Universitas Hasanuddin memulai rangkaian penyampaian gagasan dan penjaringan aspirasi bagi Bakal Calon Rektor Periode 2026–2030 pada Senin (6/10), bertempat di Aula Prof. Fachruddin, Sekolah Pascasarjana Unhas. Kegiatan ini merupakan sesi perdana untuk Zona A (Saintek dan SPS) yang meliputi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Sekolah Pascasarjana, Fakultas Vokasi.
Acara dipandu oleh Prof. Dr. Ir. Daeng Paroka, S.T., M.T. sebagai moderator.
Enam bakal calon rektor menyampaikan kertas kerja dan bahan presentasi yang berisi pokok-pokok pikiran, strategi, arah kebijakan, serta rencana program kerja untuk memajukan Unhas yang diselaraskan dengan Rencana Pengembangan (RP) Unhas 2030.
Selain pemaparan gagasan, sesi ini juga menjadi wadah bagi sivitas akademika untuk menyampaikan aspirasi, tanggapan, dan masukan terhadap visi serta strategi pembangunan Unhas lima tahun ke depan.
Ragam Aspirasi dari Sivitas Akademika
Dalam sesi dialog, berbagai masukan mengemuka dari unsur dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.
Prof. Yusran Yusuf, misalnya, menyoroti penurunan kualitas praktik lapang di fakultas agrikompleks akibat keterbatasan anggaran yang berdampak pada berkurangnya keterlibatan mahasiswa. Ia juga mengapresiasi capaian Unhas dalam berbagai pemeringkatan, namun menilai laju kemajuan perlu dipercepat terutama pada tingkat global seperti QS Ranking.
“Selain itu, penting membentuk unit usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dosen. Saya berharap rektor terpilih memastikan tidak ada mahasiswa yang berhenti kuliah karena kendala biaya,” kata Prof. Yusran.
Apresiasi juga disampaikan terhadap arah kebijakan strategis yang dipaparkan oleh bakal calon rektor. Prof. Winarni menekankan pentingnya menetapkan program prioritas dengan tolok ukur kualitatif, bukan sekadar capaian angka.
“Unhas menghadapi tantangan untuk terus mempertahankan capaian SDGs Award yang telah diraih secara berturut-turut,” kata Prof. Winarni.
Salah seorang mahasiswa yang turut hadir, Yulistia Angggriani, mengungkapkan bahwa pendanaan pendidikan di Unhas masih belum merata dan belum sepenuhnya berpihak kepada mahasiswa. Dana riset serta dukungan kesejahteraan mahasiswa dinilai belum optimal.
“Saya berharap adanya upaya membangun kesadaran kolektif dalam memperkuat nilai pendidikan agar tidak ada lagi mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam proses banding UKT,” kata Yulistia.
Salah seorang dosen Fakultas Vokasi menegaskan pentingnya perhatian terhadap pengembangan pendidikan vokasi agar tidak sekadar mengikuti kebijakan pemerintah, tetapi menjadi kekuatan strategis Unhas menuju World Class University (WCU). Ia juga mendorong peningkatan riset kolaboratif lintas disiplin serta optimalisasi laboratorium di berbagai fakultas melalui wadah terpadu yang memudahkan akses dan efisiensi penggunaan fasilitas riset.
Nurfadhilla, salah seorang dosen muda, mengungkapkan apresiasi atas digitalisasi yang telah ditempuh oleh Unhas. Namun masih terdapat tantangan dalam penerapan sistem digitalisasi manajemen data yang dinilai belum efisien, karena proses permintaan data kerap memakan waktu lama.
“Saya berharap adanya pembenahan sistem manajemen data yang lebih transparan, harmonisasi antar fakultas, serta peningkatan sharing resources. Selain itu, distribusi pengajaran perlu ditata kembali, dan sistem penggajian dosen harus disesuaikan secara proporsional dengan status kepegawaian,” kata Fadhilla.
Berbagai masukan ini menjadi catatan kritis bagi para Bakal Calon Rektor Unhas. Dalam pernyataan penutupnya, masing-masing bakal calon rektor menegaskan akan menjadikan masukan-masukan tersebut sebagai input untuk penguatan kertas kerja. Sementara Prof. JJ sebagai Rektor petahana mengatakan bahwa sebagian besar masukan dari sivitas akademika telah dimulai pada periode sekarang dan akan dimatangkan dalam rencana pengembangan yang akan dilanjutkan.(*/dhs)
Editor : Ishaq Rahman

