MATERI TARBIYAH
TONGGAK - TONGGAK KHOIRU UMMAH



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/118; Att: is-mod, is-lam

Nomor: tarbiyah/28jun94/111
Bismillaahirrahmaanirrahiim

        Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang

Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Segala puja-puji bagi Allah, Penguasa seluruh alam. Semoga sholawat dan
salam senantiasa dilimpahkan oleh Allah kepada junjungan kita Muhammad
s.a.w. beserta keluarga, para sahabat dan pengikut beliau sampai akhir
zaman.

Amma ba'du. Ikhwan dan Akhwat sekalian yang dikasihi Allah:
Apabila kita kaji kondisi ummat Islam dan ummat manusia saat ini, sering
kita akan merasa kecewa dan putus harapan. Keadaan umat yang penuh dengan
derita dan cobaan, serta penindasan dari luar dan dalam, penghinaan dan
pembunuhan terhadap umat Islam di mana-mana. Seolah-olah tak ada pemecahan
terhadap kondisi saat ini. Terus terbayang dalam benak saya: Bagaimana
umat Islam akan bangkit kembali sebagaimana telah dijanjikan ALlah?

Berikut ini saya mau berbagi artikel yang mungkin bisa menjawab pertanyaan
saya di atas.

***************************************************************************
        T O N G G A K  -  T O N G G A K   K H O I R U   U M M A H
        (Oleh A. Yasir, disalin dari Majalah Sabili No. 37/III April 1991)
***************************************************************************

        Generasi Muslimin perdana (para sahabat Rasulullah s.a.w. semoga
meridlai mereka) dinilai Rasulullah s.a.w. sebagai "khairu-qurun" (generasi
terbaik). Bahkan Allah SWT memberinya predikat "khairu ummah" (ummat terbaik)
dengan firman-Nya:

"Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada ALlah"
                                        (Q.S. Ali Imran 110)

Khitob (cicerone) ayat ini adalah Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya.
Predikat ini selanjutnya diberikan kepada umat yang memiliki karakteristik
sifat-sifat seperti yang dimiliki generasi pertama itu.

        Penilaian Allah atas khoiru ummah tidak didasarkan pada nilai-nilai
material atau keberhasilan-keberhasilan duniawi, seperti penaklukan-
penaklukan kota musuh atau pengumpulan ghonimah yang melimpah ruah.

        Mengapa demikian?  Karena keberhasilan-keberhasilan material itu tak
lain merupakan natijah (hasil) kondisi mental sepirititual mereka yang unik
hasil tempaan murobbi teladan, yaitu Rasulullah s.a.w. Asy-syahid Sayyid
Quthub dalam "Ma'alim Fith-Thoriq" menjuluki generasi Muslimin itu sebagai
"Al-Jiilul-Qur'any Al-Fariid" (generasi Qur'ani yang unik). Julukan aatersebut
sangat tepat karena kehidupan individu (fardy), keluarga (usrah) dan
masyarakat (mujtama'). Atas dasar ini tidaklah tepat menilai "hanif" tidaknya
sebuah gerakan da'wah berdasarkan keberhasilan atau kegagalan material.

        Lembaran sejarah para sahabat r.a. memperlihatkan bahwa tidak ada
 satu ayat Al-Qur'an pun yang tidak ter-realisir dalam kehidupan mereka.
 Seluruh isi  Al-Qur'an telah menjadi sibghah (celupan) bagi generasi tersebut
 secara umum. Ketinggian umat terletak pada keimanannya kepada Allah SWT dan
 kitab-Nya secara utuh tanpa ada pemilahan.

 "Dan janganlah kalian merasa hina (rendah) dan jangan (pula) kalian merasa
 bersedih. Kalian adalah umat yang paling tinggi, jika kalian (benar-benar)
 beriman."                                      (QS Ali Imran 139)

        Pemilahan terhadap syari'at Allah dalam bentuk mengimani sebagiannya
 dan menolak sebagian lagi, mengakibatkan kejatuhan ummat tersebut ke lembah
 kenistaan di dunia dan akhirat. Mereka tak layak lagi menyandang predikat
 "Al-A'laun" atau "khairu ummah".

 "Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab dan kufur kepada sebagian
 lagi. Maka tiada balasan bagi orang yang berbuat demikian selain kehinaan
 di dunia dan pada hari akhirat akan dicampakkan ke dalam siksaan yang berat."
                                        (QS Al Baqarah 85)

        Ada beberapa karakteristik generasi sahabat, yang merupakan tonggak-
 tonggak "khairu ummah". Diantaranya:

 1. Jujur dan setia akan janji kepada Allah
 ------------------------------------------

 "Diantara orang-orang Mu'min itu ada orang-orang yang menepati janji-janji-
 nya kepada ALlah; maka di antara mereka ada yang gugur; dan diantara mereka
 ada yang menunggu. Dan mereka tidak merubah janjinya sedikitpun."
                        (QS Al Ahzab 23)

        Ayat ini turun sehubungan dengan sahabat yang bernama Anas bin Nadlir.
Anas bin Malik menuturkan: "Pamanku, Anas bin Nadlir tidak turut serta dalam
perang Badar. Oleh karena itu dia merasa sangat menyesal dan berkata:

        'Aku tidak turut serta dalam pertempuran pertama yang diikuti
        Rasulullah saw Kalau ALlah menakdirkan aku mengikuti pertempuran
        bersama Rasulullah s.a.w. di kemudian hari, niscaya ALlah akan
        menyaksikan apa yang akan aku perbuat!'

Maka tibalah hari perang Uhud. Sa'ad bin Mu'adz menghampirinya, lalu berkata:

        'Wahai Abu Amer (Anas bin Nadlir) hendak kemana engkau?'

Ia menjawab:

        'Alangkah nikmatnya bau harum angin sorga. Aku menciumnya ada di
        balik bukit Uhud!'

Lalu ia bertempur sampai syahid. Pada tubuhnya diketemukan lebih dari
delapan puluh luka bacokan, tusukan tombak atau panah. Lalu turunlah
ayat tersebut"
(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ar-Tirmidzi dan lain-lain. Lihat
tafsir Fathul-Qodir).

        Pada riwayat lain diceritakan juga ketika Rasulullah memeriksa para
syuhada perang Uhud, beliau melewati tubuh Mush'ab bin Umair yang tergolek
tak bernyawa. Lalu Rasulullah saw. membacakan ayat tersebut.

        Mush'ab bin Umair sendiri menemui syahidnya setelah berjuang habis-
habisan sebagai tameng Islam dan tameng Rasulullah saw. sampai kedua tangan-
nya putus ditebas lawan.

        Demikianlah beberapa contoh sikap para sahabat dalam menepati janji-
janjinya kepada ALlah SWT. Mereka sadar, sejak mereka mulai mengayunkan
langkah pertama memasuki pintu gerbang Islam, mereka sudah "teken" kontrak
dengan Allah SWT. Ikrar syahadatain -<Laa ilaaha illallah Muhammadar
Rasulullah>- mereka yakini sebagai ikrar kesetiaan. Setia terhadap ALlah
dengan cara membela dan menegakkan syari'atNya, sehingga pengabdian diarahkan
kepada-Nya semata. Setia terhadap utusan-Nya dengan membela Rasulullah dan
melindungi risalah yang dibawanya, sebagaimana mereka membela diri dan
keluarga sendiri.

        Shidq (kejujuran, kesetiaan) terhadap janji -  terutama dengan
Allah SWT merupakan akhlak asasi bagi seorang Mu'min dan mujahid. Tanpa sifat
ini tidak mungkin umat Islam dapat mencapai kejayaan.

2. Tegar dan tak gampang menyerah
---------------------------------

        Karakteristik lain adalah ketegaran mereka dalam memegang prinsip,
dan tidak gampang menyerah terhadap rintangan, godaan dan ujian, betapapun
beratnya.

"Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikutnya  yang shaleh. Mereka tidak lemah dalam menghadapi apa yang
menimpa mereka di jalan ALlah, tidak lesu dan tidak gampang menyerah. Dan
Allah mencintai orang-orang yang sabar."        (QS Ali Imran 146)

        Tidak sulit mencari contoh keteguhan generasi sahabat. Karena seluruh
kehidupan mereka sarat dengan kisah-kisah perjuangan yang diwarnai dengan
keberanian, pengorbanan dan ketegaran.

        Sahabat Abdullah bin Mas'ud umpamanya. Seorang sahabat yang
berpawakan kerempeng, kurus kering dan pendek. Suatu hari dia naik sebatang
pohon sampai terlihat betisnya yang kecil, sehingga beberapa sahabat yang
melihat mentertawakannya. Namun Rasulullah SAW mengatakan: "Kalian
mentertawakannya karena dia kurus. Demi ALlah, kalau kedua betisnya itu
ditimbang, niscaya akan lebih berat dari gunung Uhud".

        Orang yang kurus kering, kerempeng dan pendek itu pernah mendatangi
orang-orang kafir Quraisy yang sedang berkumpul di sekitar Ka'bah. Tanpa
rasa takut ia membacakan ayat-ayat Al-Qur'an -- Surat Ar-Rahman -- dengan
suara lantang.

        Hal itu membangikitkan keberangan orang-orang kafir Quraisy. Tanpa
membuang kesempatan mereka bangkit dan menghadiahkan "bogem mentah" sepuas-
puasnya. Abdullah bin Mas'ud kembali kepada pada sahabatnya dalam keadaan
babak belur. Tubuhnya berlumuran darah.

        "Inilah yang aku khawatirkan terjadi atas dirimu!" sambut salah
seorang sahabat. Ibnu Mas'ud menjawab: "Demi ALlah, kalau kalian masih
menginginkan aku melakukannya sekali lagi, niscaya akan aku lakukan!".

3. Tidak tergiur kesenangan dunia
---------------------------------

        Allah SWT menerangkan sifat orang-orang yang mengisi rumah-Nya,
yaitu para sahabat sebagai orang-orang yang tidak pernah dilalaikan oleh
utusan-utusan dunia. Aktifitas bisnis mereka tidak membuat mereka lupa
dzikrullah, mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat. Firman ALlah:

"(Yaitu) orang-orang yang bisnis dan perdagangan (mereka) tidak membuat
mereka lalai dari dzikrullah, mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat".
                                        (QS An-Nur 37)

        Namun bukan berarti mereka tidak menggarap bidang kehidupan yang
berkaitan dengan "hasanah" di dunia. Bahkan ayat di atas mengisyaratkan
bahwa mereka pun melancarkan Aktifitas duniawi. Namun mereka tidak menjadikan
dunia sebagai tujuan, melainkan sebagai wasilah (sarana atau alat) untuk
mencapai tujuan. Mereka sadar, untuk kemajuan Islam mereka harus dapat
mendaya-gunakan seluruh potensi yang ada di dunia ini. Hal itu tergambar pada
do'a sahabat Umar bin Khattab:

"Ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan jangan kau
tempatkan dia di lubuk hati kami."

        Dari sinilah tergambar kadar keterkaitan hati mereka dengan dunia.
Oleh karena itu Utsman bin 'Affan tidak merasa berat menyedekahkan kepada
ummat Islam barang dagangannya yang oleh para pedagang telah ditawar dengan
menjanjikan keuntungan 500%.

5. Hubbut-Tathohhur (cinta pembersihan diri)
--------------------------------------------

        Segala sifat istimewa yang ada pada mereka tidak membuat mereka merasa
"suci diri". Bahkan sifat-sifat itu membuat mereka semakin takut kepada Allah
SWT dan adzabNya. Oleh karena itu mereka senantiasa melakukan proses
"tathohhur" (pensucian diri), karena sebagai manusia mereka kerap melakukan
kekhilafan dan kekeliruan.

        Allah sungguh sangat mencintai orang yang senantiasa ber-"tathohhur".
Pada dasarnya tidak ada manusia yang "thohir" (suci) yang tidak pernah mela-
kukan dosa kecuali para "ma'shuum". Firman ALlah tentang sifat ini pada
mereka:

"Di dalam (masjid ALlah) itu ada orang-orang yang cinta membersihkan diri.
Dan Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri."
                                        (QS At-Taubah 108)

        Mudah-mudahan kita bisa meneladani generasi para sahabat agar kita
layak menyandang predikat "khairu ummah" dan menjadi ummat yang "Al-A'laun".

****************************************************************************

Semoga ada manfaatnya. Wa billahi taufiq wal hidayah

Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
saudaramu se-Islam
Agus Widodo
arw2706@zeus.tamu.edu


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.