Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FK Unhas Gelar Kuliah Umum Forensik Hadirkan Interpol

UNHAS.AC.ID – Universitas Hasanuddin melalui Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran (FK) menyelenggarakan kuliah umum internasional yang membahas Disaster Victim Identification (DVI) . Kegiatan berlangsung pukul 15.00 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Rabu (05/08).

Disaster Victim Identification (DVI) merupakan prosedur identifikasi korban yang meninggal akibat bencana massal. Secara ilmiah, metode ini mengacu pada standar baku International Criminal Police Organization (Interpol).

Hadir sebagai nara sumber yakni Eddy De Valck (Kepala Odontologis Forensik DVI Belgium), Tugas Ratmono (Kepala Pusat Kesehatan TNI Indonesia), Muhammad Nuralim Mallapasi (Brigade Siaga Bencana Kawasan Timur Indonesia I) dan Gatot S. Lawrence Lao (Dosen Departemen Anatomi Patologi, Forensik Medikolegal FK Unhas).

Kegiatan secara resmi dibuka oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. Dalam sambutannya, Prof Dwia mengapresiasi kegiatan ini, yang diselenggarakan dengan topik pembahasan yang strategis, sekaligus menunjukkan produktivitas panitia penyelenggara yang tetap aktif melakukan kegiatan ditengah pandemi Covid-19.

“Tema identifikasi korban bencana tentu sangat dekat dengan aspek kemanusiaan. Kami harapkan kegiatan ini bukan yang terakhir. Semoga kedepannya akan ada kolaborasi utamanya dalam pengembangan publikasi jurnal maupun artikel penelitian untuk topik ini,” jelas Prof Dwia.

Paparan Nara Sumber

Eddy De Valck (Kepala Odontologis Forensik DVI Belgium) sebagai salah satu nara sumber menyampaikan materi terkait “Cooperation Between Odontologist and Pathologist in DVI Operations: The Interpol Philosophy and Experience”.

De Valck membahas filosofi Interpol DVI, pra perencanaan dan pelatihan untuk DVI Interpol, standar dan protokol DVI sampai pada pengalaman tim DVI Belgia dan interpol DVI.

Dalam materinya, De Valck menjelaskan tim DVI memiliki anggota dari latar belakang interdisipliner. Peran mereka disesuaikan dengan kebutuhan identifikasi korban, seperti polisi yang bertanggung jawab memberikan arahan, ahli patologi/antropologi, forensik odontologi sampai spesialis DNA.

Prosedur utama dalam melakukan proses identifikasi korban dilihat dari sidik jari, catatan gigi atau sampel DNA. Metode ini dapat menghasilkan 100% kepastian ilmiah tentang identitas korban.

“Identifikasi yang akurat diperoleh dengan mencocokkan data yang diperoleh dari bukti tidak langsung maupun bukti fisik yang meliputi pemeriksaan eksternal dan internal sebagai pendukung proses identifikasi,” jelas De Valck.

Kegiatan yang dipandu oleh Dr. dr. Rina Masadah, M.Phil., Sp.PA (K), DFM., (Wakil Dekan Bidang Riset dan Inovasi FK Unhas) diikuti kurang lebih 300 peserta berlangsung lancar hingga berakhirnya acara pukul 17.30 Wita.(*/mir)

Editor: Ishaq Rahman, AMIPR

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia

Skip to content