MATERI TARBIYAH
KEBANGKITAN ISLAM (1)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/113; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/10jul94/267
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.

                   KEBANGKITAN ISLAM (1)

   Pencanangan kebangkitan Islam di abad ke-15 Hijriah atau
abad ke-21 telah disepakati banyak pemimpin Islam. Bahkan
dalam beberapa konferensi Islam ditutup dengan tekad membang-
kitkan Islam dalam abad ini--termasuk juga organisasi besar
Islam seperti OKI memproklamirkan abad ke-21 ini sebagai masa
bangkitnya gaung kebudayaan Islam di Bumi.

   Hari ini, kurang lebih 13 tahun berlalu, kini kita telah
memasuki tahun 1413 H, gaung kebangkitan Islam tetap nampak
dan iramanya menembus daerah Asia Tenggara, melalui Malaysia
merambat ke Indonesia. Dalam khutbah-khutbah Jum'at, dalam
diskusi-diskusi, tema kebangkitan Islam sering ditampilkan.
Gemuruhnya nampak terasakan. Namun pertanyaannya, apakah ke-
bangkitan Islam hanya seperti itu saja ? Hanya dalam bentuk
khutbah Jum'at atau diskusi panel atau tableq akbar ?
Sebenarnya apa dan bagaimana kebangkitan Islam ini bisa di-
wujudkan dalam bentuk kenyataan yang merealitas ? Insha Allah
tulisan ini menjadi bahan masukan.

BUKAN UTOPI

   Kebangkitan Islam, bagi ummat Islam tak lain dipandang
sebagai bangkit dan membuminya nilai-nilai Islam. Islam seba-
gai ideologi, Islam sebagai sumber moral, Islam sebagai ilmu
yang haq, dan Islam sebagai aturan hidup, secara terpadu di-
bangkitkan dan bangkit di Bumi. Islam tidak lagi dipandang
melulu sebagai bahan kajian, objek ilmu yang tak terpaut
dengan realitas, tetapi dianggap sebagai konteks dimana ke-
hidupan berlangsung. Dengan demikian, bersama kebangkitan
Islam, dalam realitas muncul kebudayaan dan peradaban Islam
dengan cahaya anggunya menyinari bumi dan manusia, mengarah-
kan dan mengayomi kehidupan manusiawi. Hukum-hukum Allah men-
dapat tempat yang utuh dan tepat, diterapkan dalam kenyataan.
Keadilan ditegakkan, al haq dibesarkan. Maka kendali kepe-
mimpinan dunia beralih pada ummat, melalui penumbangan
hegemoni Barat.

   Dalam garis ini, maka kebangkitan Islam tidak lain dari
kebangkitan ummat. Dimana ummat berkuasa menentukan jalan
hidupnya sendiri, menetapkan kebijaksanaan intern sendiri,
serta berkuasa akan penetapan hubungan-hubungannya sesuai
dengan kehendaknya, sesuai dengan apa yang digariskan
pencipta Yang Agung. Ummat berhak akan jalan hidupnya, se-
bagaimana yang diyakininya. Ummat tidak lagi diserang dan
dirongrong dengan konsep-konsep yang berbeda dengan jati
dirinya. Ummat tidak lagi ditekan dan dipaksa untuk meme-
nuhi kepentingan politik dan budaya orang lain. Ummat ti-
dak lagi dijajah, bukan hanya secara fisik tapi secara
budaya dan ideologis oleh orang lain. Dengan demikian, maka
kebangkitan Islam adalah kebangkitan ummat, kebebasan dari
dunia Barat, kebangkitan harga diri.

   Harga diri ummat, kebanggaan (izzah), tak lain muncul
dari pemahaman akan jati diri, dan jati diri yang cemerlang
saja yang akan membawa kebanggaan. Sebagaimana para sahabat
terdahulu demikian berbahagia dan bangga dengan Islam, meski
mereka kurang baik dari segi materi maupun peradaban.

   Ummat di hari ini belum seberapa memiliki harga diri,
masih dibelenggu rasa rendah diri (inferior complex),
karena kekalahan dalam setiap lapangan. Bukan saja kekalahan
dilapangan fisik, namun juga intelektual. Bukan saja kekalah-
an di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan,
tapi juga kekalahan dalam hal pemahaman terhadap jati diri.
kekalahan ini demikian parah, bahkan telah lebih parah dari
penghinaan.

   Saudara kita di Palestina, dengan sisa-sisa kekuatan, anak-
anak dan ibu-ibu berjuang dengan lemparan batu dan jepretan
ketapel. Bayangkan, hanya dengan alat-alat yang sederhana,
dengan alat-alat seperti itu intifhadah bertahan dan mencoba
mencari simpati dunia. Bosnia dengan pembantaian membabi-buta,
sungguh memilukan, mengiris dan menyayat-nyayat kalbu kita.
Tidakkah mereka itu dipandang sebagai manusia lagi oleh Barat
dan musuh-musuh Islam ? Kehormatan dan harga diri telah ter-
campakkan pada tempat yang terbawah, terhinakan. Belum sele-
sai ini semua menyusul Somalia.

   Kekalahan di bidang informatika melengkapi semua kekalahan-
kekalahan ini. Maka bukan saja informasi bermanfaat tak sam-
pai ke telinga kaum muslimin, bahkan informasi menjadi hilang
maknanya. Yang ada hanyalah informasi hasil rekayasa yang di-
abdikan untuk kepentingan kelompok tertentu. Maka ketika kata
" Islam " diucapkan, citra yang ada hanya sekelompok orang/
masyarakat terbelakang , fanatikdan bodoh, kasar, teroris,
masyarakat yang senang berperang, ajaran yang ditegakkan de-
ngan pedang, yang menganjurkan beristri 4, yang menyuruh ber-
puasa 1 bulan penuh, yang tidak boleh minum alkohol. Islam
ditampilkan dengan wajah kotor dan keras. Pemutar-balikan in-
formasi pun tak luput menimpa para pemimpin Islam. Tokoh Zia
ul Haq (semoga Allah ridla kepadanya) dikesankan sebagai
tokoh yang kasar lagi jahat, padahal dia lah yang melaksanakan
perbaikan dan berusaha menegakkan Islam di Pakistan.
Gammal Abdul Nasser dipopulerkan, ditokohkan, padahal dia lah
yang menghukum gantung tokoh Islam seperti Hassan al Bana dan
Sayid Qutb (semoga Allah ridla kepada jundullah ini).

   Citra buruk inilah yang memerosotkan harga diri. Dan
sebagian kita yang tak tahan, segera mengcounter dengan argumen-
tasi apologis, yang justru malah semakin mencerminkan sikap
rendah diri, bahkan mengingkari Al Qur'an.

   Lalu, dapatkah dengan kondisi separah ini Islam bangkit ?
Tidakkah ini hanya sebuah utopi ?

   Allah tidak akan mengubah nasib seseorang, suatu kaum atau
suatu bangsa kalau orang itu, kaum itu, atau bangsa itu tak
berkehendak untuk mengubahnya. Kalau ummat mau, dengan bantuan
Allah kebangkitan Islam insyaallah akan dapat diraih. Dengan
demikian kata "mau" ini mesti diartikan dalam bentuk ikhtiar
yang tak kenal lelah. Kebangkitan Islam bukanlah khayalan be-
laka, bukan sebuah utopi. Dia bisa mewujud, kalau konsep yang
jelas serta dicontohkan oleh tauhidul uswah, rasulullah, dimi-
liki dan dijalankan dengan istiqomah.

   Barat mungkin akan menilai lain. Bagi mereka issue kebang-
kita Islam ditanggapi dengan studi gejala untuk ini dan
hasilnya didiskusikan diantara mereka untuk kepentingan mereka.
Manakala dipersepsikan ummat bahwa kebangkitan Islam adalah
mewujudkan lagi masyarakat Madinah, maka kata utopis diberikan
para orientalis untuk persepsi ini.

   Dengan demikian dapat difahami, bahwa kebangkitan Islam
adalah project ummat, dalam skala ummat, kerja ummat dan hanya
ummat saja yang bertanggungjawab atasnya. Terpengaruh dengan
ejekan  Barat hanya akan menyurutkan langkah. Dan sekali lagi
mesti dikatakan bahwa jati diri mesti terus digali sehingga
cahayanya terpancar menepis keraguan, memberi semangat, dan
kmembangkitkan harga diri.

bersambung...

Wallahu'alam bissawab

abu zahra



------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.