Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Pengukuhan Dua Guru Besar Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah dan Bidang Ilmu Linguistik

Universitas Hasanuddin kembali menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas dalam rangka upacara Penerimaan Jabatan Profesor Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah dan Bidang Ilmu Linguistik. Rapat dimulai pukul 09.00 Wita di Ruang Senat Akademik Unhas, Kampus Tamalanrea, Makassar, Senin (15/11) dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang ketat, serta disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Senat Akademik.

Guru Besar yang dikukuhkan yakni:

1. Prof. Dr. Hj. Elly Lilianty Sjattar, S.Kp., M.Kes., (guru besar ke-429), Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, lahir di Ujung Pandang pada 22 April 1974.

2. Prof. Dr. Hj. Gusnawaty, M.Hum., (guru besar ke-430), Bidang Ilmu Lingustik, lahir di Soppeng pada 31 Desember 1965.

Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada dua Guru Besar yang baru dikukuhkan. Beliau menambahkan bahwa kegiatan tersebut merupakan suatu hal yang patut disyukuri, dimana pada situasi pandemi yang belum cukup aman ini, tetapi proses akademik tetap berjalan dan produktif pada pengukuhan guru besar dua fakultas. Sebuah fakta bahwa peningkatan sumber daya Unhas semakin hari semakin baik.

“Kami sangat mengapresiasi kinerja yang dilakukan pada situasi saat ini, para sivitas akademika tetap mengoptimalkan seluruh pencapaian akademik dengan menunjukkan kompentensi dalam indikator kinerja masing-masing. Dengan demikian melalui pengukuhan ini, kita melihat bersama bagaimana fokus bidang keilmuan yang dilakukan oleh kedua profesor hari ini dalam hasil kajian penelitiannya,” jelas Prof. Dwia.

Pada kesempatan tersebut, masing-masing profesor yang dikukuhkan menyampaikan pidato pengukuhannya.

Prof. Dr. Hj. Elly Lilianty Sjattar, S.Kp., M.Kes.

Prof. Elly Lilianty Sjattar menyampaikan pidato pengukuhannya tentang “Integrasi Teori Orem dan Model Friedman dalam Keperawatan Medikal Bedah: Optimalisasi Peningkatan Kemandirian dalam Mencegah Resiko Luka Kaki Diabetes”.

Beliau menuturkan bahwa dalam Teori Self Care dijelaskan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja meningkatkan kemampuan dan kemandirian klien dan keluarga sesuai tingkat ketergantungan klien dalam memelihara kesehatannya. Peran perawat dan klien saling melengkapi untuk memaksimalkan kebutuhan perawatan diri orang yang sakit atau terluka.

“Potensi dan keterlibatan keluarga menjadi makin besar ketika salah satu anggota keluarganya memerlukan bantuan terus-menerus dalam masalah kesehatan yang bersifat kronik seperti pada penyandang Diabetes Melitus. Mengoptimalkan implementasi self care dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan dengan meningkatkan manajemen diri, kontrol glikemik dan metabolik pasien,” jelas Prof. Elly.

Lebih lanjut, Prof. Elly menambahkan bahwa dalam penelitiannya tersebut berbagai kegiatan telah dilakukan dalam meminimalkan risiko terjadinya luka kaki melalui edukasi perawatan kaki, seperti membersihkan kaki menggunakan air dan sabun cair, mengeringkan kaki dan sela jari, potong kuku kaki secara lurus setiap minggu, gunakan kaos kaki yang bersih berbahan katun berukuran pas dengan kaki, dan periksa bagian dalam dan luar alas kaki sebelum dan setelah digunakan.

Prof. Dr. Hj. Gusnawaty, M.Hum.

Prof. Dr. Hj. Gusnawaty, M.Hum., menyampaikan pidato pengukuhannya berjudul “Kesantunan dan Konsep Hubungan Sosial dalam Bahasa Bugis: Revitalisasi Lokal Perspektif Global”.

Pemilihan judul penelitian tersebut dimaksudkan untuk menjawab secara akademik irisan dari perspektif harmoni sosial dan perspektif kesantunan berbahasa. Mengingat realitas interaksi sosial menunjukkan banyaknya akibat yang ditimbulkan dari cara berbahasa.

Selain itu, bertujuan dalam mengembalikan kehalusan budi bahasa dan perilaku berbahasa khususnya masyarakat Bugis dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada akhirnya berkontribusi terhadap perbaikan kualitas perilaku berbahasa dalam interaksi komunikasi masyarakat Indonesia.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam perspektif Budaya Timur, hubungan sosial yang diwujudkan dalam kesantunan berbahasa merupakan internalisasi nilai ungkapan kata-kata tercermin karakter sebagai manusia.

Pada strategi Sipakatau (Mutual Humanizing) adalah dasar umum dari semua aspek kehidupan dalam interaksi orang Bugis, baik dalam situasi formal maupun informal dengan mitra yang lebih muda dan atau lebih tua dan di antara status sosial yang sama dan atau berbeda.

Sedangkan strategi Sipakaraja (Mutual Respect) sebagai cara berbicara yang menunjukkan pengetahuan pembicara tentang dunia. Kemudian pada strategi Sipakalebbi (Mutual Glorification) adalah perilaku tertinggi dari semua interaksi di antara masyarakat Bugis. yang meliputi tindakan verbal dan non verbal dalam situasi formal seperti ritual budaya.

Rapat Paripurna dalam rangka Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah dan Bidang Ilmu Linguistik Unhas berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.00 Wita. (*/mir)

Editor : Ishaq Rahman, AMIPR

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia

Skip to content