Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

“Jatah Preman” Dibahas dalam Diskusi Ilmiah di Departemen Ilmu Politik Unhas bersama Peneliti Internasional

Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menggelar kuliah tamu dengan menghadirkan peneliti dan penulis buku “Politik Jatah Preman”, Ian Douglas Wilson. Diskusi berlangsung pada Rabu (28/5/2025), mulai pukul 14.00 WIB.

Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin dengan penerbit Marjin Kiri. Diskusi ini juga dalam rangka perayaan 20 tahun Marjin Kiri dalam karyanya menerbitkan buku bacaan kritis di bidang sosial, ekonomi, politik, sastra dan sejarah.

Ian Douglas Wilson merupakan Dosen Senior di Jurusan Politik, Murdoch University, Perth, Australia. Wilson juga merupakan Peneliti di Asia Research Centre, dan menduduki Akademic Chair Politics and Security Program. Ia mendalami kajian politik dan masyarakat Indonesia kontemporer lebih dari dua dekade, khususnya ekonomi-politik ormas dan Gerakan sosial urban, kekerasan politik dan dampak ketimpangan dan kemiskinan di perkotaan. Hasil penelitian dan kajiannya telah diterbitkan pada berbagai jurnal ilmiah. Wilson juga menulis buku Politik Jatah Preman (Marjin Kiri, 2018) dan Politik Tenaga Dalam (Pustaka Obor, 2020).

Dalam kesempatan diskusi di Unhas, Wilson membedah isi bukunya yang membahas hubungan antara organisasi massa (ormas), premanisme, dan kekuasaan politik di Indonesia, terutama pasca reformasi.

Menurut Wilson, preman dan ormas tidak sekadar pelaku kriminal, tapi bagian dari sistem politik informal. Mereka menjalin relasi saling menguntungkan dengan politisi, aparat keamanan, dan pengusaha.

“Dalam konteks ini saya tidak memandang bahwa preman itu adalah sesuatu yang berdiri di luar negara tetapi preman adalah bagian dari negara itu sendiri,” ujar Wilson.

Wilson menganalisis relasi kuasa antara negara yang dipandangnya bukan sebagai institusi, melainkan sebagai elemen dalam relasi kuasa. Kekerasan yang dijalankan oleh ormas-ormas preman adalah bagian dari praktik politik yang “normal” di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia masih dijalankan lewat logika informal dan patronasi, bukan semata institusi formal.

Wilson juga menyoroti bagaimana demokratisasi tidak serta-merta menghapus kekerasan politik. Justru, dalam konteks desentralisasi dan politik elektoral, kekuatan preman digunakan untuk mobilisasi massa, intimidasi lawan politik, dan pengamanan proyek bisnis.

Kuliah tamu ini digelar secara hibrid dan mendapat antusiasme tinggi dari mahasiswa serta dosen lintas disiplin ilmu. Melalui diskusi ini, peserta diajak memahami wajah lain dari politik Indonesia kontemporer, serta pentingnya membaca dinamika kekuasaan melalui lensa relasi informal. Kehadiran Ian Wilson tidak hanya memperkaya wawasan akademik, tetapi juga mendorong refleksi kritis terhadap praktik demokrasi dan kekuasaan di tanah air.(*/fisip/ir)

Editor : Ishaq Rahman

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia

Skip to content