![]() |
MATERI TARBIYAH SHIFAT SHOLAT RASULULLOOH MUHAMMAD S.A.W. (09) |
Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah Number: isnet/2006; Att: is-mod, is-lam, mus-lim Nomor: tarbiyah/18jul95/878 Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu 'alaikum wr.wb.. Shifat sholat 9 (Lafal arabic ditulis berdasarkan CARA MEMBACA/BUNYI BACAAN mengikuti aturan /Tajwid dalam METODA IQRO-Indonesia: MOHON DIKOREKSI KESALAHAN-KESALAHANNYA) tanda ini menunjukkan bahwa [...] dibaca dalam riwayat yang lain. Walaupun dalam tayangan yang lalu (Shifat sholat 8) banyak hadiest- hadiest yang menggambarkan keharusan membaca Al-Fatihah di dalam sholat, ternyata dalam hal ini ada pengecualiannya bagi yang belum sanggup atau tidak bisa menghafalnya. Kepada orang yang belum/tidak bisa menghafalkan diperintahkan : Qul (katakanlah): Sub-haanalloohi (Maha Suci Allah), wal-hamdu lillaahi (dan Segala Puji bagi Allah), Wa Laa ilaaha illalloohu (dan Tidak ada ilah selain Allah), Walloohu akbar (dan Allah Maha Besar), wa Laa haw-la walaa quw-wata illaa billaah (dan tidak ada daya dan tidak ada kekuatan selain Allah). (Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah; Hakim, Thobroni dan Ibnu Hibban, disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi). Dan beliau s.a.w. bersabda kepada orang yang sholatnya belum baik: Sekiranya ada pada kamu bacaan (Al-Qur'an yang terhafal), maka bacalah ia, dan kalaupun tidak, maka pujilah ALLAH, besarkanlah DIA dan bertahlillah. (Abu Dawud dan Turmidzi yang dihasankan olehnya. Kata Al-Albani sanadnya sahih. (Lihat sahih Abu Dawud 807). MENGHAPUS QIRO'AT MA'MUM DALAM SHOLAT JAHRIYYAH (SHOLAT DENGAN BERSUARA) Pernah Rosulullooh s.a.w. membolehkan kepada orang-orang yang ma'mum untuk membaca qiro'at di belakang Imam di dalam sholat jahriyyah, hingga suatu ketika : Dalam sholat fajar (subuh) beliau s.a.w. membaca qiro'a, lalu terasa berat (sulit) baginya untuk membacanya. Sesudah selesai sholat, Rosulullooh s.a.w. bersabda : Jangan, jangan kalian membaca qiro'at di belakang imam kamu?. Kami berkata, benar, dengan cepat-cepat, wahai Rosulullooh. Beliau s.a.w. bersabda, Jangan kalian kerjakan, kecuali - apabila salah seorang di antara kamu membaca Fatihatal-kitab. Karena sesungguhnya tidak sah sholat orang yang tidak membacanya. (Abu Dawud dan Ahmad, serta di hasankan oleh Turmudzi dan Daroquthni). Kemudian beliau s.a.w. melarang ma'mum untuk membaca qiro'at seluruhnya di dalam sholat Jahriyyah. Hal ini ketika : Rosulullooh s.a.w. selesai dari suatu sholat yang di dalamnya beliau mengeraskan qiro'at [di dalam lain riwayat di katakan dalam sholat subuh]. Kemudian (sesudah selesai sholat) beliau s.a.w. bersabda: Apakah ada di antara kamu yang membaca qiro'at bersama tadi?! Seorang laki-laki berkata, Benar aku wahai Rosulullooh. Beliau bersabda, "SESUNGGUHNYA AKU MENYATAKAN BAHWA AKU TIDAK MENYELANG-NYELANGI (maalii unaa-zi'u*)) di dalam qiro'at. Abu Huroiroh r.a. berkata, MAKA BERHENTILAH MANUSIA dari membaca qiro'at bersama Rosulullooh s.a.w. di dalam sholat yang Rosulullooh s.a.w. mengeraskan bacaannya, yakni setelah mereka mendengar ucapan itu dari Rosulullooh s.a.w. dan mereka membaca qiro'at di dalam hatinya tanpa suara, yakni di dalam sholat yang imam tidak mengeraskan suaranya di dalam sholat itu. (Malik dan Al-Hamidi; Bukhori; Abu Dawud dan Al-Mahamili, dihasankan oleh Turmudzi dan disahihkan oleh Abu Hatim, Ar-Rozi, Ibnu Hibban dan Ibnul-Qoyyim). Hadiest ini mempunyai penjelasan dari hadiest Umar, dan pada akhirnya adalah : Mengapa aku menyelang-nyelangi Al-Qur'an?! Adapun cukup bagi salah seorang di antara kamu qiro'ah imamnya, karena imam itu dijadikan hanya untuk diikuti, apabila ia membaca maka dengarkanlah. (Al-Baihaqi lihat Al-Jami'u-'l-Kabir 3/334/2).. Dan Rosulullooh s.a.w. menjadikan diam untuk mendengarkan bacaan imam sebagai bagian dari sempurnanya ma'mum kepada imam. Beliau bersabda : Sesungguhnya imam itu dijadikan hanya untuk diikuti, oleh karena itu, apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah, dan apabila ia membaca qiro'at, maka dengarkanlah. (Ibnu Abi Sya-ibah; Abu Dawud, Muslim, Abu 'Uwanah dan Ar-Rubani). Dihadiest yang lain, ditegaskan oleh beliau s.a.w. : Barangsiapa yang mempunyai imam, maka bacaan imam adalah bacaan baginya. (Abi Sya-ibah; Daruquthni, Ibnu Majah, Ath-Thohawi dan Ahmad, Hadiest ini banyak jalannya. Dikuatkan oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah. Sebagian jalannya disahihkan oleh Al-Bushiri. Al-Albani memerincinya di dalamnya Al-Ashl dan Irwa'ul-gholil no. 493). Adapun di dalam sholat sirriyyah (sholat dengan tidak bersuara terang), maka sesungguhnya beliau s.a.w. telah menetapkan untuk membaca qiro'at di dalamnya. Hanya beliau s.a.w. melarang untuk mengganggunya dengan qiro'at itu. Jadi maksudnya, walaupun di syari'atkan ma'mum membaca di dalam sholat sirriyyah, bukanlah berarti bahwa ma'mum boleh mengeraskan suara bacaannya sehingga mengganggu imam. Beliau s.a.w. sholat dzuhur bersama para sahabatnya. Beliau s.a.w. bersabda, siapa di antara kamu yang membaca "Sabbihisma Robbikal-a'la?" Seorang lelaki berkata: Aku - dan aku hanya menginginkan kebaikan dengan bacaan itu. Maka beliau s.a.w. bersabda, Aku telah mengetahui bahwa seorang laki-laki telah membimbangkan pikiranku dengan bacaan itu. (Muslim, Abu 'Uwanah dan As-Siraj). Walloohu a'lamu bish-showaab. Insya Allah bersambung. Billaahi taufiq wal hidayah Wassalamu 'alaikum wr.wb.. chalid thalib ------------ tarbiyah@isnet.org