MATERI TARBIYAH
PERINTAH AGAR TEGUH PENDIRIAN DI SAAT MENDAPAT MUSIBAT



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/2270; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/09oct95/995
Bismillaahirrahmaanirrahiim

PERINTAH AGAR TEGUH PENDIRIAN DI SAAT MENDAPAT MUSIBAT
ATAU MALAPETAKA  DAN PERINTAH  MENGHIBUR MEREKA DENGAN
AMPUNAN ALLAH DAN PETUNJUKNYA.

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Alhamdu lillahi nasta'iinuhu wa nastaghfiruhu
wa na'udzu hillahi min syuruuri anfusinaa
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aalihii wa ashhabihi aj'main
Ammaa ba'du, uushiikum wa nafsii bitaquwallahi faqad faazalmuttaquun

        Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah 155-157
yang artinya: Dan Kami akan beri cobaan kepada  kalian
berupa rasa takut dan lapar dan susutnya harta kekaya-
an, jiwa  dan  buah-buahan, dan  hiburlah  orang-orang
yang sabar.  Yaitu apabila mereka ditimpa musibat akan
mengucapkan "Sesungguhnya kami adalah milik  Allah dan
kepadaNya kami kembali".  Mereka itulah yang  mendapat
kurnia dan rahmat dari RabbNya, dan mereka itulah yang
mendapat petunjuk.

        Dalam ayat sebelumnya (QS 2:152,153) Allah SWT
memerintahkan hamba-hambaNya agar bersyukur  kepadaNya
karena Allah telah memberikan tata cara hidup yang sem
purna berupa syariat, kemudian memerintahkan  hambaNya
agar bersabar dalam memikul tanggung jawab  keagamaan.

        Dengan  ayat  tersebut  di atas (QS 2:155-157)
Allah menunjukkan agar hamba-hambaNya  teguh pendirian
dalam mendapat musibat atau malapetaka  dan ditegaskan
bahwa di balik semua cobaan dan malapetaka yang betapa
pun besarnya, ada lagi yang leblih  dahsyat dari pada-
nya.  Dan ditegaskan  pula  bahwa  rahmat  dan  kurnia
Allah selalu dilimpahkan kepada hamba-hambaNya.

        Allah SWT akan memberikan cobaan untuk menguji
hamba-hambaNya dengan menimpakan  musibat  apakah akan
tabah dan teguh pendirian  dalam  menunaikan  perintah
Allah, melaksanakan hukum dan taat kepadaNya,  ataukah
justru akan surut kufur kembali dan memperlihatkan pe-
nyesalan dan ketidak senangan karena diambil harta ke-
kayaan atau keturunannya.  Padahal segala sesuatu yang
ada di tangan mereka bagaikan barang pinjaman yang ha-
rus dikembalika  kepada pemiliknya.

        Ujian dan cobaan yang diberika Allah SWT dapat
berupa rasa gelisah, takut dan gentar menghadapi lawan,
kelaparan  karena  ditimpa malapetaka, musnahnya harta
benda dan keturunan karena kebinasaan, rusaknya tanam-
an dan buah-buahan karena hama.

        Muhammad Abdulaziz berpendapat bahwa cobaan i-
tu dapat berupa rasa takut yang bersifat ketuhanan, ra
sa lapar dalam melaksanakan ibadah puasa, berkurangnya
harta benda guna  memenuhi perintah  zakat, kehilangan
keturunan karena sakit dan kematian.

        Sehubungan denga  ujian  Allah SWT, dilukiskan
oleh Rasulullah saw sebagai berikut:
        Ketika salah seorang anak, putera seorang ham-
        ba Allah wafat, Allah SWT berfirman kepada ma-
        laikat: "Apakah telah kalian  cabut nyawa anak
        hambaKu itu."    Malaikat  itu  meng-iakannya.
        Allah berfirman:"Apakah kalian cabut nyawa bu-
        ah hatinya."   Para   malaikat  meng-iakannya.
        Allah SWT berfirman: "Apa yang diucapkan hamba
        Ku ?" Para malaikat menyahut: "Ia memujiMu dan
        mengucapkan  inna   lillahi  wa   inna  ilaihi
        raji'un."  Allah SWT berfirman: "Dirikanlah ru
        mah bagi hambaKu  di syurga, dan  berilah nama
        "rumah pujian".
        (Diriwayatkan oleh Atthirmidzi dari Abi Musa.
        Hadits hasan.)

        Apabila kita teliti dengan  mendalam, ternyata
bahwa shabar itu merupakan keistimewaan yang hanya ter
dapat pada manusia, dan tidak dimiliki oleh malikat a-
taupun hewan.  Para malaikat tidak mungkin tergoda  o-
leh syahwat yang bisa  menyimpangkan  perhatian mereka
dalam mengabdikan diri kepada  Allah atau  menghalangi
mereka dengan jalan membenamkan diri dalam  melaksana-
kan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.

        Adapun manusia ketika  dilahirkan  setaraf de-
ngan hewan yang hanya didorong oleh nafsu laparnya. Se
telah anak itu tumbuh dan  berkembang,  meningkat pada
pemuasan dorongan bermain dan sampai pada pemuasan do-
rongan sex.

        Apabila telah  mencapai  dewasa,  manusia akan
memperoleh akal yang  dapar menyimpangkan dirinya dari
perbuatan-perbuatan yang memberikan kepuasan yang ber-
sifat sementara, sehingga  karenanya ia akan  berusaha
untuk memperoleh kebahagian yang abadi.  Dengan  demi-
kian manusia berada pada persimpangan jalan  antara a-
jakan akal dengan ajakan nafsunya yang dorongannya ber
tentangan.

        Kecenderungan akal yang mendorong manusia men-
jauhi hawa nafsunya disebut shabar.

        Di dalam Alquraan terdapat 72 ayat yang memuji
orang shabar, diantaranya :
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang shabar yang dipe-
nuhi pahalanya tanpa batas" (Q.S.39 Azzumar: 10)

        Berdasarkan ayat  ini  Allah s.w.t. menegaskan
bahwa setiap ketha'atan kepada Allah diberi pahala me-
nurut ukuran dan aturan Allah kecuali shabar yang paha
lanya tidak terbatas.  Hanya Allah yang mengetahuiNya.

        Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda:
        Kelak di yaumil  akhir  akan dihadapkan  orang
        yang paling bersyukur selama hidupnya di dunia
        untuk diberi pahala sesuai dengan  pahala yang
        dijanjikan bagi orang-orang yang bersyukur. Ke
        mudian akan dihadapkan orang  yang paling sha-
        bar di dunia dan dikemukakan kepadanya;"Apakah
        kau ridla apabila Aku berikan pahala sebagaima
        na pahala orang  yang  bersyukur?".  Orang itu
        menyahut:"Tentu saja wahai Rabbku".  Selanjut-
        nya Allah berfirman:"Aku telah beri ni'mat ke-
        pada orang  tersebut,  kemudian ia  bersyukur,
        dan Aku telah beri ujian  kepadamu  dan engkau
        bershabar.  Akan Ku lipat gandakan pahala bagi
        mu".  Maka diberikanlah kepadanya berlipat gan
        da pahala yang telah diberikan kepada orang
        yang bersyukur.

        Dalam  surat Al-Baqarah ayat 155, Allah s.w.t.
menegaskan bahwa alam dunia ini merupakan tempar ujian
dan cobaan, dan Allah s.w.t. akan memberikan cobaan de
ngan berbagai musibat dan malapetaka.  Oleh karena itu
dalam berbagai ayar Alquraan, Allah s.w.t. memerintah-
kan hamba-hambaNya  untuk tetap bershabar, dan pada a-
khir ayat tersebut (Q.S.2 Al-Baqarah 155) Allah s.w.t.
memerintahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. untuk membe-
rikan kedudukan yang  istimewa kepada orang-orang yang
shabar.  Mereka inilah yang  dapat  menahan diri dalam
menanggung segala penderitaan yang mengetahui bahwa se
gala ni'mat yang mereka terima  itu datang  dari  sisi
Allah.  Mereka meng-Esakan Allah serta yakin bahwa di-
rinya akan dibangkitkan dan kembali kepada Allah s.w.t.
Mereka ridla atas segala ketetapan Allah serta mengha-
rapkan pahala dari Allah  dan  takut  akan  siksa yang
mungkin akan mereka  derita  karena  mengingkari Allah
s.w.t.

        Sekiranya mereka ditimpa musibat, mereka akan
berkata bahwa dirinya serta seluruh kehidupannya dimi-
liki Allah s.w.t. Pencipta dan  Pelindung  mereka, dan
kelak setelah  mati akan  kembali k epada Allah s.w.t.
Mereka itulah termasuk  orang  yang benar-benar shabar
yang akan memperoleh ampunan,  rahmat  dan kasih  dari
Maha Pencipta, Rabb mereka.  Mereka itulah orang-orang
yang memperoleh petunjuk yang benar dan patuh pada ja-
lan Allah s.w.t.


Wallahu 'alam bishowab
Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
    e91243@kinrei.e.kisarazu.ac.jp


------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.