MATERI TARBIYAH
DUA AKTIFITAS CENDEKIAWAN



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/1619; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/25jul94/306
Bismillaahirrahmaanirrahiim



                      DUA AKTIFITAS CENDEKIAWAN
                      (Telaah Ali-Imran:190-191)

   Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian
   malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir
   (ulil albaab); (yaitu) mereka yang senantiasa berzikruLlah baik
   dalam posisi berdiri, duduk atau berbaring. Dan mereka juga
   selalu bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi, dan
   berkata: "Ya Robb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
   dengan sia-sia, SubhanaLlah, jauhkanlah kami dari azab neraka."
                                         (Al-Qur'an, 3:190-191)

Ikhwan dan akhawat fiLlah, assalamu'alaikum

. Belum lagi saya menyelesaikan tulisan ini, telah muncul satu
artikel komprehensif mengenai cendekiawan dari akh Abu Zahra.
InsyaAllah, telaah singkat ini dapat menjadi tambahan bagi  tuli
san tersebut ...

   Dari  dua ayat di atas, dapat segera kita simpulkan bahwa  ada
dua  aktifitas  yang  harus dimiliki oleh  seorang  mu'min,  yang
dengan  itu ia disebut Ulil Albab (cendekiawan). Kedua  ciri  itu
adalah zikir (zikruLlah) dan fikir (tafakkur).

   Aktifitas  pertama,   zikir, adalah suatu  proses  pembersihan
jiwa (tazkiatun nafs) dari segala bentuk kejahiliyahan dan  keko
toran.  Sebab hanya dengan kebersihan jiwa itu,  seorang  manusia
bisa  meraih  dan mendapatkan bimbingan dan ridho  ALlah.  Dengan
hati yang bersih seseorang dapat dengan jernih memandang  kehidu
pan, mampu membedakan antara yang hak dan bathil. Dan pada  gili
rannya akan mendorong dan menuntut seorang pada amal yang shalih,
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

   Pengertian  zikir  janganlah dibatasi sebagai aktifitas  lisan
saja,  yang mengucapkan do'a dan wirid tertentu; melainkan  harus
dipahami  sebagai  aktifitas qalbu, lisan dan  amal.  Qalbu  yang
berzikir  adalah qalbu yang senantiasa dekat dengan  ALlah,  yang
tergetar bila disebutkan asma ALlah dan menambah bobot  keimanan
nya  (QS  8:2). Sedangkan lisan yang berzikir adalah  lisan  yang
senantiasa  mengajak  kepada jalan ALlah. Ucapan  apa  saja  yang
mengajak  kepada kebaikan (da'wah) adalah zikruLlah secara  lisan
(QS  41:33).  Karena itu amatlah keliru bila zikir  secara  lisan
dipahami  hanya  sekedar memuji-muji ALlah  sampai  tak  sadarkan
diri,  sementara pada sisi lain, ucapan dan perbuatannya  berten
tangan dengan kebenaran. Akhirnya, qalbu dan lisan yang  berzikir
harus  dibuktikan dalam zikir amal. Yaitu berupa  perbuatan  baik
yang mengajak orang serta memberi contoh sesuatu yang baik.

   Aktifitas kedua,  fikir, adalah suatu proses aqliah  (intelek
pengetahuan  dan teknologi dalam kerangka memakmurkan bumi.  Seo
rang mu'min harus senantiasa mencurahkan segala potensi  fikirnya
untuk  mengambil hikmah kejadian di alam semesta,  demi  tegaknya
kedaulatan  ALlah  di muka bumi. Maka amatlah salah,  kalau  kaum
muslimin  menghabiskan potensi aqliahnya untuk mencari dan  meru
muskan  ideologi maupun prinsip-prinsip lainnya. Sebab semua  itu
telah  termaktub  di dalam KitabuLlah. Yang  dituntut  dari  kita
adalah melaksanakan segala prinsip-prinsip hidup tersebut  dengan
teguh  dan konsekuen. Sementara fikiran kita bekerja keras  untuk
mengembangkan  dan menemukan sarana hidup yang lebih  baik  dalam
naungan  ALlah, sehingga terciptalah masyarakat yang adil  makmur
dalam naungan mardhotiLlah. InsyaALlah.

Wassalamu'alaikum
Abu Akhyar

Ref: Quthb, S., "Fi Zilalil Quir'an"

keyword: zikir, fikir, ulil albab, cendekiawan, telaah 3:190-191


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.