Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar saat ini kapasitasnya sudah tidak mampu lagi mengimbangi pertumbuhan volume penumpang setiap tahunnya alias sudah mengalami over kapasitas. “Bandar udara itu dirancang hanya untuk melayani 7,5 juta penumpang per tahun, saat ini sudah melayani 9,3 juta penumpang ditambah 88.553 pesawat keluar masuk dan 68.828 ton kargo,” ungkap Prof. Sakti Adji Adisasmita, Ph.D pada acara Indonesia Infrastructure Roundtable ke-13 di Makassar, Kamis (2/6).
Menurut, dosen Teknik Sipil Unhas ini, peningkatan volume penumpang tersebut juga berdampak pada peningkatan pendapatan bandara sebesar 307.330.743 milyar, dimana pendapatan aero sebesar 203.222.940 milyar (66%) dan non-aero 104.107.803 milyar (34%). “Namun, idealnya jika Bandara Sultan Hasanuddin ingin menjadi airport city maka pendapatan dari non-aero itu mestinya lebih besar dari pendapatan aero,” ujar Sakti.
Untuk menjadi airport city, lanjut Sakti, dibutuhkan lahan seluas minimal 2.000 Ha dan anggaran pembangunan Rp 12 trilyun, sudah termasuk anggaran pembangunan perhotelan, convention exhibition, shoping area, theme park, finance area, dan rumah sakit yang saling terintegrasi komprehensif dan multi moda. “Kalau dilihat luas lahan yang ada sekarang baru 900 Ha, yang akan dibebaskan tahap awal mendatang baru 60 Ha. Jadi masih jauh untuk menjadi airport city,” kata pakar transportasi Unhas ini.
Untuk membangun bandara dengan dana sebesar Rp 12 trilyun, menurut Sakti, tentu tidak bisa hanya dengan mengandalkan dana APBN dan APBD pemerintah. “Sehingga kita perlu mengundang investor untuk berpartisipasi,” tandasnya.
Sementara dari Kadin Sulsel menilai, pengembangan bandar Sultan Hasanuddin menjadi airport city adalah keniscayaan. “Cuma masalahnya, kendala yang paling berat dihadapi adalah masalah pembebasan lahan,” ujarnya.
Narasumber lainnya dalam diskusi tersebut Direktur Bandar Udara Kemenhub, Direktur Utama PT. Angkasa Pura I dan Kepala Bappeda Sulsel. Tampil sebagai pembahas dari Dinas Tata Ruang dan Bangunan Sulsel, Dinas Perhubungan Sulsel, Kadin Sulsel, Bappeda Makassar dan Bappeda Maros, Kakanwil BPN Sulsel, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia. Acara talkshow ini dipandu Ketua UNIID Prof.Dr Tech. Ir. Danang Parikesit, M.Sc.