Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Penerimaan Guru Besar Unhas, Rektor: Pendekatan Lintas Disiplin Semakin Dibutuhkan

Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas dalam rangka upacara Penerimaan Jabatan Profesor empat guru besar baru pada Fakultas Keperawatan, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Rapat berlangsung mulai pukul 08.30 Wita di Ruang Senat Akademik Unhas, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, serta disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Senat Akademik Unhas, Selasa (10/6).

Proses pengukuhan dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Para Wakil Rektor, Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Profesor, tamu undangan, serta keluarga besar dari profesor yang dikukuhkan.

Adapun empat guru besar yang dikukuhkan adalah :

1. Prof. Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes., Guru Besar Bidang Ilmu Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan, dengan nomor keanggotaan 582.

2. Prof. Dr. Ir. Syamsu Rizal, S.Hut., M.Si., IPU. Guru Besar Bidang Ilmu Perencanaan Hutan, Fakultas Kehutanan, dengan nomor keanggotaan 583.

3. Prof. Dr. Andi Detti Yunianti, S.Hut., N.P., Guru Besar Bidang Rekayasa Pemanfaatan Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, dengan nomor keanggotaan 584.

4. Prof. Dr. Ir. Slamet Santosa, M.Si., Guru Besar Bidang Ekologi Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan nomor keanggotaan 585.

Rektor Unhas, Prof. JJ dalam sambutannya menyampaikan selamat atas penambahan guru besar Unhas. Dirinya mengatakan, ini merupakan pencapaian serta kebanggaan, yang menunjukkan peningkatan kapasitas dan kualitas mutu pembelajaran, dan terutama kemajuan dalam manajemen sumber daya manusia di Unhas.

“Para guru besar yang menyampaikan pidato penerimaan hari ini berasal dari disiplin ilmu yang beragam, dengan bidang keahlian yang spesifik. Dewasa ini, kita membutuhkan kajian lintas disiplin, sebab persoalan masyarakat tidak mungkin diselesaikan oleh satu disiplin ilmu saja,” kata Prof. JJ.

Sebelumnya, masing-masing guru besar telah menyampaikan pidato penerimaan yang membahas bidang keahliannya.

Prof. Kadek Ayu Erika

Menyampaikan pidato penerimaan berjudul “Membangun Generasi Emas: Family Empowerment Modified Model dan Aplikasi Sehati Bebas Stunting Sebagai Solusi Inovatif dalam Keperawatan Anak”.

Malnutrisi merupakan kondisi ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dan energi dengan kebutuhan tubuh, dapat berupa kondisi obesitas/ overweight dan stunting. Di Indonesia, prevalensi stunting masih berada di angka 21.5% dan jauh dari target nasional 14%. Untuk Sulawesi, angka stunting bahkan mencapai 27.4%, obesitas pada anak usia 5-12 tahun sebanyak 6.8%.

“Family Empowerment Modified Model atau FEMM merupakan pendekatan yang mengutamakan pemberdayaan keluarga dalam mendukung pertumbuhan anak dan mencegah obesitas. Aplikasi SEHATI adalah salah satu inovasi digital yang diciptakan untuk mendukung upaya pencegahan dan penanganan stunting secara efektif di Indonesia,” jelas Prof Kadek.

Prof. Syamsul Rijal

Menyampaikan pidato penerimaan berjudul: “Integrasi Teknologi Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Dalam Perencanaan Hutan untuk Penanggulangan Krisis Lingkungan”.

Indonesia sebagai negara tropis dengan kekayaan alam, menghadapi berbagai krisis lingkungan yang serius, yang tidak hanya mengancam kelestarian alam, tetapi mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Krisis lingkungan khususnya bencana alam (hidrometeorologi) sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan hutan dan lahan yang dipengaruhi oleh kegiatan perencanaan.

“Krisis lingkungan seperti banjir, longsor, kekeringan yang di antaranya disebabkan oleh rusaknya hutan melalui deforestasi harus segera diantisipasi dan ditanggulangi melalui beberapa cara seperti moratorium izin baru di hutan primer, dan peningkatan pengawasan terhadap izin yang telah berjalan, namun ditelantarkan dengan prinsip kelestarian,” jelas Prof Rijal.

Optimalisasi penanganan krisis lingkungan di Indonesia memerlukan pemanfaatan teknologi seperti system informasi geografis (SIG), penginderaan jauh hingga Machine Learning. Optimalisasi dan percepatan program perhutanan sosial atau penciptaan inovasi konsep baru pemanfaatan kawasan hutan lainnya untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan yang lebih adaptif, komprehensif dan memberikan manfaat kepada masyarakat dan pemerintah.

Prof. Andi Detti Yunianti

Menyampaikan pidato penerimaan berjudul: “Pengembangan Parameter Kualitas Kayu Melalui Pendekatan Micro dan Nano Struktur”.

Pemanfaatan hasil hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dan non kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Kondisi saat ini, produksi hutan alam semakin menurun, sehingga produksi dan pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan tanaman dan hutan rakyat semakin ditingkatkan dan dikembangkan.

“Pengetahuan terkait kualitas kayu dapat mengurangi pemakaian kayu, sehingga pemanfaatan kayu yang semakin terbatas dapat diatasi. Seiring dengan perkembangan zaman, dimana teknologi semakin maju, pengetahuan terkait nano struktur sangan diperlukan. Sudut microfibril, dimensi kristalit dan derajat kristalinitas dapat dijadikan acuan kualitas kayu dimasa yang akan datang,” jelas Prof Andi Detti.

Selain kualitas kayu akibat perlakuan silvikultur dan keragaman genetic, serta bahan baku untuk penggunaan kayu sebagai kayu gergajian dan komposit kayu, juga dilakukan beberapa penelitian sebagai upaya peningkatan kualitas kayu. Kayu yang berasal dari pertumbuhan yang dipercepat memiliki kerapatan yang rendah serta warna yang kurang menarik. Proses Densifikasi dan pewarnaan kayu merupakan upaya meningkatkan kerapatan kayu dan nilai dekoratif.

Prof. Slamet Santosa

Menyampaikan pidato penerimaan berjudul: “Ekologi Tumbuhan untuk Pembibitan Ramah Lingkungan: Strategi Menuju Pertanian Berkelanjutan”.

Ekosistem media pembibitan harus dibangun dengan memenuhi sejumlah persyaratan agar mendukung pertumbuhan secara optimal. Dalam ekologi tumbuhan, pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam media tumbuh, yang dapat dipenuhi melalui penggunaan bahan organic.

Pembibitan tanaman yang ramah lingkungan harus memperhatikan tidak hanya media tumbuh, tetapi juga wadah yang digunakan. Selama ini, polybag plastik banyak digunakan sebagai wadah pembibitan, padahal bahan ini tidak ramah lingkungan. Saat bibit dipindahkan ke lapangan, polybag sering ditinggalkan, menimbulkan limbah plastik yang mengganggu pertumbuhan tanaman, menghambat penetrasi akar, mengurangi ketersediaan air dan hara, serta menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah.

“Sebagai upaya mengurangi limbah plastik dari penggunaan polybag, wadah pembibitan sebaiknya diganti dengan biopotting atau green polybag yang terbuat dari organic dan tanah marjinal. Green polybag dapat dibuat dari campuran kompos, arang sekam, dan tanah liat dengan komposisi ideal 55% kompos, 25% arang, dan 20% tanah liat. Ini memiliki keunggulan dibandingkan penggunaan plastic polybag,” jelas Prof Slamet Santosa.

Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan Guru berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.30 Wita. (*/mir)

Editor : Ishaq Rahman

 

Penerimaan Guru Besar Unhas, Rektor Pendekatan Lintas Disiplin Semakin Dibutuhkan Penerimaan Guru Besar Unhas, Rektor Pendekatan Lintas Disiplin Semakin Dibutuhkan Penerimaan Guru Besar Unhas, Rektor Pendekatan Lintas Disiplin Semakin Dibutuhkan Penerimaan Guru Besar Unhas, Rektor Pendekatan Lintas Disiplin Semakin Dibutuhkan

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia

Skip to content