![]() |
MATERI TARBIYAH AKHALQ PERGAULAN Bag.III |
Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah Number: isnet/2071; Att: is-mod, is-lam, mus-lim Nomor: tarbiyah/07nov95/1072 Bismillaahirrahmaanirrahiim AKHALQ PERGAULAN Bag.III assalaamu'alaikum wr.wb Dengan dua posting sebelum ini, mudah-mudahan bisa sedikit menjawab tanggapan ukhti. Menutup aurat adalah salah satu perintah yang datang dari Allah yang wajib kita laksanakan. Bila seseorang telah mengerti satu kewajiban dan mampu melaksanakan namun belum melaksanakannya juga, tentunya ada sesuatu yang menjadi masalah dengan orang itu. Misalnya saja bila ada saudara seiman kita yang sudah tahu bahwa shalat itu wajib namun belum melaksanakan dengan sepenuhnya. Atau misalnya bila ada saudara seiman kita yang sudah tahu bahwa menutup aurat itu wajib hukumnya namun belum melaksankannya. Atau yang lebih spesifik lagi, seperti yang ukthi sebutkan, bila ada suami yang telah mengerti bahwa berhijab itu wajib dan telah mengerti tentang tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga namun diam-diam saja melihat istri dan anak gadisnya yang telah baligh berpakaian seperti biasa. Sekali lagi, kalau itu terjadi tentunya ada sesuatu yang salah. Bagi siapa saja yang telah mengerti seharusnya tidak diam saja. Langkah per- tama yang bijaksana dalam menghadapi ini adalah dengan melakukan diagnosa untuk mencari tahu dimanakah letak kesalahannya; mungkin seperti seorang dokter yang mendiagnosa penyakit seorang pasien. Keengganan seorang Muslimah mengena- kan hijab serta keengganan seorang suami untuk menyuruh istri dan puteri yang telah baligh untuk mengenakan hijab (tentunya setelah mereka mengerti bahwa itu merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah) adalah satu gejala yang per- lu didiagnosa sebab-sebabnya. Pelaksanaan diagnosa ini sendiri harus dilihat kasus per kasus. Setelah mengetahui sebab-sebabnya seseorang yang sadar dan terpanggil Insya Allah akan bisa mengetahui cara pendekatan yang bijaksana. Seseo- rang yang mendekati seharusnya berperan sebagai seorang "Du'at" (preacher, pengajak, atau penyeru) dan bukan sebagai "Qudat" (hakim). Yang harus dihin- dari adalah menyebut Muslim/at lain yang belum melaksanakan salah satu atau beberapa perintah Allah dengan sebutan2 buruk, misalnya saja sebagai seorang Murtad, kafir, pengikut Yahudi, dsbnya---kecuali kalau memang orang tersebut terang-terangan menyebut dirinya sebagai seorang Murtad, kafir, atau pengikut Yahudi. Hati adalah domain dari Allah dan bukanlah hak kita untuk menghakimi keimanan seseorang yang berada dalam kalbunya; kita hanya bisa menilai seseo- rang dari perbuatan dan kata-katanya. Seorang Muslim yang berdosa bukanlah seorang kafir karena mungkin saja dia akan berubah di masa yang akan datang. Sekali lagi, hati kita adalah domain dari Allah Yang Maha Pengasih dan Yang melengkapi hati dengan kesucian dan keikhlasan dan hanya kepada-Nya lah kita semua akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan dan ucapan kita. Kalaupun pendekatan kita gagal, seharusnya tidak menjadikan kita kehilangan harapan dan kesabaran. Kita doakan semoga hidayah Allah segera datang. Yang seharusnya dicamkan adalah bahwa Allah tak akan menilai hasil dakwah kita; yang akan Dia lihat adalah kesungguhan dan keikhlasan kita dalam berusaha karena keridhaan Allah lah yang kita tuju bersama. Mengenai metoda diagnosa, Insya Allah bisa diterapkan lebih luas lagi; jadi bukan hanya menghadapi masalah keengganan memakai atau mengajak memakai hijab. Metoda ini seharusnya digunakan pula untuk masyarakat sekeliling kita. Insya Allah kita semua tahu bahwa secara umum masyarakat di negara kita tengah mengalami sakit yang cukup berat. Ini telah diakui sendiri oleh Menteri Sar- wono Kusumaatmaja (sumber: Kompas). Gejala-gejalanya bisa kita lihat dan ra- sakan: masalah korupsi yang menurut kabar menempati tangga teratas di dunia, nepotisme, rakyat kecil yang gampang naik darah (kasus Rohadi dan baru2 ini kasus di Purwakarta), dll. Bila penyakit ini tak segera diobati entah apalah yang kelak akan terjadi. Sebelum pengobatan tentulah diperlukan diagnosa yang tepat sehingga kita tahu obat macam apa dan berapa dosisnya yang harus diberi- kan. Saat ini bangsa kita memerlukan dokter2 yang mampu memberikan diagnosa yang tepat, ahli farmasi yang bisa menyediakan obat, serta yang lainnya demi kesembuhan penyakit yang dikabarkan telah cukup parah. Namun sebelum menjadi dokter, ahli farmasi, atau paramedis lainya untuk masya- rakat sekeliling atau lebih khusus lagi untuk keluarga kita, kita seharusnya mendiagnosa diri sendiri dulu. "Kuman di seberang lautan jelas terlihat, na- mun gajah di pelupuk mata tak terlihat", demikian peribahasa kita yang sangat terkenal itu. Kita seharusnya mengetahui penyakit-penyakit hati kita dan ber- usaha menyembuhkannya. Tiada manusia yang lebih tahu tentang kelemahan dan kekurangan kita selain diri kita sendiri. Kesalahan dan kekhilafan sering2 tak dapat dielakkan. Kita bukanlah malaikat yang tak pernah melakukan kesa- lahan, namun kita harus senantiasa bertaubat kepada Allah bila berbuat salah. Wallahu'alam Bisshawab... Untuk jawaban terhadap tanggapan pertama, Insya Allah saya cukupkan sampai di sini. Bila yang saya sampaikan benar itu datangnya dari Allah, bila salah itu datangnya semata2 karena kelemahan/kekhilafan saya sendiri. Untuk jawaban terhadap tanggapan2 lain, insya Allah akan saya sampaikan dalam pos- ting2 yang terpisah. Hanya yang ingin saya ingatkan, terutama untuk diri sendiri, bahwa Islam adalah sistem yang komprehensif. Sistem hijab adalah salah satu dari sistem Islam yang harus dilaksanakan semampu kita. Billahit Taufik Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Saudaramu dalam Islam ------------ tarbiyah@isnet.org