![]() |
MATERI TARBIYAH SIUL UNDAN HIJAU UNTUK ABU THALHAH |
Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah Number: isnet/1619; Att: is-mod, is-lam, mus-lim Nomor: tarbiyah/25jul94/294 Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu'alaikum wr.wb. SIUL UNDAN HIJAU UNTUK ABU THALHAH "Infiruu khifafaw watsiqaala", berangkatlah kamu sekalian dalam keadaan merasa ringan ataupun berat. Berhenti pada ayat ini, At Taubah:41, suami ummu Sulaim, Abu Thalhah RA, tersentak. Ia yang kini sudah renta dimakan usia dengan putera-putera yang sudah dewasa, seperti terbangun dari tidur pulasnya. Dia sudah berumur lanjut, namun ayat ini diyakini berlaku untuk dirinya, bahkan dirasakan ayat ini khusus ditujukan untuk dirinya, berdialog, mengingatkan dan membangkitkan gelora lama yang tetap hangat dalam dadanya. Hatinya berdetak keras, wajahnya memerah, suaranya lantang mengge- legar, " wahai anak-anakku, tolong siapkan segala perlengkapan perangku", teriaknya. Mendengar perintah lantang sang ayah, putera-putera abu thalhah, yang juga singa-singa Allah terkejut. Tidak terlalu tuakah bagi sang ayah untuk turut ke medan perang ? Mereka bertanya-tanya dan mencoba menahan. "Ayah, engkau telah berperang bersama Rasulullah SAW sehingga beliau wafat. Engkaupun turut serta berjihad bersama khilafah abu bakar sampai beliau dipanggil Allah. Ayah, engkaupun tak pernah tertinggal dalam menegakkan kalimatullah bersama umar bin khattab sampai beliaupun mendahului kita menghadap Allah Rabbul Izzati. Karenanya, ayah, sekarang cukuplah kami putera-puteramu, penerusmu yang terjun ke medan bersama do'a mu". Abu thalhah diam, tegak bak spink, wajahnya tetap memerah, namun suaranya sudah kembali lembut, "wahai anakku siapkanlah perlengkapan perangku. Tidakkah engkau mengetahui, bahwa Allah telah memanggil kita yang muda maupun yang tua, infiruu khifafaw watsiqaala". Dia pun berangkat tak tercegah, menuju medan tempur laut dan mendapat kemuliaan syahid di tengah lautan. Setelah satu pekan perjalanan laut, barulah ditemukan daratan untuk mengebumikan jasad asy syahid. Yang luar biasa adalah sampai saat dikebumikan, tubuhnya tak berubah sedikitpun. Abu thalhah beroleh syahid yang diidamkannya. Inilah sosok mu'min tang telah dirasuki roh Al Qur'an, tercelup pekat sibgha Allah. "Dirinya" telah hilang, hawa nafsu telah terkalahkan, belenggu dan jerat-jerat dunia telah tersiasati. Tinta Rabbani telah menulisi jasad bergerak abu thalhah, membentuk jiwa kokoh, tegar namun tawadlu. Warna hatinya hanya satu "Allah" dan hanya "Allah", cinta akan jihad, burung undan hijau--surga tanpa hisab. Itulah abu thalhah dan kita adalah penerusnya, insya Allah. wallahu a'lam bisshowab. abu zahra ------------ tarbiyah@isnet.org