MATERI TARBIYAH
A l Q O S M U (1)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/13; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/29oct94/561
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.

                                                    70 baris


                      A l  Q O S M U (1)


  " Katakanlah, "sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup
    dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Rabb semesta alam.
    Tiada sekutu bagi-Nya.  Itulah yang diperintahkan
    padaku dan aku adalah orang yang mula-mula Muslim"
    (Al An'aam: 162-163)


   Makna kata syahaadah yang lain adalah al qosmu (sumpah).
Ini berarti dengan melafazhkan syahadatain kita bersumpah
di hadapan manusia, sementara hati kita hadapkan kepada Allah
SWT, untuk dalam hidup menjadikan Allah saja sebagai ilah, dan
Rasulullah SAW sebagai qudwah (contoh) dalam cara beribadah
kepada Allah.

   Bukan hanya dengan lisan tapi juga hadir hati. Dengan segenap
kesungguhan, seorang Muslim memulai hidupnya secara syari' dengan
mengucapkan kalimat sumpah ini.  Maka sejak itu dia berubah, dari
kondisi tidak beriman menjadi beriman, dia masuk madholul ilal
Islam (pintu gerbang Islam) dan memegang miftahul jannah (kunci
syurga) untuk segera menapakinya hasta demi hasta, jengkal demi
jengkal, serta siap menerima taklif (pembebanan).  Sejak itu dia
tidak lagi menjadi makhluk yang bebas.  Dia tidak bebas lagi untuk
menuruti kehendak taghut (setan), dia tidak bebas lagi untuk
mengikuti gelapnya dunia jahiliyyah, dia tidak bebas lagi untuk
menjadi manusia bodoh dan tertindas.  Tetapi dia terikat.  Dia
terikat pada nurrun ala nurrin (cahaya di atas cahaya), terikat
pada kebenaran, terikat pada fitrah, terikat pada cinta kasih,
ukhuwah, terikat pada aturan Allah dan uswah dari Rasul-Nya.
Dan dia menjadi mukallaf yang berserah diri (Muslim) untuk
mengikuti aturan Islam yang ditapakinya.

   Setelah melalui pintu gerbang Islam, maka kita secara hakikat
adalah makhluk yang terikat sumpah.  Terikat pada sumpah yang kita
ikrarkan secara sadar, dan dengan segenap konsekuensi yang ada di
belakangnya.  Pada periode makkah kaum quraish menilai syahadatain
ini sebagai sesuatu yang dibenci para raja, sesuatu yang akan
berhadapan secara langsung dengan keangkuhan dan kejahiliyahan,
sesuatu yang syarat dengan ujian.  Artinya dengan syahaadah kita
siap menghadapi ujian itu.  Bila tidak maka, sumpah yang ada
hanyalah main-main saja dan bukan sumpah manusia dewasa yang waras.

   Kalau al i'laan menuntut keberanian dan rasa bangga untuk menun-
jukkan sikap sebagai seorang Muslim, maka al qosmu menuntut kesiapan
mental terhadap konsekuensi yang akan muncul, kesiapan menerima tak-
lif (pembebanan) dan getirnya jalan da'wah.

   Sebagai bukti kesiapan itu dengan lantang dan berulang dalam
shallat kita bersumpah:

    Inna shalaatii wa nusukii, wa mahyaya, wa mamaati lillaahi
    Rabbil 'aalamiin

   "Sesungguhnya shallatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, akan
    kupersembahkan kepada Rabb semesta alam"

Hidup dan mati, kita katakan akan kita serahkan untuk perjuangan
agama Allah, untuk menegakkan aturan Allah, untuk menuruti perintah
Allah.  Dengan entengnya semua itu kita ucapkan, apakah benar hidup
dan mati akan kita serahkan untuk perjuangan di jalan Allah dan bukan
untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, suku, atau bangsa?
Semua ini perlu bukti dan Allah adalah saksi yang paling adil.
Maka buktikanlah!

Wallahu 'alam bishowwab
abu zahra


key words: syahaadah, al qosmu, sumpah


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.