MATERI TARBIYAH
AMAR MA'RUF DAN NAHI MUNKAR



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/790; Att: is-mod, is-lam, mus-lim




                        AMAR MA'RUF DAN NAHI MUNKAR


Kepada saudara/iku seIman dan seIslam,
Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya menjelaskan arti penting
daripada amar ma'ruf dan nahi munkar.  Mengingat pentingnya bulan suci Ramadhan,
yang merupakan bulan teristimewa dari segala bulan, dan juga bulan yang
dimana segala amal perbuatan kita insyAllah mendapat ganjaran dari Allah
swt. yang berlipat ganda, sudah sepatutnya kita sebagai umat pengikut
Muhammad saw. berusaha semampu kita untuk bersama-sama saling
mengingatkan kepada saudara/i kita akan pentingnya berpuasa dan
beribadah di bulan tersebut.
Allah swt. berfirman:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung." (Surat Ali 'Imran, ayat 104)

Di dalam ayat tersebut yang dimaksud dengan Ma'ruf adalah segala
perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan Munkar ialah
segala perbuatan  yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Mengajak saudara/i kita untuk berpuasa adalah termasuk dari perbuatan
ma'ruf. Sedangkan berusaha mencegah saudara/i kita yang tak berpuasa
adalah termasuk perbuatan nahi munkar.

Arti kata falah(humul muflihuun) yang terdapat dalam ayat tersebut
adalah suatu kebahagian duniawiyah dan ukhrawiyah. Dan Allah swt.
sendiri yang menjanjikan itu, melihat betapa beratnya beban dakwah yang
wajib kita laksanakan. Kadang-kadang kita ada mempunyai persaan segan
untuk mengingatkan saudara/i kita, tapi percayalah perasaan itu hanyalah
bisikan syetan belaka.  Syetan diberi wewenang oleh Allah swt. untuk
selalu mengganggu kita, baik siang maupun malam.  Dan itu sudah
merupakan tugas syetan, sekarang bagaimana kita bisa menguatkan Iman
kita agar kita tak merelakan suatu saat pun syetan masuk kedalam tubuh
dan pikiran kita.

Rasullullah saw. bersabda:
"Barangsiapa diantara kamu semua melihat dilakukannya sesuatu
kemungkaran, maka wajiblah ia mengubahnya dengan tangannya (yakni dengan
cara menggunakan kekuasaannya), jikalau tidak kuasa melakukan dengan
tangan, maka hendaklah dengan menggunakan lisannya( yakni dengan nasehat
untuk menyadarkan pelakunya itu), sedangkan kalau dengan lisan masih
juga belum kuasa (misalnya sebab takut membahayakan dirinya sendiri),
maka dengan hatinnya (yakni hatinya mengingkari dan tidak menyetujui
kemungkaran tersebut)  Mengingkari dengan hati itu adalah
selemah-lemahnya keimanan."

Dilain riwayat, Rasullullah saw. bersabda:
"Bukan termasuk golongan kita (umat Islam) orang yang tidak kasih sayang
pada yang kecil (yakni benar-benar kecil seperti anak-anak, atau kecil
dengan arti rendah tingkatannya) dan enggan menghormati orang besar
(yang benar-benar besar, seperti tua atau besar pengetahuannya seperti
para alim ulama sekalipun muda usianya, atau besar kedudukannya)  Juga
bukan termasuk golongan kita orang meninggalkan beramar ma'ruf serta
nahi munkar."

Didalam kedua hadist tersebut, kita bisa mengetahui makna dari wajibnya
saling mengingatkan.  Perasaan segan dan takut akan selalu membayangi
kita.  Mungkin diantara kita ada yang bertanya:"Bagaimanakah kalau
suasana dan keadaan sudah tidak mengizinkan lagi untuk beramar ma'ruf
dan nahi munkar?"  Sungguhlan aneh orang yang bertanya seperti ini.
Apakah dengan mengingkari dalam hati saja dia sudah tak bisa, atau
mungkin dia sendiri telah terjerumus dalam kemungkaran itu?  Ingatlah
saudara/iku, Allah swt. tidak akan menerima alasan-alasan yang dusta dan
yang dibuat-buat.  Seperti kita lihat dalam masa sekarang ini, banyak
dari manusia-manusia yang selalu membikin alasan-alasan yang tak masuk
akal, hanyalah untuk melepaskan tanggung jawabnya untuk beramar ma'ruf
dan nahi munkar.  Apakah kita akan tahu, dengan kita meninggalkan amar
ma'ruf dan nahi munkar, kita akan terlepas dari bahayanya?

Memang pendapat dari para ulama-ulama mengatakan bahwa kita
diperbolehkan untuk berdiam diri bila kita tak mampu beramar ma'ruf dan
nahi mungkar.  Tapi sikap tersebut dimaklumi bila sudah pasti dan jelas
bahwa kita akan benar-benar mendapat suatu bahaya yang besar untuk diri
kita. Dan perbuatan berdiam diri untuk merupakan suatu bukti kelemahan
dari iman kita.  Kita wajib mengingatkan saudara/i kita untuk berpuasa
dan beribadah.  Sesungguhnya berpuasa tapi tak beribadah, ataupun tetap
saja melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, maka hanya lapar dan
haus lah yang kita dapat.  Banyak kita temui orang yang berpuasa tapi
tetap meninggalkan sholat.  Dia tak sadar bahwa sholat merupakan fondasi
keimanan seseorang.  Apabila fondasi itu runtuh, maka lainnya pun akan
runtuh juga.

Setelah kewajiban beramar ma'ruf dan nahi munkar kita laksanakan,
barulah semuanya kita serahkan kepada Allah Ta'ala.  Bukanlah wewenang
dan kemampuan manusia untuk merubah seseorang.  Itu ditegaskan oleh
Allah swt dalam Al Qur'an, Surat Al Qoshosh, ayat 56, yang berbunyi:
"Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak dapat memberika petunjuk kepada
siapapun yang kamu sukai, tetapi Allah jualah yang akan menunjukkan
orang yang dikehendaki-Nya.  Allah itu adalah lebih mengetahui
orang-orang yang suka menerima petunjuk benar."

InsyaAllah tulisan ini dapat menjadi peringatan khususnya kepada saya
sendiri dan saudara/i ku lainnya, agar kita dapat memulai kewajiban kita
untuk beramar ma'ruf dan nahi munkar dengan tujuan mengeratkan ukhuwah
Islamiyah kita yang didasarkan oleh perasaan kasih sayang.

Wass,
Mohammad Najib
------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.