Universitas Hasanuddin bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) kembali menyelenggarakan kuliah tamu dalam program Southeast Asia Lecture Hall. Kuliah ini menghadirkan Prof. Takatoshi Ito (Professor of International and Public Affairs, Colombia University) sebagai narasumber, berlangsung pukul 09.00 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Rabu (01/12).
Profesor Takatoshi merupakan ekonom yang diakui secara internasional. Ia pernah menjabat anggota Dewan Perdana Menteri untuk Kebijakan Ekonomi Fiskal dari 2006 hingga 2008. Beliau juga merupakan pejabat senior di Dana Moneter Internasional (Internasional Monetary Fund, IMF) dan Kementerian Keuangan Jepang. Selain itu, dirinya juga berkecimpung dalam dunia pendidikan sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana Kebijakan Publik Universitas Tokyo selama dua tahun terakhir dan profesor di Institut Pascasarjana Nasional untuk Studi Kebijakan Jepang.
Pada kuliah umum ini, Prof. Takatoshi menjelaskan “Peran Perdagangan dan Keuangan dalam Pertumbuhan Ekonomi di Asia”. Beliau memaparkan empat fokus pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh kegiatan ekspor, perdagangan dan keuangan internasional, krisis mata uang dan tantangan ke depan dalam liberalisasi perdagangan.
Sejarah panjang pertumbuhan ekonomi Asia didorong oleh kegiatan ekspor. Bermula pada tahun 1950-1960-an, dimana masyarakat saat itu belum memiliki kebebasan, serta masih dilanda ketakutan serta pesimisme akan jebakan kemiskinan. Sekitar dekade 1970-an, rasa optimisme masyarakat untuk berkembang utamanya pada sektor ekonomi semakin terlihat dengan berbagai aktivitas perdagangan.
“Perkembangan ekonomi Asia menjadi pusat pertumbuhan melalui ekspor produk sangat jelas terlihat. Kebijakan industri, peran pendidikan, perdagangan internasional, hingga tabungan domestik pasar dan institusi keuangan menjadi faktor pendorong. Ini semakin terlihat pada tahun 2000 hingga sekarang, dimana terjadi penegasan sektor keuangan internasional seperti membangun AllB dan menjadikan RMB sebagai mata uang komposisi SDR,” jelas Prof. Takatoshi.
Lebih lanjut, Prof. Takatoshi menambahkan perdagangan internasional terjadi karena setiap negara ingin mendapatkan gain of trade, yang akan dinikmati oleh negara penghasil (eksportir) dan negara pembeli (importir). Manfaat dari perdagangan tersebut akan berdampak langsung terhadap perekonomian suatu negara, sehingga terciptanya suatu kebijakan yang bernama liberalisasi perdagangan.
Liberalisasi perdagangan adalah kebijakan mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan perdagangan baik tarif maupun non tarif, sehingga proses liberalisasi akan mereduksi hambatan di suatu negara. Hal ini menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan mendorong kesempatan yang besar bagi suatu negara untuk melakukan perdagangan internasional.
“Liberalisasi perdagangan dianggap selalu menguntungkan negara, karena memberikan manfaat bagi importir, konsumen, dan eksportir. Namun, seringkali juga tidak menguntungkan, karena ada ancaman bahaya krisis akibat meliberalisasi arus keuangan,” tambah Prof. Takatoshi
Southeast Asia Lecture Hall merupakan program yang bertujuan memberikan kuliah kelas dunia oleh para akademisi dan pakar terkemuka pada bidang masing-masing kepada mahasiswa dan pemuda di kawasan Asia Tenggara. Program tersebut hadir dengan latar belakang kesenjangan akses kuliah berkualitas tinggi seperti di Asia Tenggara.
Setelah penyampaian pandangan oleh narasumber, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Kegiatan yang dipandu oleh Prof. Dr. Jose Mora (Professor and Global Affairs Program Chair, American University of Phnom Penh) selaku moderator diikuti kurang lebih 1.000 peserta yang berasal dari berbagai negara. Kuliah umum ini berlangsung lancar hingga pukul 11.00 Wita. (*/mir)
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR