Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Hasanuddin menyelenggarakan kuliah umum pada Webinar Diaspora Series 24 dengan tema “Pandemic Resilience and the Lower-Class Population: A sociological Analysis”. Kuliah umum berlangsung mulai 14.00 Wita terhubung secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Selasa (19/10).
Kuliah umum menghadirkan narasumber Sulfikar Amir, Ph.D., (Associate Professor of Science, Technology, and Society Sociology Programme School of Social Science Nanyang Technological University). Sulfikar memiliki minat penelitian dalam bidang Politik Teknologi, Sosiologi Kebencanaan, Ketahanan Sosial, dan Studi Kota.
Dalam materinya, Sulfikar Amir menjelaskan bagaimna masyarakat merespon dan bertahan hidup dalam kondisi keterbatasan di masa pandemi Covid-19. Ia memberi penekanan pada aspek resiliensi, yaitu konsep kemampuan dalam menghadapi situasi yang rentan terhadap goncangan bencana, seperti fenomena alam atau yang berasal dari kesalahan manusia.
Dalam studi sosial bencana, peristiwa disebut sebagai suatu bencana jika terjadi disrupsi yang berdampak pada sistem sosial, ekonomi, pendidikan dan hal lainnya yang berkaitan dan kemudian akan berakhir pada kerugian finansial, infastruktur dan mengakibatkan korban jiwa.
“Pemahaman terhadap bencana merupakan fenomena sosial adalah suatu pengetahuaan yang dianggap sangat penting terkait analisis terhadap apa yang disebut sebagai kemerataan dalam bencana. Ini berangkat dari perspektif bencana, dimana bencana menjadi fenomena sosial karena tidak setiap orang akan merasakan dampak yang merata,” jelas Sulfikar.
Dampak terhadap kapasitas individu maupun kelompok dalam bertahan pada goncangan dan ketahanan diri sangat bergantung pada pemenuhan sumber informasi. Dengan demikian, jika pada kondisi kapasitas untuk menahan gangguan dan krisis tergantung pada sumber daya yang dimiliki dan pemenuhan akan akses informasi, maka semakin rendah daya rentan terhadap bencana.
Lebih lajnut, Sulfikar menjelaskan bahwa ketahanan adalah fenomena yang kompleks. Olehnya itu, kemampuan bertahan dari dampak bencana dapat ditentukan oleh beberapa faktor, baik material maupun non material. Resiliensi sosiopsikologis merupakan penilaian persepsi terhadap dampak krisis pandemi dalam empat aspek utama, yakni:
1. Situasi pandemi
2. Kelangsungan hidup ekonomi
3. Kegiatan sosial
4. Persepsi keamanan
Setelah pemaparan materi, kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Muhammad Akbar Walenna, ST, MSc., Ph.D., (Dosen Sekolah Pascasarjana) selaku moderator yang diikuti oleh kurang lebih 150 peserta. (*/dhs).
Editor: Ishaq Rahman, AMIPR