Universitas Hasanuddin kembali mengelar Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan dua jabatan professor pada lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Upacara Penerimaan Jabatan Professor berlangsung mulai pukul 09.00 Wita di Ruang Senat Akademik Unhas, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, Rabu (21/06).
Proses pengukuhan dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Ketua Majelis Wali Amanat, Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik, Dewan Professor, tamu undangan, serta keluarga besar dari dua professor yang dikukuhkan.
Adapun dua professor yang dikukuhkan masing-masing adalah:
- Prof. Dr. phil. Sukri, M.Si, S.H., M.H., MAP., Professor dalam bidang Ilmu Studi Demokrasi. Dikukuhkan sebagai guru besar ke-468
- Prof. Dr. Tuti Bahfiarti, S.Sos., M.Si. Professor dalam bidang Ilmu Komunikasi Interpersonal. Dikukuhkan sebagai guru besar ke-469.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Si., dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada dua professor yang dikukuhkan. Beliau berharap, dengan penambahan guru besar yang terus dioptimalkan akan berdampak pada pengembangan SDM yang semakin berkualitas.
“Kami berharap, para guru besar Unhas yang belum dikukuhkan bisa segera menyelesaikan rangkaian proses untuk bisa dikukuhkan secara resmi. Dua guru besar yang dikukuhkan memiliki bidang keilmuan yang diharapkan kedepannya bisa memberikan kontribusi lebih kepada masyarakat,” jelas Prof. JJ
Peningkatan SDM Unhas termasuk jumlah guru besar Unhas yang terus dioptimalkan merupakan Upaya strategis untuk menunjukkan keterlibatan Unhas dalam kehidupan masyarakat yang semakin optimal melalui ketersediaan sumber daya manusia berkualitas.
Sebelumnya, masing-masing guru besar telah menyampaikan pidato penerimaan, yang membahas bidang keahlian.
Prof. Sukri
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Sukri memaparkan hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan “Demokrasi dan Prinsip Kedaulatan Rakyat”. Dirinya mengatakan, pada dasarnya bangsa Indonesia telah mencoba untuk menunjukkan diri sebagai negara yang menganut paham demokrasi jauh sebelum era reformasi.
Paling tidak, berdasrkan indikator kehadiran pilar demokrasi seperti meletakkan kedaulatan di tangan rakyat hingga adanya partisipasi masyarakat menunjukkan Indonesia sebagai negara demokrasi sejak merdeka tanggal 17 Agustus 1945.
“Hal ini dinyatakan misalnya melalui pernyataan dalam Pancasila terutama pada sila keempat yang juga tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945. Maka sejak awal pondasi penting keberadaan negara yakni konstitusi telah mencantumkan hal tersebut. Ini menunjukkan sejak awal aspek kerakyatan serta adanya proses permusyarawatan dan perwakilan telah ada dalam system kehidupan masyarakat Indonesia,” jelas Prof. Sukri.
Lebih lanjut, Prof Sukri menambahkan bahwa isu penting dalam proses demokrasi di Indonesia adalah pentingnya mewujudkan kedaulatan rakyat, dimana salah satunya melalui pemilu. Kehadiran pemilu diyakini akan menjadi salah satu klaim yang kuat bagi kehadiran nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Selain itu, pemilu sekaligus akan menjadi landasan legitimasi yang kuat bagi eksistensi pemerintahan.
Prof. Tuti
Pada kesempatan yang sama, Prof. Tuti memberikan penjelasan tentang hasil penelitiannya “Transformasi Komunikasi Interpersonal Dalam Konteks Sosial Budaya dan Kesehatan di Era New Media”. Prof. Tuti menjelaskan transformasi komunikasi interpersonal bersifat kontemporer berkembang seiring perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Penilaian komunikasi interpersonal menyebabkan realitas konteks budaya dan kesehatan juga ikut berkembang.
Keragaman media berimplikasi pada pengembangan kontemporer bidang komunikasi interpersonal. Kasus pengembangan hubungan interpersonal bermedia akan beragam dalam konteks sosial budaya dan kesehatan.
Media menjadi perantara awal dalam proses pengembangan hubungan mulai tahap impersonal sampai interpersonal sebagai kebutuhan dasar manusia dalam berinteraksi sosial.
“Komunikasi interpersonal sebagai bentuk komunikasi antar manusia akan terus dirindukan keberadaannya. Pengembangan penelitian di era new media yang berorientasi pada digitally mediated communication akan semakin berkembang seiring perkembangan teknologi dari hubungan impersonal, interpersonal dan hyperpersonal communication,” jelas Prof Tuti.
Komunikasi interpersonal di masa kini telah mengalami pergeseran seiring perkembangan teknologi, misalnya perubahan perilaku individu dari media lama ke era media baru. Di masa yang akan datang penelitian komunikasi interpersonal baik tatap muka, dan perantaraan media akan semakin berkembang seiring perkembangan teknologi.
Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan dua Guru Besar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.30 Wita. (*/mir)
Editor : Ahmad

