Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, MP, mengajak civitas akademika kuliah di Negara Kangguru. Negara Australia memang jadi tempat favorit mahasiswa Indonesia mengecap pendidikan kelas dunia. Sekitar 9.000 mahasiswa asal Indonesia saat ini sedang belajar di Australia. Jumlah tersebut menguasai 24% mahasiswa mancanegara yang ada di Australia berasal dari Indonesia.
“Makassar memiliki 20 perguruan tinggi yang memiliki kerjasama dengan perguruan tinggi di Australia, termasuk dalam pertukaran mahasiswa, penelitian, akademik, maupun administrasi,” tutur Julie Bishop dalam kuliah umumnya.
Jarak yang dekat dan murahnya biaya pendidikan menjadi alasan sebagian mahasiswa memilih berkuliah di negara Kanguru ini.
Dibandingkan perguruan tinggi terbaik di AS, biaya kuliah dari Bachelor of Arts (atau gelar setara) dari tujuh universitas yang masuk dalam peringkat 100 teratas dunia di Australia setengah dari biaya kuliah di universitas AS.
Dalam kesempatan tersebut, ia pun mengemukakan beberapa program yang dijalankan Pemerintah Australia dalam kolaborasi pendidikan. Salah satunya adalah New Colombo Plan, dimana mahasiswa Australia dapat belajar, meneliti, bahkan bekerja di 38 titik di Indo-Pasifik, termasuk Makassar.
Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, menjelaskan, 135 dosen Unhas merupakan alumnus universitas di Australia, baik untuk program magister maupun doktoral.
“Selama program tersebut kami secara aktif berhubungan dengan universitas-universitas di Australia untuk meningkatkan kerja sama,’’ katanya.
Selama dua tahun terakhir, Unhas juga menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi Australia, seperti Griffith University, Newcastle University, James Cook University, Southern Cross University, dan Charles Darwin University.
Dwia, yang juga menjabat Main Board dari Australia-Indonesia Center (AIC) ini menjelaskan selama dua tahun terakhir mengirim mahasiswa program ke Griffith University.
Julie yang didampingi oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson juga mengenalkan Konsulat Jenderal (Konjen) Australia di Makassar yang baru dibentuk, yakni Richard Mathews.
Pendirian Konjen Australia di Makassar merupakan tindak lanjut dari pertemuan AIC di Unhas tahun lalu, ketika Rektor Unhas juga terlibat sebagai Main Board dalam kolaborasi dua negara tersebut.
“Hal ini merupakan babak baru kerjasama antara Indonesia dengan Australia. Kerjasama yang dilakukan tidak lagi hanya berbatas negara dengan negara, pemerintah dengan pemerintah, tapi kota dengan kota. Sehingga, kita bisa mengetahui satu sama lain, berbicara satu sama lain, mengerti satu sama lain, bekerjasama satu sama lain. Sehingga kita bisa melihat dunia lebih luas,” tutur Bishop dalam kuliahnya. DNA-HUMAS