MATERI TARBIYAH
RESEP TSABAT



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/19; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/28jun94/117
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang

Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Alhamdulillahi rabbil'alamin.  Wash-sholatu was-salamu 'ala Nabiyina Muhammad
wa 'ala alihi wa shohbihi wa man tabi'ihi ilaa yaumid-din.

Amma ba'du. Ana hendak berbagi artikel yang ana baca di majalah "Sabili".
Mudah-mudahan ada manfaatnya buat kita semua. Selamat menikmati.

******************************************************************************
R E S E P       T S A B A T
******************************************************************************

Pertarungan antara pendukung kebatilan dengan kebenaran tak kenal kata
istirahat. Pertarungan ini bisa mengambil bentuk pertarungan fisik, pertarungan
ideologi dan dapat pula berbentuk pertarungan informasi. Setiap Muslim sadar
atau tidak, pasti terlibat pertarungan panjang tak berujung ini.

Salah satu sifat yang harus dimiliki "jundi" (prajurit) Muslim sebagai
bekal dalam menerjuni pertarungan ini adalah "ats-tsabat" (keteguhan,
ketegaran). Firman Allah Ta'ala:

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian memerangi pasukan (musuh) maka
berteguh-hatilah kalian dan berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, agar
kalian berbahagia." (Q.S. Al Anfal:45).

Berdasarkan ayat di atas, "tsabat" memiliki posisi amat penting dalam
daftar perbekalan yang harus dimiliki oleh orang yang sedang berjuang untuk
memerdekakan umat manusia.

Oleh karena itu bagai seorang "jundi", "tsabat" merupakan sifat
"harakiyah" yang apabila ia kehilangan sifat tersebut, secara otomatis
"kejundiannya" tercabut dari dirinya.

Sejarah mencatat, bagaimana perjuangan Islam yang gagal akibat adanya
orang-orang yuang terlibat dalam perjuangan kehilangan sifat "tsabat".
Kekalahan (kalau kata ini tepat) yang dialami kaum Muslimin dalam Perang Uhud
pun terjadi akibat adanya beberapa anggota pasukan pemanah yang tidak tsabat
karena melihat "ghanimah" yang ditinggalkan musuh.

Tak dapat dipungkiri, untuk menangkal, menghadapi serta membalas
kebrutalan jahiliyah yang ditopang berbagai kekuatan, umat Islam wajib memiliki
kekuatan yang memadai dan seimbang dengan yang dimiliki musuh. Propaganda,
"tabligh" atau "ta'lim" semata, tidak mungkin dapat menghancurkan benteng
jahiliyah yang didukung kekuatan-kekuatan material, finansial, militer, politik
disamping kekuatan propaganda dan informasi.

Umat Islam wajib memiliki kekuatan propaganda dan da'wah, sebagaimana
ia wajib memiliki kekuatan finansial, politik dan militer.

Namun apalah artinya semua kekuatan itu tanpa adanya sikap mental yang
prima. Segala faktor kekuatan eksternal itu akan menjadi tak berarti manakala
tidak didahului dengan adanya kekuatan internal, berupa sikap dan sifat yang
positif, diantaranya adalah "tsabat".

FACTOR-FACTOR PENUNJANG TSABAT

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan,
mempertahankan atau meningkatkan sifat "tsabat" ketika terjun di belantara
da'wah, tarbiyah dan jihad. Di antaranya:

1. Mengakrabi Al-Qur'an.
------------------------

Al-Qur'an Al-Karim adalah sumber utama bagi tumbuh dan meningkatnya
"tsabat", dalam jiwa seorang Muslim. Sebab Al-Qur'an merupakan tali penghubung
yang amat kokoh antara seorang hamba dengan Rabb-nya.

Allah Ta'ala telah menegaskan bahwa Al-Qur'an mampu meneguhkan hati
orang-orang yang mengimaninya. Firman-Nya:

"Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Rabb-mu dengan
benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)."                         (Q.S. An Nahl 102).

Ada beberapa hal yang menjadikan Al-Qur'an sumber "tsabat":

Pertama, Al-Quran menanamkan keimanan dan mempertautkan hati seorang
Muslim dengan Allah Ta'ala. Membaca dan mendengar ayat Al-Qur'an dengan penuh
tadabbur dan penghayatan, mampu menghadirkan perasaan sedang berhadapan dengan
Allah menerima segala pesan, nasihat, perintah, dan larangan-Nya. Hal ini akan
menjadi bekal ketika ia mengarungi kehidupan dengan segala serba-serbinya.

Kedua, Al-Qur'an membekali seseorang dengan persepsi, konsepsi serta
nilai-nilai yang dijamin kebenarannya, sehingga ia mampu menialai dan menimbang
segala sesuatu dengan proporsional dan benar. Orang-orang yang memahami
Al-Qur'an, pasti tahu bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara. Dengan
demikian dia akan menyikapi dunia ini dengan cara yang wajar sesuai dengan
kehendak penciptanya.

Ketiga, Al-Qur'an menjawab berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh
orang-orang kafir dan munafik atau musuh Islam lainnya, serta mematahkan logika
mereka yang rancu. Sehingga sikap "tsabat" yang tumbuh didasari kejelasan
dalil yang ada.

Dalam kaitan ini Rasulullah SAW bersabda"

"Perumpamaan orang-orang Mu'min yang membaca Al-Qur'an bagaikan buah utrujah,
baunya harum dan rasanya juga ni'mat. Dan perumpamaan orang mu'min yang tidak
suka membaca Al-Qur'an bagaikan buah korma, rasanya manis tapi tidak berbau
harum."                         (H.R. Muttafaq 'alaih).

2. Tarbiyah yang kontinyu dan bertahap
--------------------------------------

Tarbiyah (pendidikan, pembinaan) yang dijalankan secara kontinyu dan
bertahap dengan sasaran dan tujuan yang jelas merupakan faktor asasi bagi
terwujudnya "tsabat", dengan tarbiyah yang kontinyu ("istimrar") seseorang akan
belajar dan terbiasa memikul beban-beban da'wah. Dengan adanya sasaran-sasaran
dan tujuan ("ghayah") yang jelas, seseorang akan memahami sudah sejauh mana dia
berjalan bersama Islam.

Keimanan yang mendalam, pemahaman Islam yang "syamil" (utuh) serta
akhlaq yang tinggi yang didukung dengan semangat jihad yang tinggi, yang
kesemuannya itu merupakan motor "tsabat", tidak mungkin terwujud tanpa pola
pembinaan atau da'wah yang serabutan.

3. Memahami watak jalan da'wah dan perjuangan
---------------------------------------------

Jalan da'wah tak hanya penuh onak dan duri, akan tetapi lebih dari itu,
di atas jalan da'wah ada ranjau, ada mesiu dan ada bom waktu. Ada mata-mata
yang mengintai dan seribu satu macam penghalang. Jalan da'wah juga bukan jalan
yang dapat diukur dengan umur seseorang atau satu generasi. Panjang jalan
da'wah sepanjang jalan kehidupan manusia di muka bumi ini.

Orang yang tidak memahami watak jalan da'wah dengan segala rintangan,
ujian dan tantangannya akan mudah "shock" ketika dihadapkan pada tantangan atau
mengalami "futur" (kelesuan) ketika dibenturkan pada ujian. Firman Allah
Ta'ala:

"Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan dari
(jenis) manusia dan dari (jenis) jin."       (Q.S. Al An'am:112)

4. Iltizam dengan syari'at Allah dan amal sholeh
------------------------------------------------

Allah Ta'ala berfirman:

"Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan tguh itu (kalimat
thayyibah) dalam kehidupan dunia dan di akhirat."   (Q.S. Ibrahim:27)

Orang yang malas melakukan amal sholeh dan senang hidup berleha-leha
akan sulit bertahan tegar ketika gelombang fitnah menerpanya. Sebaliknya, orang
yang rajin dan iltizam dengan syari'at Allah akan memiliki ketegaran dan
keteguhan dalam menghadapi fitnah.

Oleh karena itu Rasulullah SAW dalam hidupnya senatiasa menjaga amal
sholeh, dan amal yang paling beliau sukai adalah yang dilakukan secara kontinyu
walaupun sedikit. Para sahabatnya pun jika melakukan pekerjaan, mereka
menjaganya agar berjalan secara kontinyu. Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Barangsiapa yang memelihara shalat 12 rakaat (sunah rawatib) ia dijamin masuk
surga."      (Sunan At-Tirmidzi)

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman:

"Hamba-Ku akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah
nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya."     (H.R. Bukhari )

5. Menghayati perjalanan hidup hamba-hamba Allah yang terdahulu
---------------------------------------------------------------

Teramat banyak pelajaran yang dapat membantu menumbuhkan "tsabat" yang
dapat digali dari sejarah perjuangan hidup orang-orang sholeh yang telah
kembali kepangkuan-Nya, mulai dari para nabi terutama Nabi Muhammad SAW, para
sahabat Rasulullah SAW, para tabi'in dan sebagainya. Al-Qur'an sendiri
menyebutkan banyak contoh ketegaran para utusan-Nya dalam menyebarkan
risalah-Nya, dan Allah menegaskan di dalamnya:

"Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah setiap rasul agar dengannya Kami
teguhkan hatimu, dan dalam surat itu telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Q.S. Hud:120)

Di dalam Al-Qur'an digambarkan bagaimana para utusan Allah diburu,
disiksa atau dibunuh oleh para penentangnya, namun demikian mereka tetap teguh
dengan keimanannya. Rasulullah SAW sendiri mendapatkan perlakuan yang tidak
berbeda dengan yang diterima oleh para pendahulunya, juga para sahabat.

Menyadari bahwa nenek moyang kita - Rasulullah SAW dan para sahabatnya
merupakan umat yang besar, adalah kekayaan kita. Mengkaji dan menghayati setiap
langkah gerakan generasi sahabat merupakan asset kebangkitan umat Islam.
Membuka kembali lembaran-lembaran jihad dan perjuangan mereka dalam membangun
Islam adalah modal perjuangan umat Islam yang tiada ternilai harganya.

6. Yakin bahwa masa depan di tangan Islam
-----------------------------------------

Sunnatullah telah menentukan bahwa jika terjadi pertarungan antara yang
iman dan kufur, antara yang haq dan bathil, yang akan keluar sebagai pemenang
adalah iman dan al-Haq, betapapun besarnya kekuatan kebathilan itu.

Sejarah mencatat bahwa kemenangan-kemenangan yang diraih oleh umat
Islam dalam perjuangannya menegakkan "kalimatullah" bukanlah karena kekuatan
material yang dimiliki umat Islam lebih besar dari yang dimiliki lawan. Yang
tercatat bahkan sebaliknya, umat Islam dari segi materi selalu dalam posisi
yang lemah.

Perhitungan matematis manusia mengatakan, Muslimin generasi pertama
berpeluang untuk dilumat habis oleh musyrikin Quraisy. Beberapa alasan bisa
dikemukakan; persiapan yang kurang matang karena tidak ada rencana untuk
memerangi pasukan bersenjata Quraisy, yang diburu adalah iring-iringan unta
yang membawa barang dagangan, personil yang berjumlah kecil - satu berbanding
tiga - dibandingkan dengan orang-orang kafir, serta perlengkapan yang apa
adanya. Itu semua dianggap cukup menjadi alasan bagi kekalahan kaum Muslimin.

Namun perhitungan seperti itu hanya berlaku dalam pertempuran antara
kebathilan melawan kesesatan. Dalam pertempuran seperti ini kekuatan
benar-benar menjadi andalan utama.

Sunnatullah kemenangan iman atas kekafiran itu terus berlangsung dan
berulang dalam sejarah pertarungan antara keduanya. Catatan terakhir yang kita
baca (bahkan kita saksikan) dalam perjuangan kontemporer adalah perjuangan
Afghanistan atas tentara komunis Rusia dan para bonekanya. Kemenangan ini
sungguh spektakuler di luar perhitungan matematis manusia.

Inilah kebenaran janji-janji Allah Ta'ala Pengendali alam semesta:

"Dan mereka (orang-orang kafir) merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan
Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka
perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami
membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya." (Q.S. An-Naml 50-51)

Firman-Nya pula:

"Maka Kami beri kekuatan kepada orang-orang yang beriman (dalam mengalahkan)
musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang yang menang." (Q.S. As-Shaff:14)

Firman-Nya pula:

"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)."
(Q.S. Al Mu'min:51)

Keterlambatan kemenangan, boleh jadi membawa hikmah dan pelajaran.
As-Syahid Sayyid Quthb dalam Dzilal-nya menyebutkan tidak kurang dari delapan
hikmah/pelajaran yang bisa ditarik dari ditangguhkannya kemenangan oleh Allah
(lihat Fii Dzilalil Qur'an, yang berkaitan dengan ayat 38 surat Al-Hajj).
Beberapa di antaranya:

Pertama, boleh jadi karena bangunan umat Islam belum sempurna, masih
banyak potensi dan kekuatan yang belum tergali. Sehingga andaipun ia mendapat
kemenangan, umat Islam tidak akan mampu mempertahankannya.

Kedua, boleh jadi "thagut" yang sedang diperangi umat Islam berkedok
Islam, sehingga sebagian besar umat Islam tertipu olehnya dan menjadi
pembelanya.

Ketiga, boleh jadi dalam memperjuangkan Al-Haq, umat Islam masih
memiliki tujuan-tujuan lain selain tegaknya kalimatullah. Sedangkan Allah
menginginkan jihad itu murni bertujuan mencari ridla-Nya.

7. Merenungkan kenikmatan "jannah", siksa neraka dan mengingat kematian
-----------------------------------------------------------------------

Jannah adalah tempat yang sarat dengan kenikmatan dan kegembiraan yang
tidak dapat dibayangkan oleh manusia sekarang.

Jiwa manusia memiliki watak tidak senang berkorban atau bersusah payah
dalam menghadapi cobaan, kecuali jika ia tahu ada imbalan yang dijanjikan.
Dengan demikian segala kesulitan akan dirasakan ringan dan segala penderitaan
akan dianggap sebagai cambuk untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.

Rasulullah SAW dalam memperteguh keimanan para sahabat r.a., juga
mengingatkan mereka dengan kenikmatan jannah. Ketika Rasulullah SAW lewat
kepada Yasir, istrinya dan Ammar yang sedang menanggung siksaan dari orang
Quraisy gara-gara mereka beriman, beliau mengatakan, "Bersabarlah wahai
keluarga Yasir, bersabarlah walai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah
surga."

Sebaliknya, ketika kita ingat adzab akhirat demikian dahsyat dan
pedihnya, kita akan segera sadar bahwa bencana apapun yang ditimpakan oleh
manusia kepada kita ketika berjuang di jalan Allah, tidak seberapa dibandingkan
dengan adzab Allah di neraka nanti.

Salah satu bentuk siksaan Allah yang digambarkan dalam Al-Qur'an:

"Setiap kali matang (hancur) kulit-kulit mereka (penghuni jahannam), Kami ganti
dengan kulit-kulit yang baru, agar mereka merasakan siksaan." (Q.S. An Nissa:56)

8. Dzikir dan Do'a
------------------

Di antara sifat-sifat para hamba Allah ('ibadur-rahman), senantiasa
memohon kepada Allah agar diberi keteguhan ("tsabat"). Sebab upaya apapun yang
dilakukan sebagai manusia, tidak akan mencapai apa yang dia inginkan bila tidak
mendapat taufiq dari Allah Ta'ala.

Al-Qur'an menggambarkan bahwa orang-orang beriman selalu memanjatkan
do'a:

"Ya Allah janganlah Engkau menjadikan hati kami condong kepada kesesatan
setelah Engkau beri petunjuk kepada kami."   (Q.S. Ali 'Imran 8)

Do'a yang dipanjatkan oleh orang-orang beriman yang menjadi tentara
Thalut sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

"Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kesabaran dan teguhkanlah pendirian kami,
dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (Q.S. Al Baqarah 250)

Rasulullah SAW menjelaskan:

"Seluruh hati anak Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar-Rahman
(Allah Ta'ala) bagaikan satu hati, ia memalingkannya kemana saja yang ia
kehendaki."               (H.R. Ahmad dan Muslim)

Oleh sebab itu amatlah wajar kalau Rasulullah SAW banyak memanjatkan
do'a:

"Ya Allah Yang membolak-balikkan hati (manusia), teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu."                (H.R. At-Tirmidzi)

Demikianlah beberapa petunjuk yang dapat kita amalkan guna menumbuhkan
"tsabat" di dalam jiwa. Akhirnya semua terpulang kepada kemauan tekad kita
masing-masing. Wallahu waliyut taufiq wahua a'alm bish shawwab.


Catatan: Tulisan ini merupakan modifikasi dari buku "Wasaailuts Tsabat 'alaa
         Diinillah", karya Muhammad Shaleh Al Munajjid

Referensi: "Fii Dzilalil Qur'an", oleh Asy-Syahid Sayyid Quth
           "Yang Berjatuhan Di Jalan Da'wah", oleh Syeikh Fathiyakan
           "Komitmen Muslim Kepada Harakah Islamiyyah", oleh Syeikh Fathiyakan.


Yasir Miqdad
*******************************************************************************

Semoga ada manfaatnya. Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Saudaramu se-Islam
Agus Widodo
arw2706@zeus.tamu.edu



------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.