Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Prof Dwia Penanggap Diskusi Sinergitas Warga Gorontalo Bersama Ketua Watimpres RI

Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., menjadi salah satu penanggap dalam diskusi bersama Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Wiranto, SH., M.M. Kegiatan ini merupakan webinar ke-14 Lamahu Mohimelu dengan tema “Sinergitas Warga Gorontalo Rantau untuk Gorontalo dan Indonesia Dalam Perspektif Kepemimpinan dan Perubahan Sosial”, berlangsung pukul 13.30 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Sabtu (21/11).

Dalam kesempatan tersebut, Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Wiranto, SH., M.M., memberikan pandangan dan refleksi pengalaman selama delapan tahun bertugas di Gorontalo. Menurut Wiranto, Gorontalo memiliki budaya sinergitas terbuka, dimana setiap masyarakat saling menjaga keharmonisan tanpa membeda-bedakan suku, ras maupun agama.

Lebih lanjut, Wiranto menuturkan budaya sinergitas terbuka masyarakat Gorontalo tidak hanya berorientasi pada wilayah Gorontalo saja tapi juga masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari beberapa tokoh masyarakat Gorontalo yang mampu menembus pada takaran nasional bahkan internasional. Dengan mobilitas budaya terbuka, Wiranto berpendapat akan banyak tokoh muda Gorontalo yang akan berkontribusi dan mewarnai proses perubahan bangsa kearah yang lebih baik pada masa mendatang.

“Dengan model kemampuan bersinergi secara terbuka, akan mudah menghadirkan tokoh masyarakat dengan persaingan luar biasa dan kompetitif. Saya kira, lewat Lamahu bermuncula tokoh-tokoh Gorontalo untuk bangsa Indonesia yang gemilang,” jelas Wiranto.

Menanggapi pandangan tersebut, Prof. Dwia menuturkan sinergitas masyarakat Gorontalo merupakan kekayaan tersendiri yang harus dikelola dan dipertahankan. Pada era artificial intelligence dewasa ini, pekerjaan manusia akan tergantikan oleh robot. Namun, untuk kemampuan bersinergi merupakan salah satu hal yang tidak dapat tergantikan. Olehnya itu, energi dalam bersinergi ini harus benar benar dijaga dengan baik oleh masyarakat Gorontalo.

“Ikatan masyarakat Gorontalo tidak hanya dilihat dari ikatan darah saja. Tapi lebih dari hal tersebut, seperti karena satu kampung atau punya cerita bersama. Ini merupakan hal yang luar biasa dan harus dirawat dengan baik,” jelas Prof. Dwia.

Dari sisi akademik Prof Dwia menyebutkan kedepannya Gorontalo diharapkan dapat memiliki blueprint untuk pengembangan daerah lebih cepat. Dengan adanya cetak biru, maka Perguruan Tinggi bisa menghasilkan luaran yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk percepatan pengembangan wilayah, apalagi dengan adanya konsep merdeka belajar semakin mendukung luaran yang berdaya saing unggul.

“Modal besar kita adalah modal sosial yang tidak kalah penting. Ini adalah satu energi yang tidak akan habis jika kita dapat menjaganya dengan baik,” jelas Prof Dwia.

Selain Rektor Unhas, hadir pula penanggap lain dalam diskusi yakni Dr. Eduart Wolok, S.T., M.T. (Rektor Universitas Negeri Gorontalo), Dr. H. Lahaji Haedar, M.Ag. (Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo), Dr. dr. H. Muhammad Isman Jusuf, Sp.S. (Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo), Prof. Dr. Syafri Nurmantu, M.Si (Pendiri STIAMI Jakarta, Guru Besar Universitas Indonesia), Dr. Abdul Gaffar Latjokke, M.Si. (Universitas Ichsan Gorontalo), Dr. Hj. Titin Dunggio, M.Si., M.Kes. (Rektor Universitas Bina Mandiri Gorontalo) dan Dr. Ridwan Tohopi, M.Si. (Rektor UNU Gorontalo).

Kegiatan yang dipandu oleh Ir. Abdul Gafar Zakaria selaku moderator berlangsung lancar hingga pukul 16.00 Wita.(*/mir)

Editor : Ishaq Rahman, AMIPR

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia

Skip to content