MATERI TARBIYAH
PRINSIF KESATUAN



Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/2273; Att: is-mod, is-lam, mus-lim

Nomor: tarbiyah/26jul94/335
Bismillaahirrahmaanirrahiim



Assalamu'alaikum wr.wb.

                       PRINSIF KESATUAN

   Serangkaian posting isnet beberapa waktu lalu, mulai dari
" Nasionalisme ", " Potensi Islam ", "Ukhuwah ", sampai pada
" Penghambaan dan Pembebasan ", kalau boleh dirangkum dan
diperas, maka akan menghasilkan satu thema dasar, yakni prin-
sif kesatuan dalam Islam. Prinsif ini mengatur hubungan manu-
sia dengan Rabb-nya, serta hubungan manusia dengan sesamanya.
Prinsif kesatuan dalam Islam ini meliputi 4 hal :

1. Ilah
2. Dien
3. Uswah
4. Ummah

1. Ilah
   Dengan syahadat, seorang muslim telah memproklamasikan dalam
dirinya, bahwa dia telah bebas dari berbagai penghambaan kepada
sesuatu. Dia hanya takut, hanya cinta, dan hanya akan mengikuti
Allah Rabbil alamin. Dia membebaskan diri dari rasa takut, cinta,
dan pengikutan pada sesuatu selain Allah. Hanya Allah saja ilah
seorang muslim. Ketika berjual beli dia takut untuk mengurangi
takaran, takut karena Allah melarang perbuatan itu dan Allah Maha
Melihat perbuatannya. Ketika menghadapi seperangkat alat-alat
eksperiment, dia bersemangat, karena menurut akan perintah Allah
yang menyuruhnya untuk menafakuri alam. Hatinya telah pekat deng-
an celupan Allah (sibghah), sehingga seorang muslim yang beriman
tunduk-patuh selayaknya seorang hamba, seorang budak, hanya kepa-
da Allah. Hatinya lunak dalam nenerima kebenaran yang datang dari
Allah. Ilah-ilah lain yang banyak, entah itu materi, pangkat,
syahwat, telah dinihilkan, dan dia menegakkan dalam hatinya hanya
satu ilah, satu sesembahan, hanya satu yang mendominasi detak
dan arah condong hatinya, yakni Allah, Rabb manusia. Hanya Allah
saja sumber motivasi, tujuan, wa'la, dan kepada siapa penghamba-
an dia berikan. Dia bersandar dan meminta pertolongan hanya kepa-
da Sang Maha Penolong, dan hanya Allah saja yang diharapkan muslim
yang beriman, ridlaNya. Baginya, Allah saja penentu, apa yang
harus dia lakukan, apa yang harus dia tinggalkan dan jauhkan.
Allah saja pemutus, kepada siapa dia mesti berteman dan berkasih-
sayang, serta kepada siapa dia mesti bersikap keras, mengambil
jarak, dan memusuhi. Bagi seorang muslim yang beriman kepada
Allah saja dia bersandar dalam bersikap, kepada siapa dia mesti
selalu berprasangka baik, dan kepada siapa mesti selalu hati-
hati dan selalu curiga. Inilah prinsif kesatuan pertama dan utama,
tauhidul aqidah, yang melandasi prinsif-prinsif kesatuan lainnya.

2. Dien
   Islam adalah din, agama yang hak. hanya Islam agama yang benar,
karenanya bagi seorang muslim diyakini bahwa agama-agama lain pasti
tidak benar, pasti salah. Inilah ego yang mesti menancap dalam
diri seorang yang beriman. Seorang muslim, mereka yang berserah
diri hanya kepada Allah, secara automatis hanya akan mengikuti
dinnullah, al-Islam. Dia hanya meyakini kebenaran yang datang dari
Allah. Apapun perkataan orang kafir, apapun celaan orang yang suka
mencela, apapun sikap permusuhan dari musuh-musuh Allah, seorang
muslim yang beriman hanya akan ikut pada agama Allah, hanya akan
tunduk pada aturan Allah dan cara hidup yang diberikan Allah.
Islam adalah sebuah jalan dan satu-satunya jalan menuju mardho-
tillah, maka jalan lain tidak akan pernah sampai dan pasti tidak
akan pernah mencapai madhotillah. Islam adalah jalan lurus, agama
sejak Adam, Ibrahim, sampai umat akhir zaman. Dengan demikian dalam
dada seorang muslim hanya terpancang satu din, yakni dinnullah, al-
Islam. Agama-agama lain telah dia nihilkan. Seorang yang berakal
(ulul al'bab) mendengarkan ajaran-ajaran lain namun hanya akan
mengikuti ajaran Islam, karena dia fahami hanya ajaran islam saja
yang paling benar. Inilah kesatuan din, kesatuan cara mendekati
Allah--cara yang diberikan oleh Allah juga.

3. Uswah
   Rasulullah Muhammad, bagi seorang muslim, ditempatkan pada posisi
yang amat tinggi, diantara manusia-manusia lain, pada kedudukan ke-
dua setelah Allah. Dengan syahadat seorang muslim memproklamirkan
dalam dirinya, bahwa rasulullah adalah utusan yang "mendekatkan"
dirinya dengan Allah, yang menyampaikan berita-berita dari Tuhan
manusia. Bagi seorang muslim, rasulullah adalah manusia pilihan dan
telah dipersiapkan Allah, manusia sempurna, manusia yang mendapat
pendidikan (tarbiyah) langsung dari Allah, manusia yang dalam pe-
ngawasan allah, yang manakala khilaf langsung mendapat teguran
Allah. Dengan demikian, tak ada uswah (teladan) yang lebih baik
dalam upaya penciptaan hubungan yang baik dengan Allah selain dari
rasulNya. Maka bagi seorang muslim yang telah bersyahadat dengan
benar hanya akan meniru, meneladani rasulNya. Mereka yang cinta
kepada rasulNya dan dahaga akan ridlaNya akan menihilkan tokoh-tokoh
lain, menihilkan idola-idola lain sebagai uswah. Dia hanya mengikuti
bagaimana prilaku rasulullah tatkala bersikap dengan anak, terhadap
istri, terhadap orang tua, maupun kerabat. Dia mencontoh bagaimana
nabi bergaul dengan para sahabat baik saat damai maupun ketika
perang. Dia meneladani bagaimana rasul bersikap terhadap musuh dan
kaum yang kafir, baik terhadap intrik, fitnah, maupun argumentasi
mereka. Rasulullah bagi orang yang beriman adalah wujud hidup al-
Qu'ran, karena akhlak rasul adalah al-Qur'an. Karena al-Qur'an ada-
lah perkataan Allah, maka pribadi yang didamba dan dicintai Allah
hanyalah muslim dengan sosok rasulullah. Inilah kesatuan uswah,
tauhidul uswah.

4. Ummah
   Setelah hijar ke Madinah, membangun masjid dan menghidupkan
persaudaraan diantara kaum muslimin, maka rasulullah pun merumuskan
piagam Madinah, perjanjian yang mengikat kaum muslimin dan yahudi
Madinah. Point pertama yang digariskan rasulullah adalah mengenai
konsep ummah, dimana kaum muslimin yang datang dari bani Quraish
serta suku-suku lainnya, dan yang telah bersama-sama berjuang
dalam rangka memerangi kaum yang kafir dinyatakan merupakan satu
ummah. Dengan pengertian ini, maka dalam lingkup kaum muslimin,
suku, ras, atau bangsa bukan lagi merupakan hal penting yang bisa
membedakan antara seorang muslim yang satu dengan lainnya. Dalam
darul Islam, yang ada hanya satu ummah, entah anggotanya datang
dari suku Aus atau Khazraj. Dengan demikian, eksklusivisme, sekte-
rianisme tidaklah mendapat tempat dalam Islam. Kaum muslimin hanya
satu, baik di Indonesia maupun Bosnia.

   Syafii Maarif ketika menilai nasionalisme sebagai kekuatan yang
menghancurkan pilar-pilar rumah-tangga kemanusiaan sebagai satu-
kesatuan umat mengutip Sejarawan Barat, A.J Toynbee,

   " Sekarang dalam sebuah dunia di mana jarak telah dimusnahkan
     oleh kemajuan teknologi Barat, dan dimana cara hidup Barat
     sedang bertarung dengan cara hidup Rusia untuk (merebut)
     kesetiaan seluruh umat manusia, tradisi Islam tentang
     persaudaraan manusia tampaknya merupakan ideal yang lebih
     baik lagi memenuhi keperluan sosial zaman ketimbang tradisi
     Barat tentang kemerdekaan yang berdaulat bagi beberapa lusin
     nasionalitas yang terpisah "

Toynbee, sebagaimana Hans Kohn adalah penulis besar Barat yang me-
nentang ide nasionalisme karena dinilai telah memecah-belah per-
satuan umat manusia.

   Dengan kutipan ini, bukan maksud kita untuk mencari dukungan
pakar Barat mengenai konsep ummah. Disini hanya ingin ditampilkan,
bahwa nasionalisme sebagai ide yang muncul di Barat pun mendapat
tantangan dari pemikir Barat itu sendiri. Sementara bagi kita prinsif
kesatuan ummah telah jelas merupakan konstitusi yang telah digariskan
rasulullah.

   Dengan demikian bagi orang yang beriman, keyakinan pada ilah
yang tunggal mestilah diikuti dengan pendekatan/pandangan hidup
(din) yang tunggal pula, uswah (teladan) yang tunggal, dan kemanu-
siaan yang tunggal. Keempat prinsif kesatuan ini sangat jelas meru-
pakan ciri agama kita. Clear, sehingga semestinya tidak ada penyim-
pangan. Hanya ada satu Tuhan, untuk satu makhluk manusia. Hanya
ada satu jalan (din) dan hanya ada satu teladan (uswah). Inilah
anugrah dari Rabb manusia.

Wallahu'alam bissawab

abu zahra

keyword: prinsif kesatuan, illah, din, uswah, ummah.



------------
tarbiyah@isnet.org



Rancangan KTPDI. Hak cipta © dicadangkan.