Kinerja inovasi perguruan tinggi merupakan upaya untuk mengukur capaian dan kualitas perguruan tinggi. Indikator ini dinilai dari berbagai aspek diantaranya kebijakan, sumber daya, kelembagaan, jejaring dan hasil inovasi. Universitas Hasanuddin berkomitmen mencapai indikator-indikator tersebut, melalui pencapaian Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), berupa paten, hak cipta, merek, dan desain industri.
Direktur Komunikasi Unhas, Ir. Suharman Hamzah, Ph.D., menjelaskan meskipun tahun 2020 berada pada situasi pandemi, namun Unhas dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja inovasi dan HaKI, baik melalui pendanaan hibah eksternal maupun internal.
“Unhas menerima hibah Kemenristek/BRIN dan LPDP untuk 8 judul riset inovatif Covid-19. Beberapa inovasi untuk mendukung penanganan Covid-19 juga dihadirkan melalui pembiayaan internal, diantaranya bilik swab, bilik disenfektan, hand washer 3 tipe dan handsanitizer. Juga turut dikembangkan sistem dukungan IT dalam bentuk aplikasi instrumen identifikasi diri Covid-19,” jelas Suharman.
Secara khusus, Unhas juga mengembangkan produk inovasi untuk industri bernama E-Magic UH1 (Extraoral Mobile Aerosol Guided Channel). E-Magic merupakan karya kolaboratif Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran Gigi, dilengkapi teknologi sistem penghisap yang mampu menangkap bio-aerosol menggunakan “multilayer” filter. Produk ini menerapkan prinsip “Capture-Trap-Terminate (C2T), aktivasi berbasis remote (menghindari kontak fisik) dan variable suction speed (Workload Variety). Produk ini telah memasuki pasar industri dan siap dikembangkan secara lebih luas.
Suharman menjelaskan dari sisi kesiapan inovasi, terdapat 281 produk inovasi yang dihasilkan Unhas. Sebanyak 214 diantaranya memiliki tingkat kesiapan inovasi (Katsinov) pada level 1 dan 2. Sementara itu, ada 67 produk merupakan produk potensial untuk dihilirisasi (nilai Katsinov di atas 2) serta sedang dalam proses sertifikasi SNI.
Capaian signifikan lainnya terlihat dari kinerja Unhas sebagai Perguruan Tinggi peringkat 8 dalam Anugerah Inovasi Indonesia 2020. Penganugerahan diberikan Kemenristek/BRIN untuk mengapresiasi prestasi Perguruan Tinggi dalam membangun sistem inovasi melalui penguatan kebijakan, kelembagaan, sumber daya dan jaringan guna menghasilkan inovasi yang memberikan solusi permasalahan dan penguatan ekonomi nasional.
Dalam penganugerahan tersebut, Unhas mempersiapkan produk inovasi dari level Incremental, Breakthrough dan Transformational. Beberapa produk yang terpilih diantaranya Level incremental adalah Maiwa Breeding Centre (MBC) sebagai ndustri perbibitan sapi local berbasis Iptek dan E-Magic sebagai solusi penanganan Covid-19.
Pada level breakthrough, Unhas mengikutsertakan produk Telemedicine Nusantara untuk solusi kesehatan daerah kepulauan. Sementara itu, untuk level Transformational terdapat produk BM Patch-Biosellulosa Miringoplasty, kopi “Arabica” Luwak tanpa Luwak dan restorasi terumbu karang kerjasama Unhas dan PT. MARS.
“Inovasi ini harus memperoleh pengakuan dan perlindungan guna menghindari penyalagunaan. Olehnya itu, diharapkan inovasi akan berujung pula pada pengakuan atas HaKI, sebagai bentuk pengakuan terhadap kualitas karya, kemampuan berfikir atau olah pikir dalam menghasilkan produk atau proses yang berguna untuk manusia,” kata Suharman.
Sepanjang tahun 2020, Unhas berhasil mencatatkan 321 capaian HaKI, baik dalam bentuk paten, hak cipta, merek, dan desain industri.
Rincian HaKI Unhas Tahun 2020
– Paten terdaftar: 43
– Hak Cipta granted: 262
– Merek granted: 5
– Desain industri terdaftar: 4
– Desain industri granted: 7
Peningkatan HaKI Unhas 2020, dibandingkan Tahun 2019
– Paten terdaftar: naik 48,3 % (dari 29 ke 43)
– Hak Cipta granted: naik 51,4% (dari 173 ke 262)
– Merek granted: naik 66,7% (dari 3 ke 5)
– Desain industri terdaftar: 0 % (4 ke 4)
– Desain industri granted: (dari 0 ke 7)
Akumulasi capaian HaKI Unhas Tahun 2002-2020
(Total 879 HaKI)
– Paten terdaftar: 130
– Paten granted: 58
– Hak Cipta granted: 630
– Merek terdaftar: 36
– Merek granted: 10
– Desain industri terdaftar: 8
– Desain industri granted: 7
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR