Artikel ilmiah merupakan indikasi berkembangnya penelitian, yang juga menjadi ukuran berkembangnya dinamika intelektual di perguruan tinggi. Artikel yang terpublikasi pada jurnal ilmiah bereputasi, menunjukkan kualitas dari naskah sekaligus bobot penelitian. Sesuai tuntutan tri dharma perguruan tinggi, maka dosen berkewajiban melakukan penelitian dan menghasilkan artikel ilmiah.
Sepanjang tahun 2019, Universitas Hasanuddin menghasilkan 1.425 artikel terindeks Scopus. Artikel tersebut disumbangkan oleh dosen-dosen dari 15 fakultas di Unhas, baik dalam bentuk artikel jurnal maupun paper prosiding.
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas mencatat capaian membanggakan. FKM menghasilkan 135 terindeks Scopus, dimana 128 artikel atau 95% diantaranya diterbitkan pada jurnal.
Sebagaimana diketahui, upaya untuk menerbitkan artikel pada jurnal terindeks Scopus membutuhkan upaya ekstra. Para penulis harus memenuhi standarisasi yang spesifik, mulai dari pemilihan tema yang sesuai, penggunaan bahasa Inggris standar akademik yang rumit, hingga proses review yang ketat. Tidak jarang, setelah berkali-kali melewati proses review, artikel justru ditolak.
Dekan FKM Unhas, Dr. Aminuddin Syam, SKM., M.Kes., M.Med, menjelaskan bahwa Dosen FKM Unhas pada dasarnya memiliki gairah menulis yang tinggi. Dukungan fasilitas serta target capaian jumlah artikel tiap fakultas yang diberikan oleh Rektor Unhas menjadi pemicu bagi dosen-dosen FKM untuk produktif. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor yang mendorong pencapaian fakultas yang dipimpinnya.
“Sebagai pimpinan fakultas, saya berperan sebagai fasilitator. Apa yang menjadi kebutuhan dosen dalam kaitannya dengan produktifitas akademik, kita akan usahakan untuk dipenuhi. Disini kerjasamanya baik. Setiap yang berminat menulis kita bimbing, tulisan yang sudah ada dikontrol sampai itu layak di terbitkan. Dosen-dosen sangat kompak, itu modal utama sehingga artikel kita banyak,” jelas Dr. Aminuddin.
Dengan pendekatan demikian, berbagai tantangan yang dihadapi dapat diatasi. Menurut Dr. Aminuddin, kekompakan dan kerja sama adalah langkah tepat menjawab tantangan-tantangan yang ada.
Selain capaian artikel, FKM Unhas dalam mendukung pengembangan akademik juga menyediakan Blended Learning.
Blended learning merupakan proses pembelajaran jarak jauh. Dimana konsep pendidikan yang diberikan adalah minimal 51% tatap muka, selebihnya melalui teknologi digital seperti video konferensi.
“Ini khusus kita siapakan untuk mahasiswa program S2 dan S3. Kita buka kelas ini intinya agar lebih memudahkan akses bagi mereka-mereka yang ingin belajar tapi terkendala jarak,” jelas Dr. Aminuddin.
Blended learning FKM Unhas sudah ada sejak satu tahun yang lalu. Kehadiran model pendidikan ini pada dasarnya mengikuti metode pembelajaran berbasis teknologi yang saat ini sedang trend di kalangan masyarakat millenial.
Di akhir wawancara, Dr. Aminuddin berharap tulisan yang dihasilkan oleh dosen-dosen FKM Unhas lebih baik lagi di masa mendatang. Selain itu, kerja sama yang sudah ada bisa mendorong dalam peningkatan jumlah artikel terindeks Scopus.(*)
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR