Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hasanuddin menyelenggarakan kuliah umum pada Webinar Diaspora Series 22 dengan tema “Virtual Reality for Alternative Learning in Pandemic Era”. Kuliah umum ini menghadirkan narasumber Dr. Cortino Sukotjo, DDS, Ph.D, MMSc (Associate Professor, Collage of Dentistry University of Illinois at Chicago, USA) yang terhubung secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, berlangsung mulai pukul 09.00 Wita, Sabtu (02/10).
Selaku moderator, Dosen FKG Unhas drg. Acing Habibie Mude, Ph.D., Sp.Pros menjelaskan bahwa di masa pandemi seluruh pembelajaran beralih secara online dengan memanfaatkan aplikasi video conference untuk meeting online atau belajar online. Di bidang kedokteran khususnya FKG Unhas, situasi ini berpengaruh pada kebutuhan untuk mempersiapkan dokter gigi di masa depan, dimana situasi pandemi telah mengubah metode mendidik dokter. Apalagi bidang kedokteran gigi memerlukan simulasi praktik secara berulang untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.
“Pandemi ini menghadirkan tantangan dan kekhawatiran praktis untuk masa depan pendidikan kedokteran untuk menghadirkan metode pembelajaran praktik yang lebih efektif. Hal ini dibuktikan oleh dua profesor asal Indonesia di dua universitas ternama AS yang mengembangkan program realitas maya yang dapat digunakan untuk mengajar mahasiswa kedokteran gigi. Metode ini bisa menjadi alternatif pembelajaran di tengah pembatasan sosial akibat pandemi,” jelas drg. Acing.
Dr. Cortino Sukotjo, DDS, Ph.D, MMSc., pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Illinois bersama Markus Santoso Ph.D seorang pakar teknologi imersif dari Universitas Florida mengembangkan program virtual reality untuk melatih calon dokter gigi di universitas dalam melakukan praktik pembelajaran.
Dalam pemaparan materinya, Dr. Cortino menyampaikan bahwa penggunaan perangkat virtual reality sangat membantu program simulasi implan gigi untuk memahami tata urutan pemasangan gigi dengan seolah-olah berada pada klinik gigi dengan pasien manusia asli.
“Virtual reality terhubung dengan perangkat oculus yang dipasang di kepala dan telapak tangan, mahasiswa kedokteran gigi akan merasakan sensasi memasuki sebuah klinik virtual tiga dimensi. Dalam klinik tersebut, mahasiswa bisa merasakan menggunakan sebuah peralatan virtual seperti pisau bedah dan bor dan melakukan simulasi pemasangan implan gigi pada seorang pasien virtual,” jelas Dr. Cortino.
Lebih lanjut, Dr. Cartino menambahkan dengan virtual reality diharapkan dapat digunakan untuk melakukan praktik dalam kondisi krisis, yakni bisa memberikan pengalaman dalam menangani pasien. Sehingga mahasiswa bisa terbiasa menangani pasien dalam kondisi apa pun.
Setelah pemaparan materi, kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama yang diikuti oleh kurang lebih 200 peserta dan berlangsung lancar hingga pukul 11. Wita. (*/dhs).
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR