MATERI TARBIYAH
A l Q O S M U (2)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/18; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/29oct94/562
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.

                                                    59 baris


                      A l  Q O S M U (2)


  " Katakanlah, "sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup
    dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Rabb semesta alam.
    Tiada sekutu bagi-Nya.  Itulah yang diperintahkan
    padaku dan aku adalah orang yang mula-mula Muslim"
    (Al An'aam: 162-163)


   Dalam sudut pandang al qosmu, seorang manusia dapat dikate-
gorikan secara langsung sebagai mu'min atau munafiq ittiqodi,
munafik tulen, bukan sekedar munafiq amali.  Munafiq ittiqodi
ini dengan lantangnya menyatakan keimanan demi status sosial,
demi fasilitas (ghanimah), demi perlindungan, namun manakala
mereka kembali kepada setan-setan mereka (pemimpin-pemimpin
munafiq ini secara langsung dikatakan sebagai setan-setan
oleh Allah) mereka melecehkan kaum yang beriman, dan mereka
menyatakan kekafiran mereka.

   "Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
    beriman, mereka mengatakan, "kami telah beriman".
    Dan apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka,
    mereka mengatakan, "sesungguhnya kami bersama kamu,
    kami hanyalah orang yang mengolok-olok"
    (Al Baqarah:14)

Mereka menyerang Islam atas nama Islam, menyebarkan fikrah
atas nama fikrah islami, sementara hakekatnya adalah adu-domba,
olok-olok, pelemahan ghirah, pendangkalan aqidah, dan peragu-raguan.
Mereka tidak membujuk agar ummat Islam percaya bahwa Isa AS itu
adalah anak Allah.  Karena mustahil diterima oleh akal sehat,
dan aqidah ummat.  Mereka juga tidak memaksa ummat untuk
percaya bahwa Uzair adalah anak Allah, karena ummat merasa
aneh kalau Allah bisa beranak dan diberanakkan.  Tapi kalau
pendangkalan aqidah, peragu-raguan, pelemahan ghirah?

   Hakekat dari munafiq ittiqodi adalah kafir.

   Karenanya al qosmu bukan saja mesti merembesi dimensi sosial
tapi juga ruhiyyah seorang Muslim.  Dan dia mestilah mengambil
bentuk kekuatan itiqod (tekad), azzam (kemauan), ghirah, dan akhlaq
lalu berjalan dalam aliran bukti-bukti keimanan.  Dan seorang
Muslim sama sekali bukanlah pendusta besar, yang bersumpah namun
nihil dalam perbuatan apalagi menghianati sumpah.

   "Hai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan
    apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kemurkaan Allah
    bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat"
    (Ash Shaff:2-3)

Seorang Muslim siap dengan sumpah dan menerima dengan ikhlash
amanah syahaadatain ini, sampai Allah memenangkan dien ini atau
dia hancur di dalam jalan itu.  Inilah orang-orang yang benar
sumpahnya, yang benar syahaadahnya, karenanya berhaq syahid--
memperoleh syahaadah.  Semoga kita termasuk salah seorang dian-
taranya, insya Allah.


Wallahu 'alam bishowwab
abu zahra


key words: syahaadah, al qosmu, sumpah, syahid


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.