![]() |
MATERI TARBIYAH Tak Berguna Lagi |
Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah
Number: isnet/2186; Att: is-mod, is-lam, mus-lim
Nomor: tarbiyah/08sep95/956
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Tak Berguna Lagi
Pagi nan hening, burung-burung camar pun tak terdengar menjerit,
permukaan laut beriak kecil diayun gelombang tak tinggi. Nampak
semua mahluk begitu letih karena semalam tlah hadapi kunjungan
badai nan tak alang-kepalang. Suasana kala itu sangatlah kemusut.
Angin besar bertiup keras mengayun permukaan laut. Semakin cepat
tatkala gemawan turun merendah menjatuhkan hujan. Di saat itu,
bulu burung pun basah menambah beban tuk melawan angin. Nakhoda
pukat menghitung gemunung ombak nan datang tuk kenali angin apa
nan bertiup pun tuk mencari jalan jauhi badai. Pandangan jauh
nakhoda tak lagi dimiliki, kepakan sayap burung nan pesat melesat
tak bisa ditunjukkan lagi. Awak pukat disepenuh tenaga tersisa
memeluk tiang-tiang pukat nan berderak-derak. Meski sudah dihitung
terkadang pukat melonjak dihempas ombak nan bergerak tak tentu
arah. Jiwa nan mampu mengeluh terasa diaduk tak menentu.
Selepas badai, sangat letihlah mahluk-mahluk yang masih menghirup
udara pagi nan sejuk. Setelah digoncang tak menentu tak
berpengharapan sedikitpun, jiwa mahluk di atas pukat mengalun
datar bersama renung kan ketakmampuan diri di saat berlalu. Batas
antara hidup dan mati telah dikunjungi pun ditelusuri manakala
badai menerjang tadi. Pun teringat, tatkala Adzan terhempas dari
kalbu lalu menggetar di setiap mulut manusia-manusia nan terpuruk.
Syukur pasti kan hadir di saat-saat begitu. Namun syukur ke
hadlirat PENCIPTA badai YANG MAHA KUASA kan menjadi cahaya nan
cemerlang menyinari jiwa-jiwa itu. Di saat badai, manusia nan
tertindas seakan bebas diangkat oleh DIA, ALLOH SWT. Akan tetapi,
manusia penindas tlah kehilangan daya, tak kuasa sedikitpun bahkan
menolong diri sendiri pun tak mampu. Sudah sepantasnya rasa
syukur slalu menghias jiwa mahluk manusia dalam sluruh hidup nan
fana di dunia. Ketika seseorang rakus, maka kerakusannya tak kan
kunjung terkabul, karena ALLOH pemilik segala harta, MAHA KAYA.
Andai seorang tak slalu bersyukur kekikiran bisa liputi diri,
kikir nan dibenci serta jauh dari puji ALLOH dan manusia. Manusia
nan pandai bersyukur, terpujilah ia dengan limpahan puji dari
ALLOH MAHA TERPUJI [Qs.31:12]. Sekali terdengar pujian dariNYA,
niscaya berlarilah ia menuju raihan semua syukur. Kini,
berserahlah segenap diri kepadaNYA. Andai bayi hendak berjalan
berpegang erat pada tangan ibunda, manusia seperti ini bak
berpegang pada tali nan kuat nan tak lapuk pun tak putus dihempas
badai mana dan apapun, tali ALLOH [Qs.31:22].
Masih saja, jiwa-jiwa terhempas badai-berlalu menghitung kelakuan
diri nan tlah ditempuh. Diri kini tahu pun sadari kan suatu masa
dimana tak ada uluran tangan mahluk nan mampu saling bahu membahu,
mata tak mampu memandang, telinga tak lagi mendengar, lidah
takkuasa berkata, sebuah masa ketika kepak sayap burung tak mampu
mengayuh, di suatu saat perpisahan seorang ayah dan anaknya, saat
seorang ayah tak berguna sedikitpun bagi anaknya [Qs.31:33].
wa ALLOH A'LAM
<musafir al-japon>
Rabi al-Akhir 11, 1416H
~o>
Wassalamu'alaykum,
abu hafidz
------------
tarbiyah@isnet.org
