Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan memiliki sinergitas yang sangat kuat dengan perguruan tinggi (PT) dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, termasuk mengembangkan Kawasan Indonesia Timur (KTI).
‘’LPDP itu tidak memiliki profesor, tetapi memunyai ‘provaktor’, yang akan memprovokasi perguruan tinggi untuk maju dan men-support-nya dengan penyediaan dana beasiswa,’’kata Eko Prasetyo, Direktur Utama LPDP dalam pertemuan dengan Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu dan jajaran pimpinan Unhas, Kamis (26/5) di Kampus Unhas Tamalanrea.
Menurut Eko Prasetyo, lembaga yang dipimpinnya tidak hanya mendorong perguruan tinggi memproduksi sesuatu, tetapi juga memberikan jalan keluar bagi peningkatan daya saing perguruan tinggi. LPDP sudah menyediakan ‘channel’’ layanan. Misalnya melalui Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) untuk pengembangan sumber daya manusia kampus dan masyarakat.
‘’Pusatnya adalah Makassar yang menjadi gerbang Kawasan Timur Indonesia,’’ ujar Eko Prastyo.
Mengenai program pengembangan rumput laut yang juga masuk ke dalam program unggulan inovatif (PUI) Unhas, menurut Eko Prasetyo, sangat relevan dengan prioritas program LPDP, terutama yang dikaitkan dengan pembukaan program magister bagi bidang perikanan dan kelautan serta peternakan. Kerja sama program pembukaan program ini diharapkan mulai berjalan tahun ini dan kegiatan akademiknya awal tahun depan.
Eko Prastyo menyebutkan, Unhas dengan potensi yang ada memiliki keunikan tersendiri, sehingga tidak perlu bersaing dengan perguruan tinggi lain, termasuk untuk mendapatkan LPDP. Bahkan, jika perguruan tinggi lain ingin memperdalam pengetahuan mengenai keunggulan yang ada Unhas, tidak perlu ke tempat lain.
Dirut LPDP itu memberikan contoh, dalam pengembangan riset unggulan sapi di Kabupaten Barru sebagai satu keunggulan yang juga seiring dengan program pemerintah. Pemerintah juga menempatkan Papua sebagai salah satu pusat pengembangan peternakan yang disatukan dengan pariwisata. Meski demikian, sumber daya manusia peternakan yang akan bertugas di Papua itu diharapkan ada di Unhas.
‘’Program (Papua sebagai pusat peternakan) ini dapat disinergikan dengan keunggulan Unhas. Riset di Barru diharapkan dapat melahirkan SDM untuk pengembangan peternakan di daerah lain,’’ tawar Eko Prastyo.
Saat ini, LPDP mengucurkan dana kepada 49 tenaga dari Unhas. Jumlah dana yang disiapkan 10.800 beasiswa dan baru 40% atau sekitar 4.000 yang tersalur.
Khusus mengenai program afirmasi, menurut Eko Prastyo, dapat saja dilakukan kerja sama antara LPDP dengan Unhas. Unhas yang menjaring calon penerima beasiswa, namun harus memerolah persetujuan Kemenristekdikti.
Mengenai twinning program (program dua universitas) dapat dilakukan dengan catatan perguruan tinggi yang diajak kerja sama sudah terdaftar di LPDP dan minimal 50 perguruan tinggi terbaik di dunia. Kampus yang diajak di luar negeri harus lebih baik dibandingkan di dalam negeri.
Kata Eko, sampai saat ini 60% penerima beasiswa ke luar negeri portofolionya belum merata. Hampir 50% mereka yang memeroleh beasiswa belajar di Eropa, yakni ke Inggris dan Belanda.
‘’Indonesia juga perlu belajar di Australia, Jepang, Korea, dan China. LPDP perlu mendorong sumber daya kita ke sana, termasuk untuk calon dosen. Hanya bagaimana kelak harus dibicarakan dengan Kemen PANRB agar mereka yang alumni LPDP dan non-PNS ini dapat direkrut sebagai PNS atau Aparatur Sipil Negara (ASN),’’ ujar Eko Prasetyo.
Menjawab pertanyaan para dekan fakultas yang hadir dalam pertemuan itu, Eko Prasetyo menjelaskan, khusus untuk program tematik mengenai rumput laut diharapkan dapat berkelanjutan jangka panjang. Proposalnya harus menjelaskan program jangka panjang yang akan dilaksanakan. Tidak hanya menciptakan magister dan doktor dengan spesialisasi rumput laut.
‘’Perlu ada inisiatif lain, seperti riset yang lebih aplikatif. Itu akan lebih bagus lagi, jika masuk dalam program unggulan inovatif. Kalau tidak ada risetnya, kelak mahasiswanya tidak memiliki tempat ‘’bermain’’.Industrinya pun harus ada. Kita harus mencetak lebih banyak enterpreneur, ‘’ papar Eko.
Soal desain program studi harus mengacu kepada rencana strategis jangka panjang pengembangan dosen Kemenristek Dikti dan pengembangan sumber daya manusia dosen di tiap perguruan tinggi. Saat ini, sebut Eko, belum bisa menjanjikan BUDI untuk afirmasi.
Tentang pendidikan kedokteran intensif, LPDP sedang merancang program nondegree dan sudah ada gagasan program post doctoral. Mungkin ini cukup relevan bagi Fakultas Kedokteran, tetapi baru dirilis tahun depan. Sementara untuk profesi apoteker harus dilihat bagaimana program pendidikan profesi apoteker tersebut. Selama ini baru pendidikan dokter spesialis dan psikologi.
Menjawab pertanyaan Dekan Fisip Andi Alimuddin Unde, soal penelitian yang ditawarkan berkaitan dengan masalah eksakta, Eko Prastyo menjelaskan, dalam pemberian beasiswa LPDP menganut tiga M, yakni multiyear, mitra (kemitraan) dengan industri dan pemberdayaan masyarakat, serta multidisiplin.
‘’Jadi misalnya, dalam penelitian sagu untuk kepentingan ketahanan pangan, dapat dikaitkan dengan masalah sosial. Bagaimana mengubah perilaku agar sagu tetap diterima masyarakat. LPDP juga bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorir (BNPT) yang berkaitan dengan penanggulan teroris,’’ Eko memberi contoh.
Direktur Dana Kegiatan Pendidikan LPDP Menkeu, Abd.Kahar menjelaskan, akreditasi perguruan tinggiyang dapat memperoleh BUDI dibagi ke dalam tiga kategori. Jika institusi (perguruan tinggi)-nya akreditasi A, boleh melaksanakannya pada Prodi akreditasi A dan B. Jika institusi B boleh melaksanakan pada prodi A. Sementara untuk perguruan tinggi swasta (PTS) yang berakreditasi A hanya dapat mengajukannya untuk Prodi berakreditasi A.
Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu, sebelumnya menjelaskan mengenai potensi yang dimiliki Unhas, termasuk tenaga dosen yang berkualifikasi doktor hingga saat ini 881 orang. Potensi Unhas sangat memungkinkan bagi pengembangan berbagai program yang diharapkan dananya dapat ditalangi LPDP.
‘’Produksi rumput laut kita malah sudah diproduksi, demikian juga budi daya udang soka di Tambak Pendidikan Unhas di Kabupaten Barru sudah bermitra dengan perusahaan,’’ Dwia Aries Tina Pulubuhu menjelaskan.
Selain Maiwa Techno Park, tempat dikembangkannya peternakan sapi yang bermitra dengan masyarakat, Dwia juga menjelaskan potensi hutan pendidikan Unhas seluas 1.300 ha yang kini dijadikan sebagai lokasi pengembangan budidaya lebah madu, serta. ‘’Marine Station’’ di Pulau Barranglompo sebagai pusat pengembangan kelautan dan perikanan.
‘’Banyak hal yang baru (dari penjelasan Dirut LPDP) kita ketahui dan dapat diinformasikan ke unit masing-masing,’’ kunci Dwia Aries Tina Pulubuhu, pada acara yang dihadiri Wakil Rektor I Junaidi, WR II Syamsul Bachri, WR IV Budu, Sekretaris Universitas Hasanuddin Nasaruddin Salam, dan para dekan/wakil dekan fakultas di lingkungan Unhas. (*).