MATERI TARBIYAH
AL MAA'UUN



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/1619; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/25jul94/312
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.
                                                     114 baris

                          AL MAA'UUN
               (Bertolong-tolongan, surat ke-107)

   Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
   Penyayang.

        1. Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ?
        2. Itulah orang yang menghardik anak yatim.
        3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
        4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat
        5. yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.
        6. orang-orang yang berbuat riya'
        7. dan enggan bertolong-tolongan.

   Surat pendek ini termasuk golongan surat Makkiyah-Madaniyah,
tiga ayat pertama Makkiyah dan sisanya Madaniyah, membahas dan
mengkaitkan secara langsung hakekat dien dan penyembahan dengan
mu'amalah--menghubungkan secara tegas dalam nash antara soal
ritual dengan sosial. Maka kesimpulan luar biasa tak akan dapat
dipungkiri, bahwa Islam, agama ini, adalah suatu sistem yang
komplit dan hidup, saling mengisi antara ibadah dan syiarnya,
antara kewajiban individu dengan sosialnya, yang kesemuanya
berakhir di suatu titik puncak kemanusiaan, puncak yang mensuci-
kan hati dan membahagiakan hidupnya.

   Dalam perspektif agama ini, maka aktivitas ritual-sakral dengan
sosial hilang-lenyap, yang ada hanya ketunggalan makna ibadah,
ibadah kepada Rabb Yang Agung, yang menciptakan manusia secara
berpasang-pasangan, bersuku-suku, berbangsa-bangsa untuk saling
berta'aruf, saling bertolongan dalam kebenaran dan penegakkan
nama Allah di Bumi. Tak ada satu detikpun aktivitas manusia
di luar domain ibadah, karena tidak diciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah, menghambakan diri, menjadi budak, dan
terikat kepada Allah, ilah manusia, raja manusia, penguasa
manusia. Agama ini memandang aktivitas sosial mempunyai makna
ritual, selama aktivitas itu diiringi dengan niat yang ikhlas
dalam rangka mencari ridlaNya. Juga aktivitas ritual, seperti
shalat, mempunyai makna sosial, bila dilaksanakan dengan khusu
dan benar. Ringkasnya dalam agama yang tak mengenal sekularisasi
ini, tak akan pernah dapat dipisahkan antara ritual dan sosial,
manusia sebagai makhluk pribadi atau kelompok, aktivitas untuk
kebaikan diri sendiri, masyarakat, atau hanya untuk Allah.
Semuanya saling mengkait, inilah dien yang sempurna dan menga-
gumkan.

  Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ? Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang lalai dalam shalatnya. Mengapa ?

  Karena, pembenaran agama berkait dengan nasib anak yatim dan
hidup orang-orang miskin, karena shalat berkait dengan tolong-
menolong dalam kebenaran. Dan ini dengan gamblang teramati dari
ayat-ayat di atas.

  Iman dan mengakui kebenaran agama ini dimulai dari hati,
meningkat pada fikrah, lalu amal. Amal adalah batu uji empiris,
verifikasi dari iman dan pengakuan pembenaran agama. Hati yang
telah tersibgha (terwarnai) dengan pewarnaan Allah akan menghasil-
kan fikrah yang Islami dan amalan yang Islami. Bukankah hanya dusta
belaka mereka yang berkata memahami dinnullah, namun buruk amalan-
nya ? Bukankah hanya riya' dan lalai saja mereka yang shalat, namun
tak pernah saling tolong, amar ma'ruf nahi munkar ? Bukankah
shalat adalah tiang agama, dan shalat mampu mencegah perbuatan
keji dan munkar? Bukankah kalau shalatnya baik, maka baiklah semua
amalannya ?

  Demikian tinggi kedudukan shalat, karena sejak takbir awal sampai
salam, shalat berisi janji, sumpah dan penyerahan diri total,
pengakuan diri bahwa kita adalah hamba Allah, budak Allah, budak
tak berharga yang tak dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan
Allah. Kita nyatakan Allah Maha Besar, maka kecillah penguasa lalim,
kecillah hawa nafsu akan harta duniawi, pangkat dan kekuasaan.
Kecillah kekuasaan manusia atas manusia. Semua kecil, hanya dan
hanya Allah yang besar. Kita berjanji menyerahkan shalat, hidup,
dan mati hanya kepada Allah, hanya pada jalan Allah, hanya untuk
berjuang menegakkan agama Allah, hanya ingin jadi prajurit setia
jundullah tak gentar pada penguasa lalim, karena Allah Maha Besar.
Kita meminta tolong hanya kepada Allah dan tidak pada yang lain,
kita berjanji untuk takut, cinta, dan hanya ikut kepada Allah
sesembahan kita, Tuan kita dimana jiwa kita ada ditanganNya. Kita
puji Allah dengan setinggi-tinggi pujian. Lalu, manakala salam
kita ucapkan doa kita panjatkan dan kehidupan harian berlangsung
lagi, sadarkah kita akan janji, sumpah, dan penyerahan diri yang
kita ulang-ulang lebih dari 5 kali sehari ? Masih ingatkah kita
akan semua yang telah kita katakan pada Allah, Tuhan manusia, mana-
kala pekerjaan, studi dan dinamikanya menenggelamkan kita ?
Adakah perasaan takut akan azab, manakala kelalaian kita ulang
dan terus ulangi ? Sudah demikian kasar kah hati kita sehingga
dengan gampang saja bersumpah dan berjanji pada Zat Yang Agung
yang menciptakan kita dan roh kita dalam genggamannya, lalu
melupakan janji dan sumpah itu ? Sudah demikian pekak kah kita
manakala nasehat datang pun tak pernah kita pedulikan ? Apakah
hati kecil kita mengganggap Allah tak dapat mencabut roh kita jiwa
kita secara mendadak dan memberikan penyesalan panjang pada kita?
Apakah kesombongan telah melanda kalbu kita, sehingga meremehkan
sumpah kepada Rabb manusia ?
Sesungguhnya sangat besar murka Allah pada mereka yang mengatakan
apa yang tidak  diperbuatnya.

  Ketinggian makna inilah yang menyebabkan shalat equal dengan
tiang agama. Dan hanya lalai saja shalat seorang
hamba kalau tak ada tranformasi maknawi shalatnya dalam realitas
sosial yang melingkupi.

  Transformasi iman, pemahamn dien, dan shalat dalam dimensi
sosial adalah amal. Inilah roh aqidah dan tabiat agama ini,
agama yang lurus. Semoga, kita termasuk dalam golongan hamba
yang khusu dalam shalat, yang selalu dikuatkan keimanan dan
saling-tolong dalam kebenaran, amien, amien ya Rabbal alamin.


Wallahu a'lam bishowab
jabu zahra

keywords: Al Maa'uun, anak yatim, shalat, amal.

Pustaka: tafsir Fi Zhilaalil Qur'an




























mulyanto@titcc03[3]


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.