstrumen dalam pencapaian optimisasi transportasi. Oleh karena itu di beberapa universitas perkapalan tidak lagi sebuah program studi di bawah teknik mesin tapi di bawah jurusan atau fakultas teknologi transportasi dengan kajian mulai dari manajemen transportasi, teknik otomotif, teknik pesawat terbang, teknik perkapalan, teknik perkeretaapian, dan infra struktur trasnportasi.
Kajian menjadi
penting karena saat ini persoalan yang sesungguhnya dihadapi manusis adalah
masalah transportasi, bukan masalah kapal, masalah mobil dsb. Maka penyelesaian masalah tidak bisa dipisahkan,
kesemua sarana atau popular dengan istilah moda anngkutan tersbut kaus dikaji
terpadu, termasuk prasarananya (jalan raya, pelabuhan, bandara dan terminal). Sehingga
menjadi jelas masalah perkapalan tidak semata-mata masalah mekanika.
Sejatinya ilmu rancang bangun perkapalan adalah
gabungan dari berbagai cabang ilmu yang dipadukan teorinya untuk dapat
menjelaskan dan memperbaiki unjuk kerja kapal dalam memenuhi kebutuhan manusia
akan sarana transportasi. Bagaimana pun mekanika merupakan pokok teori yang
mendasari rancanga bangun kapal, terutama keselamatan Kapal. Keselamatan kapal
mempunyai tiga kunci: terapung, stabil, dan kuat (struktur). Ketiga factor
tersebut adalah masalah mekanika. Secara skematis keterkaitan beberapa bidang
ilmu dalam kemajuan teknologi rancang bangun kapal dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Skema Keterkaitan Berbagai Bidang IPTEK dalam Perancangan Kapal
Seperti yang telah disebut sebelumnya, permasalahan rancang bangun kapal tidak dapat lagi dipandang semata dari aspek mekanika, ilmu bahan dan ilmu navigasi, tetapi (justru) penting adalah masalah, simulasi dan optimisasi konsep rancangan sebelum ahirnya perhitungan rinci dilakukan. Perhitungan aspek mekanika sudah banyak dikerjakan dengan bantuan computer,
Dalam rencana
penelitian disertasi nanti, saya berminat mengkaji masalah konsepsi rancangan
prilimineri. Rancangan ini bermula dari permintaan/kebutuhan sarana
transportasi, kondisi alam pelayaran, muatan, kebijakan pemerintah, aspek
keselamatan, dan analisis biaya. Faktor-factor tersebut menjadi sangat menarik
untuk kondisi domestic
Gambar2 Skema Alur Proses Perancangan Kapal
Daftara Bacaan
Alte, Reiner. 1980. Schiffbau
Kurzgefasst. Schiffahrts Verlag Hansa.
Comstock, P. (Ed). 1992. Principles of Naval Architectures. Society of
Naval Architects And Marien Engineering.
Henschke, W. 1956.
Schiffstechnisches Handbuch, Band 1. Veb Verlag Technik.
Marshall, Chris (Ed.), 1995. The Encyclopedia of Ships. Orbis
Publishing Ltd.
Microsoft Inc. 2003. Microsoft
Encarta Library Refrence. Microsoft Inc.
Poehls, Harald. 1986. Grundlagen des Schiffsentwurfs. Institut fuer
Schiffbau der Universitaet
Schneekluth, H. . 1985.
Entwerfen von Schiffen. Koehler verlag.
Taggard, Robert. 1980. Ship Design and Construction. Society of Naval
Architects And Marien Engineering.