Universitas Hasanuddin melalui Pusat Kajian Kebijakan dan Manajemen Penanggulangan Stunting (PK2MPS) SDGs Center menyelenggarakan seminar dan diseminasi penanggulangan kesepakatan pendampingan Perguruan Tinggi dalam upaya penurunan stunting di kabupaten dan kota. Kegiatan ini berlangsung pada pukul 10.00 Wita di Aula Prof Hardjono, Sekolah Pascasarjana Unhas, Kampus Tamalanrea, Makassar, Senin (25/11).
Turut hadir dalam kegiatan, Rektor Unhas (Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA), Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi (Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D), Menteri Kesehatan RI yang diwakili oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI (dr. Eni Gustiana, MPh), Dekan lingkup Unhas, dan beberapa wakil pemerintah kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan.
Dalam sambutan pembukaan, Rektor Unhas menyampaikan dukungan terhadap upaya mencegah dan menanggulangi stunting di Indonesia. Permasalahan stunting bukan hanya menjadi persoalan yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Akan tetapi, perlu adanya kolaborasi dan sinergitas antara perguruan tinggi dan pemerintah, sehingga permasalahan tersebut bisa diselesaikan bersama demi menciptakan sumber daya manusia yang unggul.
"Perguruan Tinggi siap menggaungkan upaya pencapaian sasaran dari SDGs, termasuk penurunan angka stunting di Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk menghasilkan SDM yang unggul. Mencegah stunting merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan guna menghasilkan SDM unggul. Karena stunting bukan hanya mengenai bentuk tubuh yang kecil, tetapi mempengaruhi kesehatan yang lainnya termasuk otak. Olehnya itu, atas nama lembaga pendidikan tinggi, tentu kami siap bersama sama bekerja dalam rangka pencapaian 17 indikator SDGs," jelas Prof Dwia.

Dr. Nini Sardjuni, selaku perwakilan SDGs Indonesia dalam sambutannya memberikan gambaran mengenai perkembangan dan capaian-capaian SDGs Indonesia sampai pada Global Sustainable Development Report 2019. SDGs memiliki target capaian yang ambisius untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat yang ditargetkan dapat teralisasi tahun 2030. Target capaian ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak. Akan tetapi, perlu ada kesinambungan dan kerjasama antara semua elemen yang terkait.
Pada kesempatan yang sama, dr. Eni Gustiana, MPh., Mewakili menteri kesehatan menjelaskan mengenai komitmen pemerintah untuk menghasilkan SDM yang unggul. Dalam penjelasannya, beliau menjelaskan bahwa pembangunan SDM salah satunya dilakukan dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, balita, penurunan stunting, kematian ibu dan bayi, dan meningkatkan kualitas pendidikan ibu.
Permasalahan stunting disebabkan oleh faktor multidimensi seperti praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses makanan bergizi sampai pada pengaruh lingkungan. Sehingga, penanganannya harus bersifat multisektor, melibatkan semua elemen pemerintah dan masyarakat yang diharapkan mampu berperan aktif.

"Permasalahan gizi menjadi salah satu penyebab dari stunting. Benar apa yang dikatakan oleh ibu rektor tadi bahwa kita perlu kolaborasi dan bersinergi untuk mengurangi stunting di Indonesia," jelas dr. Eni.
Selain seminar dan diseminasi upaya penurunan angka stunting, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan penandatanganan nota kesepahaman pendampingan antara Unhas dengan beberapa kabupaten kota seperti Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Polman, Kabupaten Mamasa, Kota Parepare, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Enrekang.
Nantinya, beberapa kabupaten kota tersebut akan diberikan pendampingan untuk mencegah permasalahan stunting diwilayah masing-masing.
Kegiatan yang menghadirkan kurang lebih 80 peserta dari kalangan pemerintah maupun akademis berlangsung hingga pukul 14.00 WITA.(*)
Editor : Ishaq Rahman