MATERI TARBIYAH
AL BUKA'UN



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/1425; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/08jul94/216
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.


                                                     104 baris


                        AL BUKA'UN


       Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang
       yang apabila mereka datang kepadamu
       supaya kamu memberi mereka kendaraan
       lalu kamu berkata, "Aku tidak memperoleh
       kendaraan untuk membawamu", lalu mereka
       kembali, sedang mata mereka bercucuran
       air mata karena kesedihan, lantaran
       mereka tidak memperoleh apa yang akan
       mereka nafkahkan.
       (At-Taubah: 92)


     Ayat ini turun berkenaan dengan Perang Tabuk, perang yang
dikenal dengan kondisi sulit.  Karena pada waktu itu adalah puncak
musim panas dan tentara Romawi yang akan dihadapi berjumlah sang-
at besar, sekitar 40.000 personil.

     Rasulullah mengumuman perang ini, tidak seperti biasanya,
dan menghimbau para orang kaya untuk menyumbangkan harta kekayaan
mereka.  Maka berduyun-duyun kaum Muslimin menginfakkan harta mereka.
Abu Bakar RA menyerahkan seluruh harta beliau.  Umar bin Khattab RA
menyerahkan separo dari harta yang dimiliki, Utsman RA menyerahkan
300 Onta dan uang sebanyak 1000 dinar.  Semangat fastabiqul Khoirot
(berlomba-lomba dalam kebaikan) pekat mewarnai persiapan perang ini.
Namun tetap saja, manakala sekelompok sahabat datang menghadap
Rasulullah untuk meminta kendaraan, agar dapat membawa mereka ke
Tabuk Rasulullah tak dapat memenuhinya.  Persiapan maksimal ekspe-
disi Tabuk tetap belum dapat mengajak semua para sahabat yang tak
memiliki kendaraan sendiri.  Dengan segala keterbatasan dan kesu-
litan perjalanan, akhirnya tanpa perlawanan kaum Muslimin mempero-
leh kemenangan.  Tentara Romawi kabur dari Tabuk, kemudian Gubernur
Ailah serta penduduk Jarba dan Adzrah mengajukan permohonan damai
dan bersedia membayar jizyah.

     Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan kesedihan kaum beriman
yang dalam dada mereka kental dengan ruhhul jihad, namun tak memiliki
kendaraan untuk ke Tabuk; para al Buka'un (orang-orang yang menangis)
mereka yang menangis dengan segenap sedih karena tak mampu untuk
turut menemani Rasulullah menegakkan panji-panji Islam di Tabuk, turut
berqital (perang) di jalan Allah.  Ayat ini adalah penghargaan Allah,
pengakuan sekaligus pemuliaan Allah atas mereka.  Allah mengabadikan
perasaan tulus mereka dalam Kitab Yang Suci, agar para penerus risa-
lah dien ini dapat memetik ibroh, pelajaran berharga, agar para pene-
gak risalah Al Islam dapat memperbandingkan antara perasaan mereka
ketika mendengar seruan Allah dan RasulNya, ketika melangkah dalam
jalan panjang da'wah dengan perasaan para al Buka'un ini.

     Al Buka'un, mereka menangis dan kembali ke rumah-rumah mereka
dengan perasaan teriris, merana tak dapat pergi ke Tabuk di hari
yang sangat panas.  Mereka sedih melepas Rasulullah tanpa menyertai
beliau di hari sulit menghadapi tentara besar Romawi.  Mengapa
mereka mesti menangis, padahal banyak manusia yang datang menghadap
Rasulullah untuk memohon izin tak ikut pergi ke Tabuk dengan ber-
bagai alasan yang dibuat-buat?  Padahal Abdullah bin Saba dan kaum-
nya pergi membuat kemah yang sejuk dan merasa senang tidak pergi
ke Tabuk?  Padahal bukankah lebih nyaman tinggal di Madinah, lagi
pula mereka miskin tak mempunyai kendaraan?  Mengapa ?

     Itulah rahasia ketulusan hati mereka.  Mereka adalah jenis
manusia yang siddiq, yang benar perjanjiannya dengan Allah dan
RasulNya, yang selalu akan patuh pada perintah Allah dan RasulNya.
Lalu akankah mereka diam dan bersama-sama dengan orang-orang yang
duduk sementara Rasulullah berpanas-panas dan berdebu pergi ke
Tabuk?  Dapatkah hati mereka, yang pekat dengan rasa cinta kepada
Allah dan RasulNya, pada al Islam dan perjuangan di jalanNya
tentram memandang kepergian junjungannya Rasulullah SAW berangkat
ke Tabuk di hari yang sangat panas untuk jihad fisabilillah,
sementara mereka diam-diam saja di rumah yang sejuk?  Dapatkah
hati mereka tenang menghadapi kepergian dan gegap-gempita kaum
Muslim pergi ke medan qital dan meninggalkan mereka bersama-sama
kaum munafiq?  Dapatkah mereka melepaskan kesempatan mendapat
kemuliaan menang atau masti syahid, berjuang bersama kecintaan
mereka Rasulullah Muhammad?  Dapatkah mereka membatalkan pernia-
gaan mereka kepada Allah untuk berjihad di jalanNya dengan jiwa
dan harta mereka dengan imbalan jannah?

     Bagi mereka tinggal bersama kaum munafiq hanyalah meruntuh-
kan izzah (kebanggaan).  Melepaskan Rasulullah yang mereka cintai
berjuang tanpa membelanya adalah kerendahan akhlaq yang tak
terampuni.  Dan memutuskan perniagaan terhadap Allah secara
sefihak adalah menistakan diri sendiri.

     Itulah perasaan mereka.  Hancur-luluh, sedih, merana. Bagai
teriris sembilu hati mereka manakala derak pasukan berangkat dan
suara onta melenguh gembira menuju Tabuk.  Sedih sebagai orang
yang tak mampu, sebagai orang yang tak berguna, sedih sebagai
orang yang rela duduk, sedih sebagai orang yang bodoh melepaskan
kesempatan mulia.  Maka Allah Yang Maha pengasih lagi penyayang
ridha akan perasaan mereka dan mengampuni mereka, karena sebenar-
nya mereka adalah orabg-orang yang bersungguh-sungguh.  Allah
menghibur mereka, Allah memuliakan mereka, bahwa tak ada dosa
bagi mereka atas ketidakmampuan mereka.

     Al Buka'un, semestinya kita bercermin pada perasaan dan
akhlaq mulia mereka.


Wallahu 'alam bishawab

Wassalam,
abu zahra


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.