MATERI TARBIYAH
KONSEKUENSI-KONSEKUENSI SYAHADATAIN (5)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/2491; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/29oct94/565
Bismillaahirrahmaanirrahiim



                KONSEKUENSI-KONSEKEUNSI SYAHADATAIN (5)

Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Allah : Raazaq

Rejeki sering dikonotasikan dengan uang. Konotasi ini tidak salah tetapi
sangat sempit. Rejeki dapat juga dikonotasikan dengan 'nikmat', yaitu segala
sesuatu yang enak yang dicari dan dibutuhkan manusia seperti uang, harta
benda, ilmu, kesempatan, kesehatan, kemampuan, jabatan, dan sebagainya.
Rejeki (nikmat) yang paling berharga, dari seluruh rejeki di dunia ini,
adalah petunjuk (Huda) dari Allah untuk hidup dalam Iman dan Islam.

Allah sebagai Raazaq artinya Allah sebagai pemberi rejeki kepada seluruh
mahluk di alam semesta. Pada hakekatnya semua rejeki yag dinikmati mausia
berasal dari Allah. Allah sajalah yang menjadikan otot-otot manusia
berfungsi sehingga dapat bergerak untuk mecari uang atau harta benda. Allah
sajalah yang menjadika otak manusia bekerja sehingga dapat berpikir  untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Allah sajalah yang menciptakan
alam semesta beserta isinya sehingga manusia dapat makan nasi, minum air,
bernafas udara, bermandi sinar matahari, meikmati pemandangan alam yang
indah, dsb-dsb.

"Maka nikmat Tuhanmu yag manakah yang kamu dustakan ?" ("Fabiayyi aalaaai
rabbikumaa tukadzdzibaan"), demikian sindiran Allah yang diulang sampai 31
kali dalam surat ar-Rahmaan. "Jika kamu menghitung nikmat Allah maka kamu
tidak akan mampu" ("Wain ta'udduu ni'matallaahi laa tuhsuuhaa"), demikian
firman Allah dalam ayat lain.

Kewajiban manusia adalah bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang
telah diberikan, yaitu dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan
Allah. Dengan kata lain, sebagai 'abdullah' manusia mengabdi (memperhambakan
diri) hanya kepada Allah dan sebagai 'khalifatullah' manusia mengelola dan
memanfaatkan alam semesta beserta isinya menurut aturan-aturan Sang Pencipta
(Allah SWT).

"Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu
mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'" (QS Ibrahim
14:7). "Dan Dia (Allah) telah memberikan kepadamu dari segala keperluan yang
kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah
dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan
sangat mengingkari nikmat Allah" (QS Ibrahim 14:34). "Katakanlah,
'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rejeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya'.
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan
Dia-lah Pemberi rejeki yang sebaik-baiknya" (QS Saba' 34:39).

Allah : Ghaayah

Sadar atau tidak, dipahami atau tidak, beriman atau tidak, semua manusia
sedang berjalan terus, dari detik-menit-jam-hari-bulan-tahun ke seterusnya,
menuju ke keharibaan Allah yang Agung. Dengan kata lain, seluruh manusia
akan pasti mati dan kemudian mempertanggung-jawabkan seluruh perbuatannya
ketika di dunia. Semua manusia meyakini realitas kematian tetapi tidak
semuanya beriman kepada hari akhir. "Hai manusia, sesungguhnya kamu telah
bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu. Maka pasti kamu akan
menemui-Nya" (QS al-Insyiqaaq 84:6).

Allah sebagai Ghaayah artinya Allah sebagai tujuan hidup. Alinea tersebut di
atas adalah salah satu makna Ghaayah. Makna yang lain adalah bahwa semua
aktifitas kehidupan manusia hendaklah diorientasikan kepada Allah, menuju
Mardhatillaah. Alam semesta beserta isinya telah diciptakan dan diberikan
kepada manusia dengan gratis; Allah hanya menganjurkan manusia, tidak
memaksanya (baca QS 2:256 ; 18:29), untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah.
Semuanya milik Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah ("Innaalillaahi
wa inna ilaihi raaji'uun"). Dan kepada Allah-lah dikembalikan semua urusan
("Wailallaahi turja'ul umuur").

Konsekuensi dari pengertian ini adalah bahwa semua aktifitas kehidupan
manusia dilakukan dengan niat utama ibadah kepada Allah, yang tentunya
menurut aturan Allah. Makan, minum, tidur, belajar, bekerja, berolahraga,
shalat, puasa, dsb-dsb., harus ditujukan pada titik akhir, yaitu ridha
Allah. Jika manusia memenuhi kewajibannya untuk beribadah kepada Allah, maka
Allah pasti akan memberikan hak kepada manusia untuk memperoleh kenikmatan
di dunia dan akhirat. Bahkan kepada orang yang ingkar (kafir) pun, Allah
memberikan nikmat (tetapi di dunia saja).

Seseorang yang belajar harus diniatkan untuk mengabdi kepada Allah sebagai
niat utama. Niat untuk mencari ilmu dan agar kelak mendapatkan pekerjaan
tidaklah niat yang salah, tetapi niatan itu harus di bawah niat utama.
Sebagai orang yang beriman, segala sesuatunya harus dapat dikembalikan
kepada Allah; Jaringan relasi antara mukmin dan Allah tidak harus putus,
tetapi senantiasa harus dijalin terus-menerus dalam segala aspek kehidupan,
sebagai bukti dari keimanannya itu.

"Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia dan
bertaqwalah kepada-Nya, dan sekali-kali Tuhanmu tidak lali dari apa yang
kamu kerjakan" (QS Huud 11:123)

(Insya Allah, tunggu seri berikutnya)

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.

Muhtar - Aberystwyth UK






------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.