Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan (FKep) Universitas Hasanuddin kembali menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Visiting Lecture” dengan topik “Exercise Therapy for Diabetes Mellitus and Hypertention.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber internasional Moriyama Yoshifumi (General Manager Kaikoukai Wellness Center/Rehabilitation Departement Nagoya Kyoritsu Hospital) yang berlangsung secara luring di Ruang Perkuliahan Fakultas Keperawatan Unhas, Kampus Tamalanrea, pada Selasa (18/10).
Dalam pemaparan materinya, Moriyama Yoshifumi menjelaskan secara umum tentang penanganan terapi olahraga untuk hipertensi dan diabetes. Diawal materi dirinya menjelaskan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah berada dan bertahan di atas batas normal. Diperkirakan sekitar 40 juta orang Jepang dengan perbandingan 60% pria dan 40% wanita yang berusia 40 hingga 74 tahun memiliki hipertensi.
Hipertensi atau penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi merupakan persentase tertinggi dari biaya medis bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas, dengan kisaran 32,6%.
“Hipertensi bisa juga disebut dengan silent killer, sulit untuk mendeteksi tekanan darah tinggi, kecuali jika mengukur tekanan darah secara teratur. Jika dibiarkan, resiko terserang penyakit seperti penyakit jantung iskemik (angina pectoris dan infark miokard) dan stroke akan meningkat, karena arteri mengeras,” jelas Moriyama Yoshifumi
Dalam mekanisme peningkatan tekanan darah, salah satu penyebab hipertensi adalah selain menigkatkan jumlah asupan garam, tetapi juga disebabkan karena kurangnya berolahraga yang akan mengakibatkan Aterosklerosis. Perawatan non obat yang paling direkomendasikan oleh WHO adalah “olahraga”
Olahraga ringan dilaporkan efektif dalam menyembuhkan hipertensi. Saat sedang berolahraga tekanan darah naik sementara, tetapi akan menurun setelah selesai berolahraga. Jika rutin berolahraga ringan, pembuluh darah akan melebar karena membawa oksigen ke otot, dan mengurangi aktivitas saraf simpatik, sehingga menurunkan tekanan darah.
Lebih lanjut, dijelaksan bahwa jenis olahraga yang direkomendasikan bagi penderita hipertensi adalah olahraga aerobik dengan menggunakan seluruh tubuh, cocok untuk terapi olahraga bagi hipertensi. Olahraga aerobik adalah olahraga yang menggunakan oksigen untuk energinya ketika otot berkontraksi, seperti berenang, jogging, bersepeda, dll dilakukan dengan intensitas sedang dan menetapkan durasi olahraga.
Sedangkan, terapi olahraga untuk diabetes diikuti dengan mengatur pola makan dan minum obat, adalah pengobatan yang sangat ampuh untuk diabetes dalam memperbaiki sensitivitas insulin yang mengontrol gula darah. Meskipun efek penyembuhan diabetes tidak langsung terlihat tetapi, terapi olahraga ini bisa dianggap efektif karena dapat meningkatkan dan mempertahankan kekuatan fisik, menjaga dan meningkatkan kualitas hidup.
Disarankan untuk berolahraga selama satu jam sampai satu setengah jam setelah makan. Pada waktu ini, gula darah akan naik. Dengan berolahraga, gula darah yang naik karena makan dapat dikendalikan dan akan menstabilkan kembali gula darah. Adapun kondisi yang tidak diperbolehkan untuk berolahraga, yakni diantaranya pada sata gula darah tinggi dan saat jantung terasa sakit. (*/fkep/dhs)
Editor: Supratman