MATERI TARBIYAH
T A K L I F (3)



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/172; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/08jul94/230
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalamu'alaikum wr.wb.

                                                      3 dari 3

                                                      78 baris


                        T A K L I F (3)


       Sesungguhnya Allah telah membeli dari
       orang mu'min diri dan harta mereka dengan
       memberikan syurga untuk mereka.
       Mereka berperang di jalan Allah,
       lalu mereka membunuh atau terbunuh
       (At-Taubah: 111)


     Kemampuan untuk menanggung beban da'wah, taklif, memikul
kesulitan, penganiayaan, penyiksaan, menapaki skenario Rabbani
adalah konsekuensi dari 'ubudiyah seorang makhluk kepada Khaliq,
kewajiban jin dan manusia, yang tidak diciptakan Allah kecuali
untuk beribadah kepada-Nya.  Tak ada lagi opsi bagi manusia
untuk memilih atau menolak beban da'wah ini manakala mereka
telah berikrar, bersyahadat, berjanji setia dan mengakui uluhiyah-
Nya.  Yang ada hanya satu opsi, jalan dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan.  Manakala seorang manusia telah mengikrarkan
diri dengan lisan, maka pada detik yang sama hatinya mengiyakan.
Bahkan perkataan keimanan itu sendiri mestilah keluar dari
kesungguhan niat, segenap kesadaran hati, dan tanpa paksaan.
Setelah itu medan pembuktian adalah amal, berupa ketundukkan
sami'na wa atho'ana (dengar dan ta'at) kepada hukum Allah.

     Pada titik ini seorang manusia telah memilih dan terikat
akan pilihannya.  Dia tidak bebas lagi untuk memperturutkan
hawa nafsunya,  karena mereka telah membebaskan diri dari
keterikatan pada hawa nafsu.  Dia menjadi hamba yang mengikat
perjanjian dengan Rabbnya, suatu perjanjian yang sangat agung.
Diri, jiwa, dan harta mereka telah mereka niagakan, telah
mereka jual kepada Allah.  Mereka telah membeli syurga dengan
harga jiwa dan harta mereka, sesuatu yang Allah berikan kepada
mereka, yang sebenarnya juga merupakan haq Allah.

     Dalam garis ini, seorang Muslim telah siap menanggung
beban da'wah dan tidak menjadi beban bagi jalannya da'wah.
Maka dia menapaki jalan terjal lagi berduri, mereka siap
menang atau kalah, mereka siap mengeluarkan keringat dan air
mata, dan bahkan mereka siap untuk membunuh atau terbunuh.
Semua gejolak emosinya, marah dan benci, tenaga dan fikirannya,
telah terikat tiang da'wah.  Dia tidak berada di pinggiran,
di tempat yang aman-aman saja.  Tidak. Mereka menceburkan diri
dalam kancah, mereka melibatkan diri dengan seluruh risiko da'wah,
mereka ada di tengah qodoyatul qubro (persoalan besar), bukan sekedar
di pinggiran, mereka hanyut dan menghanyutkan diri dalam arus Allah,
mereka terikat dalam suatu gerak besar rapi dan terencana
menuju satu tujuan besar, bahkan maha besar; ridha Allah dan
kembalinya jati diri Muslim dalam keagungan khasnya, wujudnya
jama'atul Muslimin, kembalinya negeri-negeri Islam yang terampas
para kolonialis, tegaknya qiyadah islamiyah, tegaknya khilafah
islamiyah, tegaknya kesatuan manusia dalam cinta kasih dan keadilan
yang fitri, tegaknya hukum-hukum Allah yang mulia, tegaknya
kekuasaan Allah di bumi.

     Mereka dengan penuh izzah, kebanggaan iman, siap diatur
dan mengatur, memerintah dan diperintah.  Mereka berazzam pada
ketentuan yang telah diyakini dan disepakati.  Dan mereka memahami
bahwa mereka tengah berniaga dengan Allah.

     Dalam titik ini, berbagai dzon tentang kemenangan dan ke-
kalahan rasa dendam kepada musuh-musuh yang harus dihadapi akan
lenyap, selenyap kekhawatiran akan terbunuh atau membunuh.
Karena mereka telah terikat dalam rasa syukur, betapa skenario
Allah adalah yang terbaik baginya, dan pertanda rasa cinta
kasih Allah pada mereka.  Maka mereka hanya befikir untuk
pelaksanaan skenario itu dan hasil da'wah adalah urusan Allah.

     Sosok jundullah seperti ini, tak akan merasa beban da'wah
sebagai sesuatu yang berat dan aneh.  Karena dalam benak mereka
difahami, bahwa kesulitan adalah watak da'wah itu sendiri,
karakter inheren yang mesti ditemui.  Mereka berjalan untuk
menang atau kalah, untuk membunuh atau terbunuh, untuk kemulia-
an di dunia atau mati syahid.  Tak ada yang mereka khawatirkan
karena apa pun yang mereka terima, semuanya tersimpul dalam
suatu titik tujuan hakiki, mardhotillah, ridha Allah.
Ridha Allah adalah jannah, dan jannah adalah kebahagiaan panjang,
suatu kelezatan sempurna.

Wallahu 'alam bishawab

Wassalam,
abu zahra


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.